PART 7
Hujan turun dengan derasnya seakan mengundang badai, ramai dengan suara guruh di balik gumpalan awan hitam. Suram sekali hari ini, tiada mentari yang menghangatkan pagi. Hanya milyaran tetes air yang berbondong-bondong turun ke bumi didampingi hawa dingin yang sangat menyengat. Ini waktu yang cocok untuk bermalas-malasan di senin pagi. Reza sedang berbaring santai di tempat tidur dengan selimut membungkus dirinya sambil asyik mengobrol dengan teman-temannya disebuah group chat di Line.
Ananda Reza : Hoammm...Dingin...Tidur lagi ahhh.
Arya K : Kampret lo Za. Enak-enakkan tidur. Lah Kita disini habis kena hujan air liur-nya pak Sep!!!
Bagas : Kita? Lo aja kali gue nggak!
BaDut (Bayu Dangdut) : Bangun tidur. Tidur lagi. Banggggunnnnnnn......Tidur lagi!
Arya K : Busetttt dahh. Pagi-pagi udah ngedangdut aja lo Dut!
Ananda Reza : Angga mana, Angga mana, dimana....
Bagas : Dihatimu! :D
BaDut (Bayu Dangdut) : Nih disamping gue. Dia lagi sibuk NGUPIL!!!
Arya K : Anjrittt...jijik banget gue!
Badut : Upil-nya udah se-ember nih, lo pada mau kagak? Gratisss tis tis....
Ananda Reza : Asem loo Bayu, Jijikkkkkkk....
Bagas : Huekkkk...
Arya K : Woiii Gajah!!! kalau mau muntah jangan ke gue!
Bagas : Siapa suruh duduk di sebelah gue?
Ananda Reza : Kalian berdua kalau mau berantam jangan didunia maya, langsung aja saling tonjok. Biar di skors kayak gue! Hahahaa.
Badut : Emang sarap lo Reza. Di skors malah senang.
Ananda Reza : Iyalah. Gue bisa bobok cantik di rumah. Duh nyamannya.
Arya K : Duh dinginnn ya, minta dipeluk Nara ah!!! Asyikkk
Ananda Reza : Woiii Arya jangan macam-macam lo ya sama Ai.
Badut : Suka suka dipeluk sama Nara *ceritanyalaginyanyi
Bagas : Kelas jadi sepi gara-gara gak ada lo Za!!! Sepi mimit kayak kuburan!
Ananda Reza : Cieeee.... si gajah kangen guee. Suit suit.
Arya K : Yang ada satu sekolahan sujud syukur gara-gara lo gak masuk Za!!!
Ckleek...
Reza menoleh ke pintu dan menemukan seorang wanita muncul dengan membawa baki berisi makanan yang sangat menggugah selera.
*Ananda Reza left the group*
Reza mendengus kesal sambil melempar ponselnya asal ke arah tumpukan bantal. Ia Mendadak bad mood karena kehadiran wanita itu.
"Ini sarapannya, Za!" Ucap wanita itu sambil meletakkan baki yang berisi semangkok bubur ayam dan segelas teh hangat diatas meja. Senyum ramah terlukis ditengah wajahnya yang masih terlihat muda walau dia sudah cukup berumur, sekitar 36 tahunan.
Reza menatap wanita itu dengan malas dan turun dari kasur, Membuka pintu kamar. Ia memejamkan mata sambil menghembuskan napas kasar.
"Keluar! Bawa makanan itu bersamamu!" Perintah Reza dengan dingin.
"Mama akan keluar setelah kamu makan!" Wanita itu tidak takut sama sekali, Ia justru duduk di sofa depan kasur.
Reza berjalan mendekati wanita itu dan meraih baki yang ada diatas meja. "Gue gak sudi makan masakan dari pembunuh kayak lo!"
Pranggg...
Dengan sengaja Reza menjatuhkan baki itu. Piringnya hancur berkeping-keping. Makanan dan minuman yang tersaji diatasnya berserakkan diatas lantai. Mulut wanita itu menganga, terkejut dengan suara pecahan itu. lalu Ia berdiri dan menatap Reza dengan tajam. Tetapi wanita itu tak kuasa untuk memarahi Anak yang ada dihadapnnya ini. Wanita itu hanya menghembuskan napas berat dan kemudian berjongkong untuk memungut pecahan-pecahan piring.
Sedangkan Reza meraih jaket tebalnya dan juga kunci mobil. Sebelum benar-benar meninggalkan kamarnya, Ia sempat berkata, "Lo bukan ibu gue. Dan sampai kapan pun pembunuh tetaplah PEM-BU-NUH."
Brakkk....
Reza membanting pintu dengan kasar dan keluar menuju bagasi.
***
Jari jemari Reza menari diatas keyboard laptop. Sesekali matanya melirik ke buku yang berada disampingnya dan menyalin tulisan itu ke dalam laptop. Yapp, Reza sedang mengerjakan power point yang akan Ia dan kelompoknya gunakan untuk presentasi besok. Dengan cermat dan seksama cowok itu mengedit bagian-bagian yang menurutnya kurang pas. Reza sangat serius mengerjakannya, bahkan Kegaduhan Arya dan Bayu yang sedang bermain Ps sama sekali tak mengganggunya. Dia emang bego di mata pelajaran biologi, bukan biologi doang sih, hampir semua pelajaran. Tapi kalau soal computer jangan dianggap enteng kemampuannya. Waktu kelas X dulu, Ia pernah menghack Lab.Computer karena tidak suka dengan gurunya yang ngedumel terus. Alhasil kabel didalam Lab sempat terbakar dan seluruh computer mengalami kerusakan. Karenanya kelas Reza merdeka dari pelajaran computer saat itu.
"Lo lagi ngapain sih Za? Serius amat?" Tanya Angga yang sibuk makan jajan.
"Ngerjain tugas!" Jawab Reza santai, masih focus ke layar laptopnya.
Reza mengangkat wajahnya dan mendapati teman-temannya yang sedang melongo, menatap dirinya dengan tak percaya. Alis Reza bertautan, "Apa?" Tanya Reza risih dipandang seperti itu.
"Kiamat benar-benar sudah dekat," Celutuk Bagas sambil geleng-geleng kepala. Gak heran semua temannya melongo mendengar Reza mengerjakan tugas. ,Karena ini pertama kalinya Reza dengan serius mengerjakan tugas.
"Makanya buruan pada tobat kalian." Reza menyeruput es tehnya hingga ludes.
"Lo seriusan suka sama si Ai?" Arya bertanya di sela-sela permainanya.
"Siapa yang ngizinin lo manggil dia kayak gitu?"
"Ett dahh, nama aja lo permasalahin. Iya deh, Nara. Na-ra. Puas lo?"
"Puas banget!" Kata Reza menampilkan senyum simetrisnya.
Arya menghela napas, dan kembali focus ke permainan yang sedang dilakoninya.
"Cinta benar-benar merubah segalanya." Ucap Angga dengan mulutnya penuh oleh jajan.
"Woiii jangan berisik. Sakit nih!" Dari balik selimut, Bayu bicara dengan satu tarikan napas. Reza, Arya, Angga, dan Bagas saling bertukar pandang saat mendengar suara itu. Suara yang sedari tadi tidak mereka dengar, dimana biasanya sang pemilik suara selalu bernyanyi tanpa mengenal waktu dan tempat.
"Dari pada sakit hati lebih baik sakit gigi ini. Hahaaa." Mereka serempak bernyanyi dan tertawa, menertawakan Bayu yang sedang mengaduh karena sakit gigi.
Diwaktu yang sama, ditempat yang berbeda. Nara duduk dikursi belajar dengan lampu seadanya. Ia sedak sibuk memahami isi makalah yang harus di presentasikan besok. Nara menggeliat, merenggangkan sendi-sendi tubuhnya yang terasa kaku. Dan Rasa bosan pun mulai menghantuinya. Ia mencari-cari kesibukkan yang lain untuk mengusir rasa bosan itu. Tangannya bergerak, menggapai pena yang berdiri indah ditempat pensil. Menuliskan kata demi kata dalam diary hijaunya.
Bismillahirrahmanirrahim....
Saat kekuatan cinta mulai masuk dalam relung jiwa, apa daya aku hanya mampu beradu kepada-Nya, Mengadu disepertiga malam dalam rengkuhan cinta-Nya.
Jika benar apa yang ku rasakan ini adalah cinta, maka hanya Allah yang mampu menyatukan kita. Atas mau-Nya, atas nama-Nya, dan atas cinta-Nya. Aku titipkan hati dan diri ini pada siapapun yang allah pilihkan. Dan Aku harap, itu kamu.
Namun, kini Aku takut. Takut rasa ini akan merusak hati dan membunuh akhlakku secara perlahan. Aku takut, takut rasa cinta ini akan melebihi rasa cintaku kepada-Nya.
Ku pasrahkan semua rasa ini hanya kepada sang Maha Cinta. Dan Mulai saat ini, aku akan belajar untuk mengikhlaskannya.
-Ainara-
Tak terasa air mata ikut jatuh mengenai kertas putih bersih. Keikhlasan memang sulit untuk dipelajari, tapi jika dilakukan atas nama Allah dan karena Allah semua akan mudah. Nara percaya itu.
Mencintailah sewajarnya, agar kamu tidak terlalu kecewa! Nara memperingatkan dirinya sendiri.
Drrttt...drtttt....
Sepotong pesan masuk dari nomer Reza. Nara menyeka air matanya dan segera membuka pesan itu.
"Ai, power point-nya udah jadi!"
Tanpa pikir panjang, Cewek itu mengetik balasan untuk Reza.
"Oke. Thanks!"
"Udah gitu doang?" Reza mendengus kesal saat membaca balasan Nara yang singkat bin padat.
"Udahlah bro. Daripada galau mending kita bergurau." Ucap Angga berusaha menghibur sahabatnya itu.
***
Tringgg...tringgggg..tringgggg (Jam beker berbunyi)
"Hoammmmmm, jam berapa sih ini?" Ucap Reza seraya meraba-raba mencari keberadaan jam beker tersebut.
"Baru jam tujuh." Gumam Reza sambil mematikan jam beker tersebut. Kemudian Ia menarik selimut dan kembali ke posisi tidur.
1 detik...
2 detik....
3 detik.....
Sampai 10 Detik......
Tiba-tiba Reza langsung kaget saat menyadari sesuatu. Ia bangkit dari spring bed yang digunakan berlima dengan temannya yang lain.
"Hahhh? Jam tujuh?" Seru Reza saat memeriksa jam beker lagi.
"Mampus!!! telat gue!" Pekiknya yang berakibat membangunkan yang lain.
"Berisik lo Za! Kayak baru pertama kali telat aja!" Gerutu Arya sambil berjalan kearah jendela dan membukanya. Angga, Bayu dan Bagas menggerutu gak jelas karena merasa silau dengan cahaya matahari diluar sana.
Sementara itu, Reza masih berkutat dengan keterkejutannya. Ia menyambar handuk dan berlari sprint menuju kamar mandi.
"Woiii seragam gue dong. Cepetan gak pakek lama!" Teriak Reza dari dalam kamar mandi.
"Nih!"
Detik berikutnya, Reza keluar dari kamar mandi lengkap dengan seragamnya. Tanpa mengancing dan menyisir rambutnya, Reza menyambar ranselnya dan bergegas keluar. "Gue duluan." Pamitnya ke yang lain.
Disekolah, Nara dengan gusar menunggu kedatangan Reza yang dari tadi tidak muncul-muncul padahal 5 menit lagi bel masuk berbunyi.
"Reza mana sih, bentar lagi mau masuk!" Gumamnya sendiri sambil terus-menerus mengecek jam tangannya yang terasa berputar dengan sangat cepat.
"Reza belum datang?" Rian muncul dari belakang sambil menepuk bahu Nara. Cewek itu tersentak kaget karena tepukan itu dan hanya mengangguk untuk menanggapi pertanyaan Rian.
"Tadi malam dia nggak tidur dirumah. Pasti dia tidur di kosnya Arya." Lanjut Rian lagi yang saat ini ikut memperhatikan pintu lobby seperti yang dilakukan Nara. Dahi Nara berkerut, heran dengan perkataan Rian yang seolah-olah tahu banyak tentang Reza. Nara mengalihkan pandangannya ke cowok yang saat ini berdiri disampingnya. Rian ikut menoleh menatap Nara, dan saat itu juga Ia sadar dengan ucapannya barusan.
"Cuma feeling gue aja!" Rian masuk kelas untuk menghindari pertanyaan yang lebih membahayakan daripada pertanyaan biologi dari Nara.
Teeeetttttt.....tetttttt.....
Para siswa mulai menghambur memasuki kelas masing-masing begitu mendengar bel berbunyi, begitu pun dengan Nara. Cewek itu menghela napas, pasrah dengan nasibnya yang akan menerima omelan dari guru biologi karena sampai detik ini jua batang hidung Reza sama sekali tak kelihatan.
"Ai!" Nara berhenti tepat satu langkah didepan pintu kelas saat mendengar suara yang memanggil namanya. Nama khusus dari seseorang untuknya. Ia menoleh. Seketika matanya membulat melihat Reza yang berjalan kearahnya dengan kaki kiri diseret dan dahi yang terluka.
"Reza?" Hanya kata itu yang mampu keluar dari pita suara Nara.
Cowok itu tersenyum dan menyerahkan sebuah Flashdisk. Masih dengan keterkejutannya, Nara menerima Flashdisk itu. Ia mendongak menatap Reza. Tepat saat matanya bertatapan dengan Reza. Pandangan cowok itu mulai mengabur dan...
Brukk..
Tubuh Reza ambruk, jatuh kedalam pelukan Nara. Mulut Nara ternganga, terkejut setengah mati dengan Reza yang tiba-tiba ambruk. Bukan hanya Nara, para siswa yang melihat kejadian itu pun ikut terkejut, bertanya-tanya dengan apa yang terjadi pada cowok yang penuh akan skandal ini. Sebagian dari mereka mengeluarkan ponsel untuk mengabadikan moment yang mungkin terjadi sekali dalam setahun. Nara bersentuhan langsung dengan seorang cowok!
"maaf gue telat!" Bisik Reza tepat ditelinga Nara, dan kesadarannya benar-benar hilang.
***
Yeeee update lagiii.... Update sebelum masuk kuliah :D
masih adakah yang mau baca cerita ini???
Oke deh. Happy reading ya!!!
Love,
Sabtu, 29 Agustus 2015.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top