PART 10
Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu, akan tetapi Nara masih didalam ruang Rohis sedang merapikan berkas-berkas bersama Dita. "Udah?" Tanya Dita saat dilihatnya Nara sudah memakai tasnya.
"Iya udah. Ayokk!" Nara merangkul lengan Dita kemudian mereka berdua keluar ruangan menuju ke lobby sekolah.
Mereka sudah sampai didepan lobby. "Ternyata masih ramai Ta, kirain udah sepi," komentar Nara saat melihat lapangan parkir masih padat, banyak motor-motor dan beberapa mobil berjajaran di sana.
"Ra, itu Reza!" Dita menyenggol pingggang Nara dengan sikutnya sampai Nara ikut-ikutan menoleh. Dilihatnya Reza baru muncul dari pintu samping sekolah dengan tas ransel di punggungnya, sedang berjalan menuju ke lapangan parkir. Reza sempat melirik kea rah Nara dan Dita, hanya sekilas dan datar. "Kayaknya Reza mau kesini deh, Ra, tunggu bentar."
"Nggak ah. Aku mau pulang aja. Mungkin Kak Revan udah nunggu didepan." Nara tampak ogah-ogahan.
Dita menahan Nara hingga akhirnya mereka merapatkan punggung di dinding gedung sekolah belum sampai ke gerbang depan. "Ra, dia beneran mau kesini. Kayanya mau nganterin kamu pulang deh." Bisik Dita sambil mencengkram lengan Nara dengan kuat untuk menahan Nara yang sedari tadi ingin kabur.
Reza naik ke motor besarnya kemudian memakai helm. Nara yang tak bisa berkutik dari sanderaan Dita akhirnya memperhatikan gerak-gerik cowok itu dengan seksama. Saat dilihatnya motor Reza mulai mendekati mereka, mendadak tubuh Nara menegang. Tetapi Nara dan Dita langsung tersentak kaget saat motor itu tidak berhenti di dekat Nara. Reza justru sama sekali tidak melihat Nara, negelirik pun enggak.
Reza justru menghentikan motornya di depan gerbang, saat dilihatnya Erin melambaikan tangan untuk meminta tumpangan.
"Reza, Gue bareng lo ya!" Erin menepuk pelan bahu Reza, lalu dengan semangat 45 dia naik ke motor besar Reza.
Nara melihat adegan itu dengan nyata, benar-benar jelas tanpa pembatas! Karena cuman berjarak beberapa langkah dengan posisinya saat ini. Nara melihat langsung Erin memeluk Reza dari belakang, posisi mereka benar-benar dekat. Nyaris tanpa jarak sedikit pun.
"Ra, Itu....Reza kok..." Dita menatap Nara bingung. "Kok Dia...." Terlalu banyak tanda tanya yang muncul dikepala Dita setelah melihat kejadian yang mencengangkan. "Dia gak ngelirik kamu sama sekali? Gak seperti biasanya."
"Tau ah. Syukur deh kalau dia nggak gangguin aku lagi." Ucap Nara berusaha tak mau ambil pusing, namun ucapan itu kontradiktif dengan wajahnya yang memancarkan kehilangan. Dia segera mempercepat langkahnya supaya keluar dari gerbang sekolah dan sampai di halte menunggu jemputan. Nara memandang kejauhan, dilihatnya motor besar Reza masih terlihat dengan Erin yang berada di boncengan cowok itu.
***
Nara sedang rebahan diatas kasur sambil membaca sebuah buku non fiksi dengan genre islami, karangan dari Ahmad Rifa'i Rifan.
Tuhan maaf, kami sedang sibuk!
Tuhan, harap maklumi kami, manusia yang begitu banyak kegiatan. Kami benar-benar sibuk, sehingga kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk-Mu.
Tuhan, kami sangat sibuk. Jangankan berjamaah, bahkan munfarid pun kami tunda-tunda. Jangankan rawatib, zikir, berdo'a, tahajjud, bahkan kewajiban-Mu yang lima waktu saja sudah sangat meberatkan kami.
Jangankan puasa senin-kamis, jangankan ayyamul baith, jangankan puasa nabi daud, bahkan puasa ramadhan saja kami sering mengeluh.
Tuhan, maafkan kami, kebutuhan kami didunia ini masih sangatlah banyak, sehingga kami kesulitan menyisihkan sebagian harta untuk bekal kami di alam abadi-Mu.
Jangankan sedekah, jangankan jariah, bahkan mengeluarkan zakat wajib saja sering kali terlupa.
Tuhan, urusan-urusan dunia kami masih amatlah padat. Kami amat kesulitan menyempatkan waktu khusyuk dalm rukuk, menyungkur sujud, menangis, mengiba, berdo'a dan medekatkan jiwa sedekat mungkin dengan-Mu.
Tuhan, tolong, jangan dulu engkau menyuruh Izrail untuk mengambil naywa kami.
Karena kami masih terlalu sibuk.
Begitulah resensi buku yang dibaca Nara. Merasa bosan dengan kegiatannya, Ia beralih ke ponsel yang ada disampingnya. Dilihatnya ponsel yang sekarang berada di tangannya dengan bosan kemudian matanya berpindah melihat jam.
09.00
Sudah jam Sembilan malam. Tapi Ia belum juga berhasil memejamkan matanya. Entah mengapa, akhir-akhir ini dia jadi susah memejamkan mata padahal Nara bukanah tipe orang yang sering mengalami insomnia. Dan biasanya di jam sembilan atau sepuluh malam Ia sudah tertidur pulas. Tapi malam ini beda. Mata Nara seolah melawan tiap kali dia mau memejamkan mata.
"Aku ini kenapa sih?" Nara menghela napas, kemudian bangkit dari ranjang dan memilih untuk duduk di kursi meja belajarnya.
09.15
Sudah 15 menit berlalu. Nara masih setia melihat ponselnya, menggerakkan jari-jemarinya menari diatas meja belajar. Sesekali Dia juga mengetuk layar ponselnya untuk memastikan. Namun tidak ada satupun pesan ataupun panggilan masuk dari Reza. Biasanya cowok itu mengirimi Nara beberapa pesan, walaupun Nara sendiri tidak membalasnya. Tapi semenjak insiden itu, cowok itu tak lagi mengiriminya pesan.
Nara melihat jam lagi dan langsung menarik napas, sudah berlalu beberapa menit. Dilihatnya lagi fitur pesan dan kontak masuk. Kosong. Tidak ada pesan ataupun telepon. Nara meletakkan dagunya di atas meja belajar, menatap ponselnya penuh tanda tanya.
Nara bingung, mengapa Ia seperti ini. Seharusnya Ia merasa senang karena tidak ada lagi yang mengganggunya malam-malam. Namun, Nara justru merasa kehilangan karena mungkin Ia sudah terbiasa dengan gangguan dari Reza yang selalu berhasil membuatnya tersenyum. Nara menjatuhkan kepalanya diatas meja, merasa frustasi dengan pikirannya sendiri.
Cewek beranjak dari tempat duduknya, berniat kekamar mandi untuk mengambil air wudhu. Tapi baru beberapa langkah, ponsel Nara bergetar. Ia menoleh ke meja dimana ponselnya berada, satu pesan muncul di layarnya. Mata Nara membulat, jantungnya seperti berhenti berdetak. Mendadak kepalanya dipenuhi sejuta tanda tanya. Tangannya segera meraih ponsel dan membuka pesan itu.
From : Dita
Nara . . . . Aku Galauuuuuuu !!!!!!
Nara menghela napas usai membaca pesan itu. Ia lalu melempar ponselnya asal kearah tumpukkan bantal. Tak mau ambil pusing, cewek itupun segera masuk kekamar mandi. Mengambil air wudhu dan setelahnya duduk dimeja belajar lagi untuk membaca Al-Quran. Salah satu cara terampuh Nara dalam mengusir ke-galauannya yaitu dengan membaca Kalam Ilahi . segala keresahan, kesedihan, dan kegalauan akan hilang seketika saat membaca ayat-ayat cinta dari sang Maha cinta. Karenanya, Al-Qur'an merupakan obat ANTI GALAU bagi Nara.
***
Cahaya mentari yang kuning keemasan menebus masuk melalui celah jendela. Kicauan burung mulai terdengar. Sayup-sayup Nara membuk matanya. Dilihatnya jam di dinding disamping tempat tidur. Hahh... sudah jam 7!!! Nara terpekik kaget melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 07.00. Pasalnya hari ini, dia ada rapat Rohis di sekolah.
Nara segera bangkit dari tempat tidur dan segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Belum sempat membuka pintu kamar mandi, ponsel Nara berbunyi.
From Lala :
Ra, Aku udah OTW kerumah kamu nih! Tunggu ya!!!
Nara tersenyum membaca pesan teks dari Lala. Ia bersyukur karena tahun ini sahabatnya itu mau ikutan Rohis. Yahh ... Walaupun awalnya karena Aldo, namun Nara yakin seiring berjalannya waktu, semuanya akan berubah menjadi Lillahita'ala. Insya Allah......
Tak butuh waktu yang lama untuk bersiap-siap, karena Nara sangat sederhana dalam berpenampilan. Cewek itu mematut dirinya didepan cermin sebelum keluar kamar. Ia melihat bayangannya sendiri yang menggunakan gamis lebar berwarna biru gelap dipadukan dengan bergo berwarna abu-abu. Tidak lupa menggunakan Manset tangan untuk berjaga-jaga jika lengan gamisnya tersingkap, dan tak lupa pula dengan kaos kaki.
Setelah merasa cukup nyaman dengan penampilannya. Nara keluar dari kamar dan melangkah menuju pintu depan ketika mendengar bel rumahnya berbunyi. Nara ternganga Saat membuka pintu, , speechles melihat penampilan baru dari sahabatnya itu. Lala terlihat lebih cantik denga jilbab yang Ia kenakan. Tanpa menunda-nunda lagi, mereka berdua segera berangkat ke sekolah menggunakan mobil Lala.
Mereka berdua tiba disekolah dan segera menuju ke ruang rapat yaitu Ruang Rohis. Untuk rapat kali ini membahas tentang rencana Bakti Sosial yang akan dilaksanakan setelah ujian akhir semester satu ini selesai, yang dimana Ujian akan berlangsung 3 minggu lagi. Rapat hari ini dipimpin langsung oleh sang ketua, Aldo. Rapat dibuka dengan pembacaan Al-Qur'an dan kemudian taujih singkat dari salah satu Ikhwan. Baru kemudian masuk ke inti rapat yaitu perencanaan sekaligus pembentukkan panitia Bakti Sosial. Satu setengah jam rapat itu berlangsung akhirnya membuahkan keputusan final. "Kalau begitu rapat hari ini cukup sampai disini. Jazakumullah Khairan atas kehadiran antum/antunna. wassalamu'alaikum warahmatullahiwabarakatuh." Rapat pun selesai. Aldo bangkit dari kursinya dan membuat semua anggota Rohis yang lain ikut keluar ruangan.
Saat mereka semua ingin keluar dari pintu, langkah anak-anak Rohis terhenti di pintu dan menatap ke satu focus. Aldo mengernyit heran. "Ada apaan?"
Imam menggerakkan dagunya ke satu arah, supaya Aldo keluar dan melihat apa yang terjadi.
Aldo sempat kaget melihat Reza dan gerombolannya, kecuali Angga dan Bagas, sedang duduk di kursi yang ada disamping pintu Rohis sambil merokok dengan santainya. "Ngapain lo disini?" Suara tegas Aldo menyadarkan Reza dan yang lain. Cowok itu menoleh dan membuat mata keduanya saling bertatapan.
"Lo lupa? Gue kan anggota Rohis juga! Jadi kesini mau rapatlah! Salah gue?" Jawab Reza santai dengan wajah tanpa dosa-nya yang khas.
"Rapat!!! Tapi lo malah ngerokok disini!" Cibir Imam. "Dan lo tahu kan? nggak boleh merokok di sekolah! Atau jangan-jangan lo emang bego gak tahu namanya peraturan!" Lanjut Imam lagi dengan menekankan kata Bego dalam kalimatnya.
Sontak hal ini membuat Reza bangkit dari duduknya dan berniat menyerang Imam. Akan tetapi dihalangi oleh Aldo. Reza menatap tajam ketua Rohis ini, mengisyaratkannya untuk menyingkir. Tapi Reza tak bergeming sama sekali.
Sementara itu, Nara dan Lala yang masih didalam ruangan terlihat bingung melihat anak-anak Rohis lain mengerumun didepan pintu. "Ada Reza diluar. Gawat nih, bisa-bisa ada perkelahian disini!" salah satu cewek anggota rohis berbisik-bisik kepada teman disebelahnya.
Reza???! Nara dan Lala saling pandang ketika mendengar nama Reza disebut.
Mereka segera menyeruak keluar dan membeku didekat pintu begitu melihat Reza saling berhadapan dengan Aldo.
Rian merebut sebuah rokok yang masih menyala dari tangan Reza, "Apa sih hebatnya benda ini?" Tanya Aldo. Kemudian Ia menghisap batang rokok itu. Semua anggota rohis yang berada disitu, terkejut dengan tindakkan Aldo yang mendadak brutal. Mereka melihat adegan itu dengan tatapan tak percaya. Jelas saja tidak percaya, pasalnya Aldo merupakan ketua Rohis yang dikenal sebagai siswa baik-baik disekolah ini. Tapi tindakan Aldo barusan diluar dugaan mereka.
Bukan hanya mereka, namun Reza pun terkejut bukan main. Ia melotot tajam ke Aldo yang tengah menghisap rokoknya. Baru sekali hisapan, Aldo langsung terbatuk-batuk sambil memukul dadanya yang terasa sesak. Melihat hal itu, Reza segera bertindak. Ia berniat merebut kembali rokok itu, namun segera dicegat oleh Aldo. Bukannya kapok, Aldo justru terlihat tak gentar sama sekali, "Kalau rokok ini buat lo seperti dulu lagi, bakal gue lakuin."
Entah setan mana yang merasuki cowok itu, namun kali ini Ia benar-benar muak dengan sikap Reza. Dimasukkannya lagi batang rokok itu. Namun sebelum mendarat dibibirnya, rokok itu lebih dulu direbut Reza dan segera menjatuhkannya kelantai, menginjaknya hingga mati.Pandangan Reza beralih ke Aldo, "Jangan melakukan sesuatu yang lo benci."
"Hahaa..." Aldo tertawa mengejek Reza. "Terus gimana sama lo? Sampai kapan lo negelakuin sesuatu yang sebenarnya lo benci? Sampai kapan lo kayak gini? Sampai kapan lo lari dari masa lalu??? Sampai kapan, hah?" Tanya Aldo dengan penuh emosi. "Banci lo lari dari masalah!"
Ucapan terakhir Aldo, mengakibatkan Reza emosi. Nara dan yang lain semakin terkejut dibuatnya saat Reza menarik kerah baju Aldo dengan kuat. Tak ada satupun dari mereka yang mencegah hal itu, karena mereka semua bingung dengan apa yang terjadi antara Reza dan Aldo. Pasalnya satu sekolah juga tahu bahwa Reza dan Aldo bukanlah musuh bebuyutan. Selama ini Reza selalu menghindari Aldo, tak peduli dengan kerasnya usaha Aldo untuk menjadi temannya.
"Nggak usah ngomong seolah-olah lo ngenal gue ya. Gue bukan teman lo dan berhenti mengurus kehidupan orang lain! Lo urus aja cewek lo!" Kemudian Reza melepaskan cengkramannya dikerah baju Aldo dan mendorongnya hingga cowok itu jatuh tersungkur ke lantai. Sebelum pergi, Reza sekilas melirik kearah Nara yang menunjukkan bahwa 'cewek' yang dimaksudnya adalah Nara. Detik berikutnya, Reza menjauh meninggalkan tempat perkara diikuti oleh Bayu dan Arya.
***
"Aldo!" Aldo berhenti melangkah di tengah-tengah koridor ketika mendengar seseorang memanggilnya. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Dita yang sedang berjalan mendekatinya.
"Aku mau ngomong sama kamu!" Ucap Dita saat berhadapan langsung dengan Aldo.
"Soal apa ya?" Jawab Aldo dengan polosnya.
"Mending kamu jujur deh sama aku. Kamu suka sama Nara atau nggak?" Aldo mengernyitkan dahi mendengar pertanyaan yang dilontarkan Dita. "Kalau kamu memang suka sama Nara, ya udah ungkapin. Supaya Lala nggak berharap lagi sama kamu!" Lanjut Dita.
"Lala berharap sama aku? Maksudnya?"
"Aldodol!!!!" Dita sedikit berteriak melihat Aldo yang tak kunjung mengerti. "Lala itu suka sama kamu! Jadi cowok pekaan dikit napa!" Ujar Dita sebal.
"Aku nggak suka sama Nara ataupun Lala. Jadi berhentilah bertanya sesuatu yang aneh-aneh!"
"Terus kamu suka sama siapa dong?" Tanya Dita kepo. Tapi Ia semakin kesal saat Aldo hanya mengangkat bahu merespon pertanyaannya itu. "Jangan-jangan kamu suka sama Intan! Ya kan?? Ngaku aja deh!" Tuduh Dita tanpa alasan.
Aldo menghela napas pelan. "Mmmmm....Gimana kalau aku suka sama kamu?" Tanya Aldo yang berhasil membuat Dita melotot kaget. Mulutnya terbuka setengah, tak percaya dengan ucapan Aldo barusan.
Sangat sulit untuk menentukan apakah ucapan Aldo serius atau hanya bercanda, karena ekspresinya datar-datar saja. Tapi satu hal yang Dita tahu tentang Aldo, yaitu cowok ini memiliki prinsip yang sama seperti Nara. No pacaran until pernikahan. Jadi Dita hanya menganggapnya sebagai guyonan belaka. Aldo nggak mungkin menyukai dirinya, pikir Dita.
***
Alhamdulillah saya muncul lagi, malam-malam pula!!!!
Gimana nih sama part 10 ini??????
I hope you like this part guys . . . . . And don't forget to leave your vote n comment *Soknge-bahasainggris
Vote dan komen kalian sangat berarti bagi saya !!!!!!
Oke deh . . . . Happy Reading yaaa.
Selasa, 15 September 2015.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top