》dua《

☆☆☆☆☆

Ternyata perkiraan gue salah. Hubungan Ali sama Clara berjalan hampir 3 bulan lamanya. Biasanya sebulanan Ali selalu ganti cewek tapi sama Clara ini beda.

Ali yang dulunya suka ngupil dan jorok banget kini sedikit demi sedikit mulai berubah. Agak sakit saat tau perubahan Ali karena Clara.

"Udah gak hobi ngupil?" tanya gue memastikan.

Ali cuman nyengir sambil sibuk mainin hp di tangannya. Senyumnya mengembang saat matanya menangkap sosok Clara berjalan mendekat.

"Hanny, ke kantin yuk!" Clara langsung bergelayut manja di lengan Ali.

Senyum gue terukir walaupun terlihat kaku. Yang jelas gue harus terlihat baik-baik saja di depan Ali.

"Yuk. Prill, gue ke kantin dulu ya. Lo mau bareng sekalian?" tanya Ali.

Gue menggeleng pelan. "Kalian duluan aja. Gue mau ke kelas. Ada yang harus gue kerjain." ucap gue.

Ali mengangguk dan tanpa berkata lagi langsung menarik tangan Clara, membawanya ke kantin. Gue hanya bisa menatap punggung Ali yang terus menjauh. Gue berharap suatu saat nanti tangan itu yang akan menggenggam jemari gue.

☆☆☆☆☆

Semakin hari, gue semakin tersiksa sama cinta sendiri yang gue rasain. Gue gak tau lagi harus gimana buat ngilangin rasa ini. Dan rasa ini bertambah sesak saat melihat senyum dan perhatian Ali kini tertuju ke Clara.

Gue pengen ngilangin bayang wajah Ali dalam benak gue. Gue pengen ngikis nama Ali dalam hati gue. Tapi gue gak bisa.

Gue semakin sadar akan posisi gue. Gue hanya sahabat Ali dan selamanya akan di anggap sebagai sahabat. Gue gak mungkin masuk ke dalam kisah mereka. Semakin berharap, gue semakin tersakiti karena hanya nama Clara yang ada dalam kalimat yang Ali ucapkan.

☆☆☆☆☆

Roda kehidupan terus berputar begitupun kisah cinta Ali yang akhirnya kandas juga. Hubungannya sama Clara bertahan hanya sampe bulan kelima.

Gue sebagai sahabat pastinya akan selalu ada buat Ali dan gue siap jika Ali akan lari ke dalam pelukan gue sekarang juga. Gue siap kalo gue cuman jadi pelarian aja.

Selain putus sama Clara ternyata ada hal yang membuat Ali depresi dan sering menyendiri. Bokapnya Ali ketangkep KPK. Kabarnya beliau tersandung kasus korupsi pembangunan kantor cabang di luar pulau.

Sejak saat itu status Ali yang most wanted di sekolah seketika lenyap dan gak ada satupun cewek-cewek yang mau deket sama Ali. Semua menjauh dan menghindari apa aja yang ada hubungannya sama Ali.

Cuman gue yang selalu ada di samping Ali. Gue yang selalu support Ali. Dan kali ini gue akan nyatain cinta gue ke Ali. Gue akan terima apapun nanti jawaban Ali.

Tapi semuanya terlambat. Ali sudah menutup pintu hatinya dan juga menghilang dari hidup gue. Gue terus berpikir, apa gue gak berhak bahagia?

Kenapa saat gue ada keberanian buat ngungkapin perasaan gue, justru orang itu udah pergi dari hidup gue?

Kali ini gue bener-bener kehilangan Ali. Bukan karena Ali jadi milik orang lain tapi karena Ali menghilang dari hidup gue.

☆☆☆☆☆

5 tahun berlalu...

Gue saat ini memegang perusahaan milik keluarga gue. Dulunya perusahaan ini di pegang sama Bokap dan setelah gue lulus kuliah, gue langsung di rekrut Bokap buat gantiin posisi beliau.

Umur gue udah matang makanya Nyokap terus mendesak gue buat segera nikah. Gue kadang heran aja sama Nyokap, calon aja belum punya malah di suruh nikah.

Sebenarnya banyak yang mencoba mendekati gue tapi gue ragu sama ketulusan mereka. Gue takut aja mereka cuman ngincar materi gue. Dan satu hal yang buat gue gak bisa nerima orang yang mau serius sama gue. Gue masih berharap bisa ketemu sama Ali. Hati gue udah terpatri sama nama Ali.

Entah jodoh atau apa, akhirnya Sang Pencipta mempertemukan gue sama Ali. Pertemuan yang bikin gue shock dan kaget. Ali ngelamar kerja di kantor gue. Itupun dia ngambil posisi sebagai Office Boy.

Ali yang dulunya berasal dari keluarga kaya. Apa yang dia mau pasti terwujud sekarang dia harus kerja banting tulang demi makan sehari-hari.

Saat tau gue Manager di sini, Ali sempat mau ngundurin dirinya. Tapi kali ini gue gak akan lepasin Ali lagi. Gue gak akan biarin Ali hilang lagi dari hidup gue.

"Kamu sekarang tinggal di mana, Li?" tanya gue waktu kita lagi makan bareng di kantin. Ali cuman nundukkin kepalanya dan gak sekalipun dia natap ke arah gue.

"Sa-saya tinggal deket sini, Bu. Ngekost sama temen."

Gue menarik nafas panjang dan membuangnya pelan. Sesak rasanya dada gue denger jawaban formal dari mulut Ali. Gue pengen hubungan gue sama Ali normal kayak dulu lagi.

"Panggil Prilly aja, Li. Kita kan sahabatan." ucap gue. Ali cuman diem dan masih terus menunduk. "Oh iya, Li. Kamu masih inget gak dulu kamu hobi ngupil."

Gue terbahak sendiri mengingat tingkah Ali waktu itu. Tapi tawa gue mereda perlahan saat melihat Ali yang masih menunduk, gak ada suara sedikitpun keluar dari bibirnya.

"Kamu kenapa berubah, Li?" tanya gue pelan.

"Maaf, Bu Prilly. Saya harus kembali bekerja."

Gue cuman bisa melongo menatap kepergian Ali. Apa Ali benci sama gue? Apa yang membuat Ali benci sama gue?

☆☆☆☆☆

Gue gak nyerah gitu aja. Besoknya gue datengin Ali ke ruangannya. Tekad gue udah bulat, saat ini juga gue akan nyatain cinta gue ke Ali. Gue gak peduli status dia sekarang bawahan gue. Yang gue pengen adalah Ali.

Ali sempet kaget waktu liat kedatangan gue. Di ruangan ini ada Ali dan beberapa temen OB lainnya. Gue melangkah masuk dan mendekat ke arah Ali.

"Li, bisa kita ngomong?" tanya gue lirih.

"Soal apa, Bu?" sahutnya sopan.

Gue udah gak bisa lagi nahan airmata gue. Perubahan sikap Ali bikin hati gue semakin sakit dan gue ngerasa Ali semakin jauh dari jangkauan gue.

"Aku cinta sama kamu, Li."

Ali langsung menatap wajah gue. Keliatannya dia shock banget sampe gak bisa bales omongan gue.

"Aku cinta sama kamu sejak kita SMA tapi kenapa kamu gak pernah tau? Aku yang lebih mencintai kamu di bandingin mereka tapi kamu cuman nganggep aku sebagai sahabat kamu. Apa waktu itu sedikitpun kamu gak ada rasa sama aku?"

Gue menyeka kedua pipi gue yang udah basah. Ali masih aja diam. "Aku selalu nunggu dan nunggu. Bahkan sampe sekarangpun aku masih menunggu, berharap kamu mau nerima aku. Akhirnya Allah mengabulkan doaku, kamu kembali. Mungkin inilah saatnya aku harus ngungkapin semuanya. Aku udah lelah, Li. Aku lelah dan aku butuh tempat bersandar."

Ali diam. Gue maju selangkah lebih mendekat ke arah Ali. Semua yang ada di dalam ruangan ini hanya bisa diam dan menatap ke arah gue. Gue gak peduli penilaian mereka terhadap gue. Seorang Manager yang mencintai seorang Office Boy.

"Aku gak bisa kalo harus kehilangan kamu lagi. Please, stay with me." sambungku.

Hening.

Ali diam dan gak lama kemudian Ali mundur selangkah dengan pandangan menunduk. "Maaf Bu Prilly, saya hanya OB. Saya tidak pantas untuk Bu Prilly dan saya yakin, jauh diluar sana masih banyak laki-laki yang tulus mencintai Bu Prilly."

Gue hanya bisa terpaku di tempat sementara Ali udah pergi dari hadapan gue. Airmata gue terus mengalir walaupun gue berusaha menyekanya.

Apa yang membuat Ali menolak gue?

Besoknya gue dapet surat pengunduran diri dari Ali. Apa gue akan kehilangan Ali lagi?

☆☆☆☆☆

Gue terus berusaha deketin Ali. Gue ikutin Ali sampe ke tempat kostnya. Gue pengen tau kenapa Ali berubah dan bersikap dingin sama gue sampe dia resign dari kantor gue.

Gue liat Ali turun dari motor maticnya. Dengan cepat gue turun dari mobil dan menyusul Ali. Gue setengah berlari mengejar langkah Ali yang hampir aja masuk ke dalam kamar kostnya.

Langkah Ali terhenti saat tangannya gue tahan. "Prilly?" serunya pelan. Mungkin Ali kaget kenapa gue bisa senekat ini.

"Kita harus bicara, Li." Gue melepas kaitan tangan gue di lengan Ali. "Kenapa kamu kayak gini? Kenapa? Apa salahku sama kamu sampe kamu benci sama aku?"

Tak adanya jawaban dari Ali membuat emosi gue tiba-tiba naik.

"KENAPA LO GAK BISA CINTA SAMA GUE?" teriak gue frustasi.

Tetangga kost Ali langsung keluar mendengar teriakan gue. Gue gak peduli lagi. Akal sehat gue udah hilang karena Ali. 2 tahun gue nyimpen rasa buat Ali dan 5 tahun gue kehilangan Ali.

Sejurus bola mata hitam Ali menatap wajah gue dan kalimat yang Ali ucapkan mampu membuat dunia gue seketika menggelap.

"Tapi, aku tidak pernah melihat kamu sebelumnya."

☆☆☆☆☆


Sbya 14 Februari 2018

Cerita ini ending ya. Cuman part aja krna emg cerpen bukan cerbung.

Gue gak bisa jabarin kenapa Ali bisa benci sama Prilly karena gue ngambil sudut pandangnya dari Prilly.

Jgn lupa voment ya...dan sampe ketemu di story selanjutnya 😘😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top