29. Kamu yang ku tunggu
Kedua tangan Cinta bersedekap. Menahan hawa dingin di pagi buta seraya memerhatikan suaminya yang sedang mengecek kondisi mobil. Rambutnya yang belum mengering sepenuhnya, semakin membuat dirinya merasa kedinginan. Raka membetulkan posisi topi hitamnya sebelum menghampiri Cinta yang masih setia menunggunya berangkat. Didekapnya tubuh Cinta dengan erat, seakan saling memberi kehangatan sebelum berpisah.
"I'll miss you, Bunda," ucap Raka sebelum menundukkan kepalanya dan mencium pucuk kepala Cinta.
"I'll miss you too, Ayah," sahut Cinta seraya mengeratkan pelukannya.
"Baik-baik ya sama anak-anak di rumah!" tutur Raka sebelum melepaskan pelukannya.
Cinta mendongakkan kepalanya. Kedua tangannya masih setia melingkar di pinggang Raka, "Kapan Abang pulang?" tanya Cinta yang tak suka jika Raka tiba-tiba saja mendapat panggilan untuk berangkat bekerja.
Raka tersenyum, lantas mencium bibir Cinta yang sangat menggemaskan ketika merajuk seperti saat ini. Terkadang ia pun tak suka jika ada panggilan mendadak yang memintanya untuk segera hadir di tempat. Terlebih panggilan yang membuat tidurnya terganggu.
"As soon as possible, Sayang!" ujar Raka menenangkan.
"Pokoknya kalau Abang pulang nanti, kita jalan-jalan ya! Sama anak-anak," rengek Cinta yang semakin membuat Raka gemas.
"Iya Sayang, gampang itu!" ujar Raka bersemangat, "ya sudah Abang berangkat dulu ya! Kalau ada apa-apa kabari Abang, walaupun nanti balasnya lama. Baik-baik di rumah! Dan jangan kenapa-kenapa! Oke?!" pesan Raka.
"Siap, Rakanya Cinta!" sahut Cinta.
Raka mencium kening Cinta, lantas turun mencium hidung dan berakhir melumat bibir istrinya sekilas sebelum berpamitan.
"Abang hati-hati ya! Cepat pulang!" ucap Cinta.
Raka mengangguk seraya tersenyum manis, "Iya Sayang, in syaa Allah. Abang pergi dulu. I love you, Bunda," pamit Raka sebelum mencuri sebuah kecupan di bibir tipis istrinya.
"I do love you, Ayahnya Rendra dan Aresh," sahut Cinta bahagia.
Senyum Cinta tersungging seraya melambaikan tangannya kala Raka membunyikan klakson sebelum meninggalkan halaman rumah kedua orang tuanya. Cinta kembali masuk ke dalam rumah ketika mobil Raka telah menghilang dari pandangannya. Dahinya mengerut samar, saat melihat Zayn sedang tersenyum menyeringai kepadanya. Zayn sudah tampak rapi dengan pakaian serba hitam dan juga rompi anti peluru yang melekat di tubuhnya.
"Abang sedang apa di situ?" tanya Cinta penasaran.
"Sedang memerhatikan kamu dan Aly yang sok romantis setiap hari," sindir Zayn yang membuat Cinta mendengus kesal.
"Ah! Abang iri ye?! Karena nggak bisa romanyu-romanyuan sama Kak Cherry," cibir Cinta yang membuat Zayn gemas dan tertawa.
"Dih! Ngapain iri sama kalian. Eh! Romantis itu nggak perlu diumbar tahu! Cukup hanya Abang, Kak Cherry dan Allah yang tahu."
"Halah! Lagi menyenangkan diri sendiri Pak?!" ledek Cinta, "Abang itu sudah menikah tapi rasa jomblo, sendiri mulu!"
Cinta bergegas masuk sebelum Zayn mengacak-acak rambutnya atau mencubit pipinya dengan gemas. Teriakan keras Zayn pun terdengar, sebelum dirinya menaiki anak tangga untuk kembali ke kamar.
"Masih mending Kak Cherry tiap hari pulang, dari pada Aly?! Nggak tahu itu pulangnya nyasar kemana!" pekik Zayn yang mampu membuat Cinta menghentikan langkahnya.
"Bang Aly nggak gitu ya! Dia itu setia!" geram Cinta yang tak suka dengan gurauan Zayn.
Zayn tertawa, "Setiap tikungan ada gitu maksudnya?!"
"Abang!!!"
Zayn segera berlari kecil menuju mobilnya. Meninggalkan Cinta yang sudah kesal karena ulahnya. Entah mengapa, ia selalu saja merasa bahagia jika sudah membuat adik-adiknya kesal. Kekesalan adik-adiknya itu merupakan kebahagiaan tersendiri baginya.
"Illy! Kamu kenapa teriak-teriak begitu?! Anak-anak nanti pada bangun, Sayang!" tutur Refa menasehati Cinta.
"Bang Zayn, Mah! Ngeselin!" adu Cinta kesal.
"Kamu itu kayak nggak tahu tingkahnya Abang kamu sama suami kamu saja sih! Mereka seperti itu karena sayang sama kamu."
"Sayang apaan?! Sayang kok tiap hari dibikin kesal!"
Refa tersenyum mendengar gerutuan kesal dari Cinta, "Sudah sana, tengok si kembar! Barangkali salah satu dari mereka ada yang kaget mendengar teriakan kamu."
Cinta mengangguk. Ia pun berpamitan sebelum melanjutkan langkahnya menuju kamarnya. Perlahan tangan kanannya membuka pintu kamar. Kemudian ia menghampiri baby box Rendra dan Aresh. Helaan napas leganya berembus. Melihat Rendra dan Aresh masih tertidur nyenyak di baby box-nya masing-masing.
Suara notifikasi dari smartphone-nya terdengar. Membuat Cinta segera ke nakas di sisi ranjangnya untuk mengambil smartphone-nya. Senyumnya mengembang. Ketika melihat sebuah foto yang dikirimkan Zayn kepadanya. Kedua jemarinya pun tampak lincah menuliskan beberapa kata untuk dikirimkan kepada Zayn.
"Thank you Abang buat fotonya ^.^" Cinta mengucapkan terima kasih melalui sebuah pesan.
Cinta tersenyum memandang foto yang dikirimkan Zayn. Foto itu membuat rindunya kepada Raka semakin bertambah. Rindunya tidak hanya hadir ketika Raka tak berada di sampingnya. Meski Raka berada di sisinya sekalipun, ia selalu merasa rindu setiap saat. Rindu akan kebersamaan intens mereka sebelum kehadiran si kembar.
"Thanks juga untuk keributan kecilnya tadi. It made my day ^^"
Senyum Cinta kembali tersungging kala membaca balasan pesan dari Zayn. Mama Refa benar, kedua kakak beradik itu selalu mempunyai cara aneh untuk menunjukkan rasa sayang mereka kepada dirinya. Apa pun itu ia selalu merasa nyaman dan terlindungi jika berada di antara keduanya, suami dan kakak iparnya.
Suara adzan yang berkumandang menghentikan kegiatan Cinta. Ia segera bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudu dan melaksanakan salat subuhnya.
---
Cinta tersenyum setelah selesai meng-upload foto yang dikirimkan Zayn ke akun instagram-nya. Tak ada caption yang terselip di sana. Ia hanya ingin berbagi kebahagiaan bagi para penghuni instagram, terlebih para followers tersayangnya. Suara ocehan Aresh mulai terdengar. Membuat Cinta meletakkan smartphone-nya di atas nakas. Kedua kakinya segera melangkah menghampiri baby box Aresh.
"Pa, pa," gumam Aresh yang sudah duduk manis sembari menghisap salah satu jemari tangan kanannya.
Di umurnya yang baru menginjak satu tahun, Aresh baru memiliki tiga gigi di depan. Dua di atas dan satu di bawah. Berbeda dengan Rendra yang sudah memiliki lima gigi di depan, dua gigi di atas dan tiga di bawah. Untuk itulah Cinta dan Raka mencoba menstimulasi pertumbuhan gigi si kembar dengan memberikan biskuit atau mainan gigitan yang aman. Si kembar saat ini semakin suka menggigit benda apa pun yang berada di sekitarnya.
Hal itulah yang membuat Cinta dan Raka semakin waspada dengan apa yang sedang dipegang oleh kedua anaknya. Keduanya pun mengerti, jika apa yang dilakukan Aresh dan Rendra merupakan salah satu proses untuk mempercepat keluarnya gigi.
Senyum Aresh tersungging. Melihat bundanya sudah berdiri di samping baby box-nya.
"Da, da!" seru Aresh kala melihat bundanya.
"Cantiknya Bunda sudah bangun ya!" ucap Cinta.
"Pa, pa!" oceh Aresh seakan bertanya.
Cinta tersenyum sebelum menyahuti ucapan putrinya, "Ayah Aresh sudah berangkat kerja tadi."
"Pa, pa, pa," oceh Aresh seraya merangkak ke arah bundanya di tepi box.
"Bunda belum tahu Kapan Ayah pulang. Aresh sama Bunda dulu ya!" tutur Cinta sebelum menggendong Aresh.
"Ma, ma," sahut Aresh seakan mengerti apa yang bundanya ucapkan.
Kekehan Aresh terdengar kala Cinta menciumi pipinya dengan gemas. Cinta tak sadar jika Rendra sudah terbangun dan duduk terdiam memerhatikan bunda dan adiknya yang sedang bergurau. Perlahan Rendra berdiri. Kemudian ia berjalan ke tepi ranjang. Kedua tangannya menarik-narik salah satu tepian baby box dengan kuat. Ia sudah tak sabar ingin segera keluar dari tempat tidurnya. Cinta yang mendengar derit suara kayu segera menoleh di samping baby box Aresh.
"Abang sudah bangun ya?!" ujar Cinta melihat Rendra yang sedang mencoba menaikkan salah satu kakinya ke atas, seakan ingin memanjat dan segera keluar dari baby box-nya.
"Da, da!" gumam Aresh sebelum memasukkan salah satu tangannya ke mulutnya.
"Ma, ma!" seru Rendra seakan meminta pertolongan kepada bundanya.
Cinta tersenyum. Ia seakan mengerti keinginan Rendra yang selalu tak betah berlama-lama di dalam baby box, "Sebentar ya Bang! Bunda turunkan Dek Aresh dulu," tutur Cinta.
Aresh yang mengetahui akan diturunkan dari gendongan bundanya, tiba-tiba saja mengeratkan salah satu genggaman tangannya di lengan Cinta.
"Mi, mi," ucap Aresh yang meminta minum.
"Iya Sayang, sebentar! Aresh turun dulu ya!" tutur Cinta sabar.
"Ma! Ma!" seru Rendra tak sabar seraya memukul-mukul tepian baby box-nya.
Helaan napas Cinta berembus. Si kembar akan menjadi manja kepadanya jika mengetahui ayahnya sedang bekerja. Mereka berdua saling berusaha untuk merebut perhatian darinya. Berbeda jika Raka berada di rumah. Keduanya akan selalu menempel kepada ayahnya. Rendra dan Aresh seakan mengetahui jika keberadaan ayahnya di rumah adalah sesuatu hal yang sangat langka.
Perlahan tangan kanan Cinta mengangkat Rendra untuk digendong. Sedangkan tangan kirinya masih menggendong Aresh. Tiba-tiba tangan kanan Rendra terangkat, memukul Aresh yang sedari tadi menatapnya. Aresh yang merasa terusik segera menjambak rambut abangnya dengan kuat.
"Abang, Aresh!" seru Cinta melerai, "nanti Bunda jatuh ini!"
Cinta pun mendudukkan Rendra di ranjangnya. Kemudian memberikan mainan teething ring yang berbentuk angka 8. Rendra segera meraihnya dan menggigitnya dengan gemas.
"Mi, mi!" rengek Aresh yang mulai haus.
"Iya Sayang, sabar ya!" tutur Cinta sebelum memberikan ASI kepada Aresh.
Aresh meminum ASI dari bundanya dengan lahap. Salah satu tangannya memainkan kancing kemeja bundanya. Cinta tersenyum melihat Aresh yang mulai tenang meminum ASI, lantas ia beralih memandang Rendra yang sedang menggigiti mainan teething ring-nya. Perlahan Rendra merangkak ke sisi ranjang yang lain. Membuat Cinta ikut bergeser mengikutinya.
"Abang mau kemana? Sini sama Bunda!" tutur Cinta.
Namun Rendra tak menghiraukannya. Ia merangkak ke samping nakas, lantas mengambil smartphone Cinta.
"Pa, pa," ujar Rendra setelah melepas teething ring dari mulutnya.
Rendra mengangkat smartphone bundanya ke atas. Ia ingin mendengar suara ayahnya dari benda persegi panjang itu. Cinta tersenyum sebelum meraih smartphone yang Rendra berikan
"Ayah sedang bekerja, Bang. Nanti kita menunggu Ayah saja ya yang menelpon," tutur Cinta sabar.
Rendra hanya terdiam sebelum berdiri dan berjalan mendekati bundanya, "Mi, mi," ucap Rendra seraya memegang salah satu bahu bundanya.
"Sebentar," ujar Cinta seraya membuka kancing kemejanya hingga ke bawah.
Aresh yang sudah berada di posisi nyamannya seakan tak ingin digantikan. Ia sangat nyaman duduk di pangkuan bundanya. Menyilang di atas perut bundanya. Ia pun tak memberi kesempatan Rendra untuk berada di sampingnya.
Cinta menempatkan Rendra di atas bantal di samping tubuhnya. Posisinya hampir di bawah lengan. Kemudian mengarahkan kedua kaki Rendra ke belakang. Kemudian telapak tangannya diletakkan di belakang kepala Rendra agar bisa meminum ASInya dengan nyaman.
Rendra dan Aresh terdiam. Menikmati ASInya sendiri-sendiri. Aresh meminum susu dengan memegang salah satu kakinya yang terangkat ke atas. Sedangkan Rendra lebih tenang meminum susunya sambil menggenggam erat teething ring-nya. Cinta pun memotret tingkah kedua anaknya dan mengirimkannya kepada Raka setelah Rendra mendapat posisi nyamannya sendiri tanpa bantuan tangannya.
"Mereka mulai lagi Yah!" tulis Cinta dengan diimbuhi gambar emoticon sedih sebelum dikirim kepada Raka.
Dikecupnya kening Aresh dan Rendra bergantian sebelum mengusap pucuk kepala mereka dengan penuh sayang.
"Setelah ini mandi ya! Bau asem ini anak-anak Bunda," gurau Cinta yang membuat Rendra sedikit menyunggingkan senyum, sedangkan Aresh hanya mengedip-ngedipkan matanya seraya menatap bundanya dengan lekat.
---
"Kak Tita, ayo tidur! Sudah malam ini," perintah Cherry setelah jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam.
"Nanti Bund. Tita belum mengantuk," elak Tita yang sedang asyik bermain lego bersama Rendra.
"Besok terlambat loh sekolahnya, Kak! Ayo tidur!" ajak Cherry yang sudah mulai mengantuk.
"Nanti Bunda! Dek Rendra aja belum tidur. Biasanya Tita tidur kalau Dek Rendra dan Dek Aresh sudah tidur," protes Tita.
Helaan napas Cherry pun berembus kasar. Sebulan menjadi ibu baru buat Tita membuatnya bekerja keras untuk memahami karakter Tita yang ternyata sebelas dua belas tak jauh berbeda dengan ayahnya. Keras dan tak mau dibantah. Butuh kesabaran ekstra untuk bisa membujuk Tita menuruti kemauannya. Meski sebenarnya Tita adalah anak yang penurut.
"Kak Tita, ajak Dek Rendranya tidur gih! Amma sama Bunda sudah mengantuk ini," tutur Cinta yang mulai merasa mengantuk.
Tita mengangguk, "Dek Rendra! Tidur yuk! Sudah malam ini," ajak Tita kepada Rendra yang sedang asyik menyusun lego dengan sesuka hati.
Rendra melirik Tita sekilas, "Pa, pa!"
"Dari tadi jawabannya begitu terus Bang!" ujar Cinta sambil menyandarkan tubuh lelahnya di sofa.
"Kangen itu sama Ayahnya," timpal Cherry yang mulai memejamkan matanya karena mengantuk dan menyandarkan kepalanya di kepala sofa.
"Ayah Rendra besok tahu pulangnya," lanjut Tita.
Rendra mengacak-acak lego dengan kesal. Ia seakan tak suka dengan ucapan Tita kali ini. Wajahnya langsung merengut, lantas berdiri dan berjalan ke arah bundanya. Meninggalkan Tita dan juga legonya yang berantakan di atas karpet di depan televisi.
"Ih! Dek Rendra ngambek!" seru Tita, "Dek, mainannya diberesin dulu dong!"
"Pa, pa," gumam Rendra seraya memeluk kaki bundanya dan meletakkan kepalanya di atas paha bundanya.
"Iya Sayang. Abang mau menunggu Ayah pulang?" ujar Cinta sembari memeluk Rendra kemudian mengangkat tubuh mungil Rendra ke pangkuannya.
"Mau mimi?!" tanya Cinta yang hanya dibalas Rendra dengan menyembunyikan wajahnya di dada bundanya.
Tita pun dengan kesal membereskan lego Rendra ke dalam box plastik berukuran sedang. Tempat dimana bermacam-macam lego milik Rendra dan Aresh di simpan. Cinta mendekap erat Rendra yang sedang merajuk. Rendra hanya akan terdiam jika dia sedang merasa kesal. Bujukan meminum susu tak akan diacuhkannya. Tangan kanan Cinta terangkat untuk menaikkan topi yang berada di kaos lengan panjang Rendra. Menutupi kepala Rendra, kemudian menghujami ciuman gemas hingga kekehan kecil Rendra terdengar.
"Assalamualaikum," salam Zayn yang membuat Tita segera berlari menyambut kedatangan ayahnya.
"Wa'alaikumsalam," sahut Cinta, Cherry dan Tita serempak.
"Pa, pa," ucap Rendra.
"Ayah Zayn itu," sahut Cinta yang membuat Rendra kembali memberengut.
Tangan mungil Rendra memeluk bundanya dengan erat. Membuat Cherry gemas bukan main. Ia mencium Rendra sebelum membereskan mainan lego yang belum selesai di masukkan ke dalam box oleh Tita.
"Kenapa belum tidur?!" Zayn mencubit pipi Tita yang sedang bergelayut manja dalam gendongannya.
"Nunggu Ayah pulang," jawab Tita sebelum mencium pipi ayahnya.
"Bantu Bunda tuh beresin mainan!" titah Zayn sebelum menurunkan Tita.
"Dek Rendra tadi yang mainan," tutur Tita yang tak mau turun dari gendongan ayahnya.
"Kak Tita juga ikut mainan tadi," adu Cherry setelah selesai membereskan mainan Rendra.
Zayn kembali mencubit pipi Tita. Ia menghampiri Cinta yang sedang menciumi Rendra.
"Kenapa ini? Anak bayi jam segini belum tidur," seloroh Zayn.
"Mengambek itu gara-gara Kak Tita," cerita Cherry.
"Ih! Enggak Bunda!" elak Tita, "orang bener kok, Appa malam ini nggak pulang kan Yah?!"
"Ini juga! Mulutnya rumil banget. Gih tidur sama Bunda!" perintah Zayn keras kepada Tita.
"Sama Ayah," rengek Tita.
"Manjanya," ujar Cherry sebelum beranjak ke kamar, "Kakak ke kamar dulu ya Ta, ngantuk."
"Iya Kak. Cinta nanti menyusul. Nunggu Rendra mengantuk," sahut Cinta.
"Rendra mau ikut Ayah Zayn nggak?" ajak Zayn yang tak dihiraukan oleh Rendra.
"Sombongnya ini bayi!" seru Zayn sebelum menyusul istrinya.
Cinta tersenyum, "Mintanya Ayah Raka, bukan Ayah Zayn!" timpal Cinta.
Cinta kembali membujuk Rendra untuk meminum ASI. Namun Rendra menolaknya. Membuat Cinta hanya bisa mengembuskan napas beratnya. Rendra mencoba beranjak dari pangkuan bundanya kala mendengar suara mobil ayahnya. Cinta yang mengerti segera menurunkan Rendra dari pangkuannya. Rendra berjalan selangkah demi selangkah dengan tergesa-gesa menuju pintu utama rumah eyangnya.
"Assalamualaikum," salam Raka kala membuka pintu.
"Pa, pa," sahut Rendra berlari kecil ke arah ayahnya.
Raka tersenyum bahagia. Melihat Rendra menyambut kedatangannya. Ia segera menggendong Rendra dan menciuminya dengan gemas. Senyum Cinta tersungging melihat kedua lelaki tersayangnya telah berkumpul kembali. Dalam hitungan detik, ia telah berhasil memotret kehangatan Raka dan Rendra yang mampu menyentuh hatinya. Ia pun segera mengunggahnya ke akun instagramnya dengan caption yang singkat.
"Wa'alaikumsalam." Cinta pun membalas salam Raka.
Raka segera mencium kening Cinta, setelah punggung tangannya dicium oleh Cinta. Tangan kanannya terangkat mengusap pucuk kepala Cinta sebelum berjalan menuju kamar.
"Kenapa Abang belum tidur, hmmm?!" tanya Raka sebelum mengusap punggung Rendra dalam gendongannya.
"Rendra menunggu Ayah pulang dari tadi. Bunda kasih susu nggak mau," adu Cinta.
"Abang tahu dari mana Ayah mau pulang?"
"Tahu tuh! Bunda kirim pesan sama Ayah aja nggak pernah dibalas!"
Raka tersenyum menyadari kesalahannya, "Maaf Sayang, smartphone Ayah mati. Baterainya habis."
Sesampainya di kamar, Raka mencoba merebahkan Rendra di ranjangnya. Namun Rendra semakin mengeratkan kedua tangannya di leher ayahnya. Membuat Raka kebingungan dan menatap Cinta untuk meminta pertolongan. Cinta hanya tersenyum, sebelum masuk ke kamar mandi.
"Abang turun dulu ya! Ayah mau ganti baju sebentar," ujar Raka sabar.
"Pa, pa," gumam Rendra yang masih setia bergelayut dalam gendongan ayahnya.
"Iya, Ayah ganti baju dulu ya! Bau ini," tutur Raka setengah frustasi.
Akhirnya Raka merebahkan tubuhnya di ranjang. Rendra masih terus menempel dalam dekapan ayahnya. Seperti anak koala yang tak mau lepas dari induknya. Cinta pun menyusul. Merebahkan tubuh lelahnya di samping Raka.
"Abang mau mimi nggak?" tanya Raka mencoba mengalihkan perhatian Rendra, "Bunda mau bobo tuh!"
Rendra mendongakkan kepalanya, lantas menatap ayah dan bundanya bergantian, "Mi, mi."
"Sini dong kalau mau mimi susu!" ujar Cinta yang membuat Raka memiringkan tubuhnya untuk menurunkan Rendra.
Raka terdiam. Memandang Cinta yang sedang memberikan ASI kepada Rendra. Sedangkan Rendra menikmati ASInya seraya menggenggam salah satu jemari ayahnya dengan erat. Seakan tak ingin ditinggalkan dengan ayahnya.
"Aresh tidur dari tadi?" tanya Raka lirih.
Cinta mengangguk, "Dari jam delapan. Tadi siang Aresh cuma tidur sebentar. Si Abang yang tidur siangnya lama banget," cerita Cinta seraya mengelus-elus hidung Rendra.
Perlahan kedua mata Rendra memejam. Merasakan rasa nyaman yang luar biasa kala bundanya mengelus-elus hidung mungilnya. Genggaman tangannya di jari Raka pun perlahan mengendur seiring gerakan mulutnya yang sudah berhenti meminum ASI. Ia tak mampu lagi menahan rasa kantuknya kala meminum susu favoritnya.
Cinta memindahkan Rendra ke baby box dengan hati-hati. Ia tak ingin membangunkan Rendra yang sudah susah payah untuk tertidur. Helaan napas leganya berembus setelah berhasil meletakkan Rendra di baby box. Tangannya mengusap kedua tangan Raka yang melingkar mesra di perutnya. Senyumnya tersungging ketika merasakan kecupan singkat di pucuk kepalanya. Pandangannya tak lepas memandang wajah damai Rendra yang mulai tertidur dengan nyenyak.
"Temani Abang yuk!" bisik Raka sebelum mencium leher jenjang istrinya.
Cinta menoleh ke samping kirinya hingga wajahnya bertatapan langsung dengan wajah suaminya, "Temani kemana?" tanya Cinta polos dan disambut senyum simpul dari Raka.
"Mandi," jawab Raka singkat, membuat Cinta langsung mencibirkan mulutnya.
"Menolak ajakan suami dosa loh!" peringat Raka sebelum istrinya menolak, "mumpung anak-anak sudah pada tidur Sayang."
"Nanti angetin!" rengek Cinta sebelum bibirnya dibungkam oleh bibir Raka yang selalu dirindukannya.
Cinta pun pasrah, kala kedua kakinya perlahan tak menapak lagi di atas lantai. Membiarkan Raka mengambil haknya setiap kali berada di rumah. Meski lelah, namun semuanya seakan lenyap ketika dirinya telah menyatu bersama dengan Raka. Hal ini juga salah satu cara Raka untuk melenyapkan isi otaknya tentang pekerjaan yang setiap hari semakin bertambah.
Tbc.
***
140617.
Bello my beloved readers,
Maaf y baru bisa update. Di dunia nyata sedang hectic. Dan kalau dipaksa nulis nanti nggak enak buat dibaca. Jadi, sabar y kalau menunggu cerita ini update.
Mau tanya nih, kalian sudah bosen belum sama cerita Cinta Raka?
Kalau bosen, aku akan berhenti melanjutkan cerita ini. Dari awal, aku sudah cerita kalau aku bukan penulis. Aku hanyalah orang yang suka berkhayal saja. Setelah mengkhayal, baru menulis untuk dibagikan kepada kalian semua.
Ini cerita random. Jadi suka-suka aku mau ambil postingan Cinta yang mana di instagramnya. So, jangan protes ye! Nikmatin ajah!!!
Terima kasih untuk semua yang selalu setia menunggu cerita aneh ini. Terima kasih juga untuk kalian semua yang telah memberi jejak selama cerita ini update. Dan terima kasih juga buat kalian yang tak nampak seperti hantu. Siapa pun kalian, terima kasih banyak.
Love you all my beloved readers. ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top