Air Mata yang Telah Kering
"Innalillahi wa inna ilaihi Raji'un ...."
Sebuah kalimat itu menampar Gendis untuk ke tiga kalinya. Dia kembali menjadi pembunuh, malam pertama yang belum terlaksana, merenggut nyawa pria yang tak bersalah untuk ketiga kalinya.
Pria tampan yang baru dua hari menjadi suaminya, terbujur kaku, setelah muntah darah semalaman.
"Penyihir kau! Wanita iblis. Dia wanita iblis! Usir! Usir wanita iblis ini dari desa ini!" seru seorang wanita yang masih terikat pertalian darah dengan pria yang terbujur kaku itu.
"Benar, apa dia akan menghabisi semua perjaka dengan keperawanannya yang beracun?" sela seorang wanita lagi, dia bangkit, menunjuk Gendis dengan tangan kirinya.
"Usir saja!" teriak wanita berbeda.
"Iya, usir, dia jelmaan iblis yang akan membawa sial seisi kampung!"
"Tenang, istighfar, tenang semuanya." Seorang wanita lansia menengahi, dia merengkuh bahu Gendis. Wanita yang tak lain adalah ibunya Gendis.
Gendis menatap dengan tatapan kosong jasad yang terbujur kaku itu. Pria muda yang masih memberinya senyuman manis beberapa belas jam yang lalu.
"Jangan lagi mempertahankan kesialan di kampung ini, usir Gendis dan keluarganya!"
"Iya, benar! Usir saja!"
Suara lain sahut menyahut meneriakkan suara protes. Kondisi semakin tak terkendali, bahkan ibu Gendis ditarik kasar oleh salah seorang wanita. Gendis tak lolos dari keroyokan itu, tiba-tiba saja sebuah benda tumpul menghantam kepalanya, Gendis roboh, dengan darah yang mengucur dari kepalanya.
***
"Tangkap dia! Anjing pasar tak tau malu!" Sebuah suara teriakan memancing perhatian, seorang pria muda berlari mengejar pemuda yang berlari lincah seperti kijang. Dia melompat dengan lihai, tentu saja dengan pegangan erat pada sebuah benda di tangannya. Apalagi kalau bukan hasil jambret, orang sudah hapal dengannya. Akan tetapi, dia licin seperti belut, keluar masuk penjara dengan kasus yang sama, takkan membuatnya jera.
"Bantu hadang!" teriak pria itu lagi. Sementara orang yang dimaksud sudah menghilang di balik lorong sempit.
"Sial!" umpat pria itu kasar, dia kalah gesit dibanding anjing pasar itu.
***
Mana nih, komen dan votenya.
Wkwkwk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top