10| Moza mau kencan
Setelah membersihkan diri dan berganti baju dengan kaos dan celana jins selutut, aku langsung saja merebahkan diri ke kasur. Kepalaku rasanya sangat pusing. Badanku pun terasa sakit dan pegal. Tentu saja semua ini karena perbuatan Masha. Anggap saja dia beruntung karena Kak Eghi, Dennis dan Ferrish datang melerai kami. Jika mereka tidak datang, aku yakin Masha sudah kupukulin sampai babak belur.
Lagian nih, ya, apa dia memang setidak malu itu melabrakku? Padahal kan dia yang selingkuh dari Ferrish. Kenapa malah aku yang jadi sasaran amukannya dan malah menuduhku menyukai Ferrish? Sakit jiwa memang si Masha.
Aku mengelus pipiku yang tadi sempat ditampar oleh Masha. Pipiku terasa sakit. Aku berharap tidak sampai memar kebiruan.
"Dasar nenek sihir!" omelku meninju dan menendang udara karena rasa kesal yang masih bertumpuk di dalam dadaku.
Terdengar suara pintu terbuka. Aku mengangkat kepala dan melihat Kak Dylan tengah berjalan memasuki kamarku dengan cengiran lebar di bibirnya.
"Hai, adikku sayang," sapanya dengan nada yang menyebalkan.
"Najis," balasku dengan jijik.
Tiba-tiba saja Kak Dylan melemparkan dirinya ke kasur yang membuatku buru-buru berpindah posisi agar tidak tergencet tubuhnya.
"Nggak usah banyak tingkah ya, lo!" omelku kesal sambil memukul badannya.
Kak Dylan tertawa yang malah membuatku semakin kesal. Apa dia tidak tahu aku telah melalui hari yang sangat melelahkan dan menyakitkan?
"Gue denger, lo tadi habis berantem ya?" tanyanya.
Aku berdecak. "Denger gosip dari mana, sih?"
"Ada, tetangga," jawabnya santai. "Jadi, lo berantem sama mantannya Ferrish, ya?"
"Gue dikeroyok," jawabku.
"Dan lo kalah?"
Aku tertawa meledek pertanyaannya. "Please," balasku dengan nada sombong.
Kak Dylan terkekeh. "Bisa-bisanya adik gue jadi pelakor," katanya geleng-geleng kepala.
Aku kembali memukuli badan Kak Dylan. "Enak aja lo nuduh gue pelakor!" ucapku kesal. "Gue bahkan nggak ada hubungan apa-apa sama Ferrish! Lo tahu sendiri gue sama Ferrish nggak pernah akur. Gue tuh korban fitnahnya Masha! Lagian nih, ya, mereka tuh udah putus. Dan Masha selingkuh dari Ferrish."
"Ampun!" seru Kak Dylan melindungi kepalanya dari sasaran jambakku.
"Makanya nggak usah sembarangan kalau ngomong!"
Kak Dylan mengangguk dengan dua jempol terangkat. "Oke. Gue nggak akan sembarangan kalau ngomong," balasnya.
"Lo tuh, ya, sebagai kakak yang baik seharusnya membalaskan dendam gue dong. Masak lo nggak marah adik lo yang cantik jelita, anggun rupawan, dikroyok sama cabe-cabean?" kataku menatap Kak Dylan dengan ekspresi tidak percaya. "Lo harusnya marah dong. Balaskan dendam gue ke Masha dan teman-temannya!" Aku memelototkan mata ke arah Kak Dylan.
Kak Dylan menatapku dengan ekspresi kaget yang dibuat-buat. "Jadi lo mau gue, kakak lo yang macho ini, jambak-jambakan dengan cabe-cabean itu?" tanyanya yang membuatku mengangguk mantap. Kak Dylan mendenguskan tawa ringan. "Ogah banget. Lagian, gue yakin mereka juga nyesel nyari gara-gara sama lo. Lo kan cewek bar-bar tiada tandingannya."
Aku menatap Kak Dylan dengan tatapan kesal. "Lo kakak gue bukan, sih?" tanyaku datar.
Kak Dylan bangkit ke posisi duduk. "Bukan," jawabnya santai. "Lo kan anak pungut!" ledeknya dengan lidah terjulur ke arahku. Detik berikutnya ia sudah bangkit dari kasur dan berlari keluar dari kamarku.
"Lo yang anak pungut!" teriakku kesal seraya melemparkan bantal ke arah Kak Dylan yang tentu saja tidak kena. "Mama sama Papa mungut lo dari tempat sampah yang ada di depan rumah!" seruku lagi makin kesal .
Bisa-bisanya aku punya kakak menyebalkan seperti Kak Dylan. Lalu, setelah kupikir-pikir, ternyata aku dikelilingi oleh manusia-manusia menyebalkan. Pantas saja hidupku agak tidak tenang.
Kurasakan getaran pada kasurku. Aku meraba-raba kasur yang kududuki untuk mencari ponselku. Sepertinya ada pesan masuk.
Setelah menemukan ponselku. Langsung saja kubuka pesan yang baru saja masuk.
Moza, bisa ketemu nggak? Ada yang mau gue omongin soal Masha dan Ferrish.
-Tejo-
Aku mengernyit bingung menatap pesan yang ternyata dari Tejo, cowok selingkuhannya Masha. Ini lagi, bisa-bisanya mengirimiku pesan yang berhubungan dengan Masha dan Ferrish. Terutama berhubungan dengan Masha. Apa dia tidak mendengar kabar kalau kami habis berantem tadi di sekolah?
Nggak tertarik.
Kirim.
Tak lama kemudian pesan dari Tejo kembali masuk ke ponselku.
Gue butuh bantuan lo, Moz.
-Tejo-
Aku hanya berdecak menatap pesan itu tanpa berniat membalasnya. Apa untungnya kalau aku membantunya? Lagian kan aku malas berurusan dengan masalah orang lain.
Satu pesan kembali masuk ke dalam ponselku.
Gue mohon. Ini juga demi kedamaian hidup lo, Moz.
-Tejo-
"Bagaimana bisa kedamaian hidup gue tergantung sama gue bantuin Tejo apa enggak?" gumamku bingung.
Satu pesan dari Tejo masuk ke dalam ponselku.
Paling nggak dengerin gue dulu, ya, Moz? Gue mohon.
-Tejo-
Aku mengerang kesal. Kenapa aku jadi penasaran, sih?
Akhirnya aku mengetikkan balasan untuk Tejo.
Oke. Awas hidup gue makin nggak tenang setelah dengerin apa pun yang mau lo omongin.
Kirim.
Kemudian Tejo membalas pesan yang kukirimkan itu dengan tempat dan jam untuk pertemuan kami. Tejo mengajakku bertemu di salah satu mal untuk mengobrolkan apa pun yang ingin ia obrolkan.
"Nyusahin," gumamku. Lalu, aku melirik ke arah balkon kamarku, menatap rumah yang ada di depan rumahku. "Minta antar Kak Eghi!" kataku lagi dengan girang.
Segera aku mendial nomor ponsel Kak Eghi. Dalam dering ketiga panggilanku langsung diangkat olehnya.
"Kak Eghi!" sapaku riang.
"Ya, Moza? Ada apa?" tanyanya.
"Sibuk nggak?" tanyaku balik.
"Hmm..., nggak sih. Kenapa?"
Aku tersenyum lebar mendengar jawabannya itu. "Bisa nganterin gue ke mal, nggak?" tanyanya harap-harap cemas.
"Oke," jawabnya yang langsung membuatku melompat-lompat di atas kasur karena bahagia.
"Oke," balasku. "Setengah jam lagi berangkat bisa?"
"Bisa," jawabnya yang hampir membuatku berteriak. "Tapi, lo nggak mau istirahat aja di rumah? Emang badan lo nggak sakit semua karena berantem tadi?"
Aku menggelengkan kepala. "Nggak sakit sama sekali," kataku berbohong.
Kudengar kekehan dari seberang panggilan. "Ya udah kalau gitu. Sampai bertemu setengah jam lagi," ucapnya sebelum mematikan sambungan telepon kami.
Aku kembali melompat-lompat senang karena bisa jalan ke mal dengan Kak Eghi. Karena senangnya aku hampir lupa jika badanku terasa agak nyeri karena habis berantem tadi.
"Oh iya, gue harus siap-siap," kataku seraya turun dari kasur dan melesat ke arah lemari, mencari baju yang cocok untuk pergi ke mal bersama dengan Kak Eghi.
Akhirnya aku memilih untuk memakai kaos putih polos dan membalutnya dengan jaket jins. Lalu, aku mengenakan celana jins berwarna senada dengan jaket yang kupakai agar serasi. Aku membiarkan rambutku tergerai rapi di punggungku. Aku menganggukkan kepala dengan senyum lebar di bibirku karena merasa puas dengan penampilanku ini.
Aku berjalan menuju balkon, menunggu Kak Eghi muncul di depan rumahnya. Anggap saja pergi ke mal bersama dengan Kak Eghi adalah tujuan utamaku. Aku tidak begitu peduli dengan pertemuanku nanti dengan Tejo.
"Lo terlihat baik-baik saja," kata suara dari arah sampingku yang sukses membuatku terlonjak karena kaget.
"Ngagetin aja!" omelku kesal menatap Ferrish yang tengah mengamatiku dengan kernyitan di dahinya. "Dan ya, gue emang baik-baik aja."
Ferrish menganggukkan kepala. "Syukur deh, kalau begitu. Gue sempat berpikir kalau lo kena mental setelah kena jambak oleh Masha dan teman-temannya."
"Enak aja! Lo kira gue selemah itu?" kataku sebal.
Ferrish terkekeh. "Lo kan juga manusia, Moz. Atau sebenarnya lo batako?"
"Ngeledek mulu," kataku berdecak kesal. Lalu, aku menatapnya dengan kernyitan di dahi. "Omong-omong, lo masih suka sama Masha atau nggak?" tanyaku.
Ferrish menghela napas dalam sambil membuang pandangan ke arah depan. "Ngapain sih, nanyain itu?"
"Penasaran aja," kataku. "Jawab dong. Bagaimanapun kan gara-gara betina lo itu, gue jadi babak belur."
"Gue nggak punya jawabannya," katanya dengan ekspresi datar.
Aku mengangguk-anggukkan kepala. Tampaknya Ferrish masih suka dengan Masha. Tapi, mungkin dia gengsi untuk mengakuinya. Ya, pasti seperti itu.
"Kenapa nggak balikan aja, sih? Kasih dia kesempatan buat menebus dosanya atau apalah gitu. Dia kayaknya masih cinta banget sama lo."
Ferrish tersenyum tipis. "Nggak semudah itu, Moza," jawabnya.
"Gue rasa nggak sesulit itu kalau lo mau usaha."
"Lo nggak pernah sih, ngerasain hancurnya perasaan lo karena sebuah penghianatan. Buat percaya lagi ke orang tersebut rasanya sulit banget, Moza. Kayak yang lo mau nyoba lagi tapi takut gagal lagi. Bahkan lo akan mempertanyakan kelayakan diri lo sendiri hanya karena orang lain yang melakukan kesalahan. Lo akan bertanya-tanya 'apa salah gue' padahal lo sendiri kayaknya nggak bikin salah," jelasnya panjang lebar yang sebenarnya tak kupahami. Ferrish menoleh ke arahku lalu mendenguskan tawa. "Lo nggak akan ngerti."
Aku menghela napas dalam dan mengangguk. "Benar," balasku. "Gue nggak ngerti."
"Omong-omong lo rapi banget. Biasanya juga kayak gembel. Mau ke mana?" tanyanya yang tentu saja penuh dengan hujatan. Mulut Ferrish memang sebelas dua belas seperti mulut Kak Dylan.
"Kencan," jawabku jengkel sendiri.
"Sama diri sendiri?" tanyanya lagi dengan sebelah alis terangkat.
Aku mendenguskan tawa sebal. Bisa-bisanya meremehkanku seperti itu.
"Moza udah siap?" teriak suara dari arah bawah.
Sontak aku menoleh dan kulihat Kak Eghi sudah berdiri di depan rumahku dengan penampilan yang rapi dan tentu saja keren. Bahkan baju kami terlihat sama. Kami sama-sama memakai jaket jins. Mungkin kami memang berjodoh.
"Siap!" teriakku balik. "Tunggu ya. Gue turun."
"Lo mau kencan sama Kak Eghi?" tanya Ferrish dengan tawa mengejek.
Aku hanya memberinya tatapan tak peduli. Aku mengibaskan rambutku lalu berbalik menuju ke dalam kamar untuk turun ke bawah.
"Jangan terlalu berhara, woi!" seru Ferrish dari arah balkon. "Nanti sakit hati loh!"
Aku berdecak. Berisik amat si tikus got sebelah!
-------------------------
[Repost-26.05.2021]
Halo!
Sudah lama tidak ketemu aku di sini ya? Apa kabar? Semoga selalu baik-baik saja yaaa~
Terima kasih udah mau nungguin Moza dan para tetangganya di sini. Dan tetap tungguin terus mereka apdet yaaa. Hhhihihi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top