BAB 2
Baru saja Tarissa datang untuk bergabung Bersama semuanya, Zaydan justru malah mengajak bubar semuanya. "Bubar, yukk, bubar!"
Hal itu tentu saja membuat Tarissa tidak mengerti. Namun, tentu saja mereka semua yang sudah berkumpul cukup lama hanya untuk menunggu Tarissa.
"Kita nunggu kamu lama banget, Tarissa," ucap Diana yang saat itu duduk bersampingan dengan sepupunya, yaitu Davin.
Tarissa mengembuskan nafasnya kasar. "Ya, habisnya kalian semua nggak ada yang bantuin aku satupun. Ya pasti lama, lah!" keluhnya sambil mengerucutkan bibir.
Zaydan terkekeh melihatnya. "Loh, tadi saya tawarkan bantuan, kamu menolak."
Dan kali ini Tarissa tidak mau berbicara apapun lagi, dia memilih untuk diam daripada Zaydan terus menimpali.
"Sudah!" Kali ini Davin menjadi penengah di antara mereka. "Semuanya sudah kumpul, ya. Kita fokus sama tujuan utama kita."
Selanjutnya Zaydan segera mengambil alih. "Masjid Al-Fatih ini menjadi saksi bisu atas pertemuan kita. Ini adalah pertemuan pertama kali dan akan terus berlanjut." Saat ini Zaydan sangat bersemangat untuk mengajak mereka. "Kita adalah anak muda. Jangan diem- diem aja di rumah, jangan Cuma scroll sosmed, jangan Cuma rebahan. Pake lah sosmed buat nyebarin kebaikan, bantu lah orang tua di rumah, belajar lah dari mana aja, yang aktif, yang produktif!"
"Saya seneng banget ketemu pengajar di Lembaga Tahfidz Al-Fatih seperti kalian semua ini. Saya tahu kalian pasti sibuk juga, tapi saya yakin pasti masih banyak juga waktu yang terbuang sia-sia, kan?" Pertanyaan Zaydan memang benar terjadi pada mereka. "Maka saya mau mengajak kalian agar bisa menjadi pemuda pemudi yang berdampak baik buat masyarakat."
Tarissa menepuk-nepuk tangan Neneng yang sedang menahan kantuk. Neneng memang begitu, di tempat manapun yang dia harus mendengarkan kata yang Panjang, pasti dia mengantuk.
"Siapa namamu?" Sontak saja Neneng langsung terperanjat kaget saat Zaydan menanyakan nama sambil menunjuk ke arahnya.
Neneng mengerjap-ngerjapkan matanya. "Hah, saya?" Mendapat anggukan dari Zaydan, Neneng pun menjawab, "Saya Neneng. Lengkapnya Neneng Apriliani. Saya orang sunda asli, hehe."
Dan setelah itu mereka menggunakan waktunya untuk saling berkenalan. Yang hadir saat itu ada Tarissa, Neneng, Diana, Kirana, Andhika dan Fahri. Mereka berenam adalah pengajar sekaligus penghafal di Lembaga Tahfidz Al-Fatih itu.
Kemudian Zaydan menjelaskan tentang maksud dan tujuan dari berkumpulnya mereka ini. Yakni ingin mengajak mereka untuk berkontribusi di Komunitas Muslim Produktif dan mengaktifkannya Kembali.
"Apa? Komunitas Muslim Produktif?" Tarissa terkejut.
Zaydan mengangguk. "Ya. Itu adalah komunitas yang saya rintis Bersama teman-teman saya. Namun, qodarullah yang tersisa tinggal kita bertiga. Bukan kita nggak bisa, tapi kita butuh yang lainnya, yang mau aktif berkontribusi."
"Ooh, jadi Muslim Produktif itu foundernya kak Zaydan, yaa?" tanya Kirana. "Wah, keren bangett."
Maa syaa Allah, takjub Tarissa di dalam hati.
Komunitas itu, adalah komunitas yang sangat Tarissa harapkan keaktifannya. Sebab jujur, komunitas itu banyak membantu perubahan-perubahan kecilnya. Dan dia ingat, ternyata lelaki yang menjadi pembawa acara dulu di Kajian Anak Muda Produktif pasti Zaydan. Pantas dia merasa tidak asing.
"Setelah ini kita akan bikin grup, ya. Misalnya nanti ada teman yang mau kalian ajak untuk berkontribusi, itu boleh banget," ucap Zaydan. "Oh iya, bulan depan kita akan mengundang pasangan muda yang inspiratif. Mereka pendiri Keluarga Surga University. Materinya bagus buat anak remaja dan dewasa awal seperti kita-kita ini lah, bagaimana mempersiapkan dan memantaskan diri sebelum berkeluarga. Intinya pembahasan pra-nikah, lah. Mereka juga nanti akan mengisi Kajian orang tua produktif, yang isinya orang tua-orang tua muda semua. Pasti seru banget, mendampingi orang-orang hebat buat belajar," lanjutnya.
Kali ini Davin angkat suara, untuk mengontrol Zaydan yang jika sudah berbicara pasti akan susah berhenti dan tidak tahu waktu. "Nah, mungkin begitu kurang lebihnya. Selebihnya, kita akan bahas di grup WhatsApp, ya. Karena waktu juga udah semakin sore, kita mau ikut solat ashar di sini, ya."
Kirana dan Neneng mengangguk. "Oh, iya boleh, silakan, Kak," ucap Kirana.
"Kita mau sekalian pamit, ya. Mungkin untuk info kumpulan kita akan dikabarkan di grup," ucap Davin.
Fahri mengangguk kemudian berkata, "Tempat wudunya di sebelah sana, Kak," ucapnya sambil menunjukkan tempat wudunya. "Ayo saya antar dan kita solat berjamaah."
Mereka berdua pun berpamitan pada semua akhwat yang hadir kumpulan.
Zaydan meninggalkan Davin yang masih mengobrol Bersama Andhika dan Fahri di pelataran masjid. Seseorang yang lewat mengendarai motor matic biru berhasil mengalihkan perhatiannya. Seketika pandangannya lurus dan mengabaikan semuanya yang ada di sekitar, termasuk teriakan Davin pun tidak terdengar sama sekali olehnya.
Wanita dengan gamis dan jilbab hitam itu berhenti di pinggir jalan untuk memberikan keresek hitam yang mungkin berisi makanan pada lelaki tua yang sedang memanggul barang dagannya. Lelaki tua yang kurus kering itu tampak berterima kasih dan menangis. Sedangkan Wanita itu tersenyum sangat manis.
Mata Zaydan tidak berkedip saat mengingat siapakah yang memiliki senyum indah itu. Ya, senyuman seindah itu hanya dimiliki oleh seseorang yang dulu akan menjadi calon istrinya.
"Benarkah itu kamu?" gumamnya.
Zaydan lantas berlari untuk menghampiri Wanita tadi. Namun, sayangnya Wanita itu sudah pergi dan yang tersisa adalah lelaki tua tadi yang sedang makan di pinggir jalan. Dia menatap kosong jalanan yang sepi itu, sambil mendengus kesal.
"Kenapa, Nak?" Suara yang terdengar lemah itu berasal dari lelaki tua tadi. Zaydan segera duduk di sampingnya untuk menyetarakan tingginya.
Dengan wajah yang lesu, Zaydan terlihat begitu pasrah. "Melihat Wanita tadi, saya jadi ingat calon istri saya yang tiba-tiba menghilang, Kek."
Lelaki yang Zaydan panggil 'Kakek' itu tersenyum sangat tulus dan mengelus Pundak Zaydan. "Jika kalian berjodoh, Allah pasti akan mempertemukan Kembali."
Zaydan terlihat sangat pasrah dan tak bersemangat. "Saya kangen banget sama calon istri saya, Kek. Kalau ketemu, saya pasti akan segera menghalalkan hubungan kita, Kek."
"Allah pasti akan senang jika kamu menambah porsi sabarmu, Nak," ucap kakek itu terdengar bergetar. "Dan jangan pernah berhenti berdoa."
"In syaa Allah, Kek. Oh iya, rumah kakek dimana?" tanya Zaydan.
Kakek itu menunjuk ke arah barat. "Rumah saya dekat sana. Neng-neng yang tadi memang suka ngasih saya makan rutin hampir setiap harinya. Maka saya sangat mendoakan dia agar dipermudah segala urusannya."
Seseorang mengklaksoni mereka berdua. Ternyata itu adalah Wanita tadi yang tersenyum ke arah mereka. Namun, kali ini Wanita itu memakai masker. Hal itu membuat Zaydan Kembali tidak berkedip. Tak lama setelah itu, Zaydan berniat untuk pergi. Sebelumnya, Zaydan memberikan kakek itu selembar uang seratus ribu. Kakek itu sempat menolak dan mengucapkan terima kasih banyak.
"Jika Wanita tadi itu benar calon istri saya yang sempat menghilang, doakan saya agar dipertemukan lagi dengan dia secepatnya ya, Kek," pinta Zaydan.
Kakek itu tersenyum. "Bukan secepatnya, tapi di waktu yang sangat tepat menurut Allah."
Kakek itu pamit untuk pulang. Dan yang tersisa adalah teriakan dari Davin yang kali ini terdengar sangat berisik di telinganya.
#25.04.2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top