PART 24

Koridor sekolah sudah dipenuhi siswa dengan aktivitas mereka masing-masing. Ada yang sibuk mengobrol, ada yang sibuk baca buku pelajaran atau mungkin novel, dan ada pula yang sedang membersihkan kelas. Mereka berlalu lalang untuk sekedar pergi ke toilet, menuntaskan rutinitas biologi yang tertunda di rumah, atau sekedar pergi ke kantin untuk mengisi energi sebelum proses belajar dimulai. Namun rupanya aktivitas itu terhenti ketika seseorang melintas di depan mereka.

Sudah 3 hari semenjak Reza tak masuk sekolah. Cowok itu melangkahkan kaki menyusuri koridor sekolah dengan tas punggung tersampir dibahu kanan serta tangan memegang tali tas tersebut. Sedangkan tangan kirinya di masukkan ke dalam saku celana dengan baju yang tak dimasukkan dan tak dikancing. Secara penampilan tak ada yang berubah, tetapi setidaknya Reza kali ini tidak terlambat seperti biasa. Begitulah komentar teman-temannya yang mulai berbisik-bisik tentang Reza.

"Jadi Reza sama Rian itu saudara? Kok bisa?"

"Tumben si Reza gak telat?"

Sayup-sayup Reza mendengar komentar beberapa siswa. Satu sudut bibirnya terangkat saat mendengar itu. Cowok itu terkesan dingin, tak mau menanggapi. Lebih memilih meneruskan langkahnya, lalu berbelok menuju tangga yang menghubungkan kelasnya. Kali ini kedua sudut bibirnya tertarik membentuk lengkung sempurna ketika melihat Nara berdiri di depan madding sekolah yang berada tepat di sebelah tangga. Reza mendekat tanpa menyapa. Ia berdiri di sisi kanan gadis itu. Berpura-pura ikut membaca informasi disana.

1 menit

2 menit

3 menit

Nara masih berdiri tanpa suara.

Reza menoleh ketika tak ada respon yang diberikan Nara. Memperhatikan gadis yang sedang fokus ke depan, sampai-sampai tak menyadari keberadaannya. Lalu mengikuti arah mata Nara. Penasaran dengan hal yang membuat cewek itu terbang ke alam bawah sadar. Ia tak menemukan sesuatu yang menarik, kecuali satu kalimat.

Kenapa harus takut kehilangan, jika pada hakekatnya kita tidak pernah memiliki apapun!

Reza menaikkan satu alis, memikirkan pesan dari kalimat itu. Rasa kehilangan itu hadir karena ada rasa memiliki. Dan sayangnya, manusia selalu merasa memiliki dengan sesuatu yang bahkan bukan untuknya. Pun dengan hati seseorang yang penuh misteri.

Cowok itu mengedarkan pandangan ke Nara. Memandangnya dalam diam dan bertanya pun tanpa suara.

"Hatimu milik siapa?"

Lalu Reza menggedikkan bahu.

Reza mengetuk sisi kiri kepala Nara dan membuat cewek itu kembali ke dunia nyata. Nara menoleh ke kiri. Karena tidak menemukan apapun, otomatis kepalanya bergerak ke kanan. Matanya melotot dan spontan menarik kepala ke belakang ketika wajah Reza yang sedang tersenyum terpampang jelas dihadapannya. Cewek itu mengerjap beberapa kali baru kemudian mundur satu langkah.

"Sejak kapan kamu disini?" Tanya Nara setelah berhasil mengatasi keterkejutannya.

"Udah lama, tapi gak selama menunggu kamu membalas perasaanku."

"Tumben gak telat?!" Ucap Nara mengalihkan pembicaraan.

"Cieee... Berarti selama ini kamu memperhatikan aku telat atau nggak dong? Telat membawa berkah ini mah namanya." Ujar Reza dengan senyum merekah. Senyum itu sirna ketika mendengar jawaban dari Nara.

"Apaan si? Kan kita teman sekelas, ya jelas kalau aku tahu kamu telat apa enggak. Jadi itu bukan perhatian."

Nara berlalu dan menaiki anak tangga.

Tentu saja diikuti oleh Reza dibelakangnya.

"Kamu lagi liat apaan tadi, fokus bener lihatnya? Coba sesekali kamu liatin aku kayak gitu juga."

"Kepo!" Jawab Nara singkat.

"Woahhh. Ckckckk..." Reza mendecakkan lidah, "Apa kamu tidak merindukanku? Udah 3 hari loh kita gak ketemu!" Lanjutnya.

Nara berhenti sejenak lalu menoleh ke Reza, "Hanya dalam mimpimu." Lalu melanjutkan langkahnya.

"Mungkin tidak sekarang. Tapi suatu saat kamu akan merindukan aku yang selalu jahilin kamu, godain kamu, atau mungkin perhatian ke kamu. Karena manusia tak pernah sama, bahkan setiap menit perasaan manusia bisa berubah." Ungkap Reza saat berhasil mensejajarkan posisinya dengan Nara.

"Aku akan menunggu waktu itu!" Mata mereka bertemu sepersekian detik. Reza membuang muka pertama dan kali ini Ia berjalan meninggalkan Nara.

Reza menghampiri Dinda yang berdiri didekat balkon kelas. "Woii nyet, lagi ngapain lo?" Tanyanya sambil mengalungkan lengannya ke leher Dinda.

"Lagi memandang masa depan gue yang bahagia karena ada lo."

Taaakkk.

"Aww, kenapa lo jitak gue?"

"Pagi-pagi nggak usah menghayal, nyet." Ucap Reza. Kali ini dengan mengacak-acak rambut Dinda. Kemudian masuk ke dalam kelas.

"Berhenti manggil gue 'nyet'!" Protes Dinda sambil berbalik melihat punggung Reza lenyap dibalik pintu.

"Itu panggilan sayang gue." Teriak Reza dari balik jendela.

Dinda mendesis dan detik berikutnya tersenyum. Setidaknya Reza sudah menganggapnya ada. Proses hanya persoalan waktu saja. Dinda yakin semuanya akan kembali seperti semula.

Sementara itu, Nara masih berdiri di tempatnya. Rupanya cewek itu memperhatikan mereka.

Iya benar. Setiap menit bahkan setiap detik manusia bisa berubah. Sama sepertimu yang perlahan menyerah.

***

Nara berjalan menuju ruang guru dengan kedua tangan penuh tumpukkan buku tugas teman-temannya. Cewek itu sedikit menunduk memperbaiki buku-buku itu agar tak jatuh. Ditengah kegiatan itu, sepasang sepatu tiba-tiba menghentikan langkah Nara. Ia mendongak dan menemukan Reza sedang melipat tangan di atas dada.

"Kenapa kamu yang bawa?" Tanya Reza sambil menunjuk buku dengan kepalanya.

"Rian minta tolong, soalnya Dia buru-buru ke ruang osis."

"Ya udah sini, aku bantuin!" Reza mengambil secara terpaksa setengah dari buku itu.

Nara mensejajarkan posisinya saat Reza berhasil merampas beberapa buku. "Gak perlu. Aku bisa sendiri," Tolaknya.

Reza berhenti dan menaikkan satu alis, memperhatikan cewek itu dari bawah hingga ujung kepala.

"Kenapa kamu ngeliatin aku kayak gitu?" Nara merasa jengah.

"Nggak ada. Cuma liat aja, sebelum aku gak bisa lihat kamu lagi gara-gara ada undang-undang yang gak ngebolehin liat cewek cantik!" Jawab Reza sedikit terkekeh dan melangkah kembali.

Kali ini giliran Nara yang menaikkan kedua alisnya. Berbicara undang-undang, Ia jadi teringat dengan kasus penangkapan pemuda pembawa bendera bertuliskan kalimat tauhid di atasnya. Undang-undang tentang bendera merah putih yang tak boleh dilecehkan itu rasa-rasanya sebagian besar warga Indonesia tak mengetahuinya. Kasus serupa pun realitanya sudah sering terjadi. Cewek itu menyayangkan mengapa bendera yang bertuliskan kalimat arab aja yang ditangkap, yang lain kemana?

Nara menghela napas, melenyapkan segala pikiran yang membuat hatinya dongkol karena realita yang terjadi di Indonesia tercinta. Kemudian melihat sekitarnya.

"Kamu tau gak sih? Aku gak mau dibantuin sama kamu karena gak mau jadi pusat perhatian seperti ini."

Reza mengedarkan pandangan. Tersenyum saat menemukan banyak pasang mata yang sedang memperhatikan mereka. Cowok itu tak merespon pernyataan Nara karena sekarang mereka telah masuk ke ruang guru. Nara berjalan lebih dulu ke meja yang berada disebelah kiri pintu masuk. Kemudian diikuti Reza yang sepertinya mendapatkan perhatian dari beberapa guru.

"Ini udah semua Nara?" Tanya Bu Rini saat Nara dan Reza meletakkan buku-buku itu di atas meja.

Nara mengangguk, "Udah bu."

Tatapan Bu Rini beralih ke Reza yang berdiri di samping kanan Nara.

"Kamu Reza! Masukin baju kamu!" Perintah Bu Rini, guru mata pelajaran Agama Islam mereka.

Cowok itu menghela napas, lalu memasukkan baju seadanya dengan berat hati yang ari tadi menjadi perhatian para guru lainnya.

"Kebetulan kamu disini, tadi ibu lupa menyampaikan sesuatu." Lanjut Bu Rini.

"Sesuatu? Ahh Ibu udah seperti syahrini aja. Uulalaa." Celutuk Reza.

"Ibu gak bercanda Reza." Sedikit melotot, "Jadi gini, sebentar lagi ada kegiatan Do'a bersama untuk kelas 12 sebelum menghadapi ujian Nasional. Nah, dari ekskul rohis kamu ditunjuk sebagai perwakilan untuk tilawah diacara tersebut. Jadi persiapkan dirimu!"

Kalimat itu meluncur bebas dari guru berhijab itu memberikan sensasi menyengat di sekujur tubuh Reza, seakan terkena petir di siang bolong. Pasalnya, Ia dikenal sebagai troublemaker di sekolah ini tapi mengapa dirinya ditunjuk sebagai pembawa tilawah di kegiatan tahunan sekolahnya. Tentu saja hal ini membuat cowok itu heran.

"Apa?? Bagaimana bisa?" Protes Reza.

Sementara itu, Nara pun ikut terkejut. Cewek itu memandang Bu Rini dan Reza bergantian. Sedikit tak percaya dengan kalimat gurunya itu. Pembacaan ayat suci Al-Quran di setiap kegiatan biasanya dilakukan oleh Aldo atau dirinya, jika sang Ketua berhalangan. Namun kali ini berbeda, Reza yang kerap kali absen saat tilawah pagi hari, tiba-tiba ditunjuk untuk membacakan Al-Quran. Sepertinya hal ini akan membawa kehebohan yang lain, setelah misteri hubungan Rian dan Reza terkuak.

"Kamu kaget? Ibu lebih kaget lagi! Aldo yang mengusulkan namamu. Karena berbagai alasan, jadi Ibu telah menyetujuinya. Persiapkan dirimu baik-baik. Jangan sampai mempermalukan anak rohis." Terang bu Rini.

"Udah itu aja. Kalian berdua bisa balik."

Tidak ada protes lagi yang keluar dari mulut Reza, pun dengan Nara yang mengekor di belakang. Cewek itu melihat Reza mengepalkan kedua tangan, lalu melangkah meninggalkannya tanpa sepatah kata.

***

Oke. Seperti janjiku di part sebelumnya, Tadaaaaa..... Inilah Part 24.

Semoga suka deh. jangan lupa baca dan juga share ke teman-teman kalian yah. Vote dan komennya boleh juga tuh. Wkwkwk

Makasih semua sudah baca, like dan juga komen ceritaku sampai part ini. Big love for you deh ^_^

Wait for the next part, oke?!

Jangan bosen-bosen mampir di lapak gue yakk :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top