28. Jangan letih
Cinta meletakkan Rendra di atas ranjangnya. Ia menutupi tubuh mungil Rendra yang hanya memakai pamper dengan baby bathrobe. Rendra pun mulai merangkak ke arah ayahnya yang masih tertidur dengan nyenyak. Senyum Cinta pun tersungging. Melihat tingkah Rendra yang selalu saja mengambil alih tugasnya untuk membangunkan ayahnya. Rendra seakan mengetahui apa yang harus dilakukannya saat melihat ayahnya tertidur.
Setelah Rendra berada di tengah ranjang, Cinta pun menggendong Aresh untuk segera dimandikan. Ocehan Aresh terdengar semakin riang kala melihat kembarannya, Rendra, berada di samping ayahnya. Tangannya melambai-lambai seakan ingin bergabung dengan kakaknya, Rendra. Cinta tersenyum melihat Rendra yang sedang menciumi wajah ayahnya.
"Ayah, bangun!" seru Cinta sembari memijat tengkuk Raka yang sedang tidur menelungkup.
"Pa ..., pa," gumam Aresh.
"Pa," gumam Rendra menepuk-nepuk pipi Raka yang masih memejamkan mata.
"Ayah! Bangun! Bunda mau memandikan Aresh ini," ulang Cinta yang masih berusaha membangunkan suaminya, Raka.
"Pa!" seru Rendra yang semakin keras menepuk-nepuk wajah Raka, sesekali mencoba menggigit pipi ayahnya.
"Huum," gumam Raka yang mulai merasa terganggu dengan ulah Rendra dan suara berisik dari Cinta.
"Ayah!!! Bangun dong! Bunda mau memandikan Aresh nih, jagain Rendra!" seru Cinta sebelum beranjak ke kamar mandi.
"Iya, Bund." Raka menyahuti singkat.
"Bangun, Yah!!! Awas kalau sampai Rendra jatuh!" peringat Cinta seraya mencubit lengan Raka dengan kuat.
"Awww!!!" erang Raka kesakitan, membuatnya terpaksa membuka kedua matanya.
"Pa," gumam Rendra menyambut ayahnya yang baru saja terbangun.
"Ayah, Bang. Bukan Papa!" protes Raka yang tak suka jika si kembar bergumam 'papa'.
"Pa ..., pa," gumam Rendra kembali sebelum tangan kanan Raka menariknya untuk dipeluk.
Cinta pun memandikan Aresh dengan tergesa-gesa. Hari ini, pasti akan menjadi hari panjang dan melelahkan baginya. Karena ibu mertuanya harus ke kantor. Terlebih Tita yang juga harus diurusnya, karena Zayn belum memberikan kepastian kapan akan pulang. Berharap hari ini suaminya, Raka, bisa berada di rumah untuk membantunya. Walau ada Mbok Ranti yang membantunya, namun segala keperluan dan kebutuhan si kembar sepenuhnya adalah tanggung jawabnya.
Senyum Cinta kembali mengembang. Melihat suaminya, Raka, memeluk Rendra yang sedang menciuminya. Diambilnya smartphone yang berada di atas meja rias. Kemudian memotret pemandangan bahagia itu beberapa kali. Ia kembali meletakkan smartphone itu kala Aresh berusaha meraihnya. Aresh segera merangkak menghampiri Rendra yang sedang terkekeh karena ciuman gemas dari ayahnya. Ia seakan tak memedulikan ikatan baby bathrobe-nya yang terlepas. Kekehan si kembar pun terdengar ketika Raka mulai terbangun dan menggoda keduanya.
"Pa ..., pa!" oceh Aresh.
"Ma!" sahut Rendra seraya mendorong tubuh Aresh yang sedang duduk.
"Papa!" seru Aresh keras setelah memukul kepala Rendra.
"Wooo! Abang, Aresh, sini sama Ayah! Nggak usah berebut begitu, Ayah nggak akan kemana-mana," lerai Raka yang melihat seringaian kesal dari wajah si kembar.
"Aresh, pakai baju dulu yuk!" ajak Cinta seraya mengulurkan kedua tangannya untuk menggendong Aresh.
"Papa!" gumam Aresh yang menolak ajakan Cinta.
"Sini sama Ayah!" sahut Raka.
"Pa ...,pa." Rendra kembali memukulkan mainan teether-nya kepada Aresh.
"Ya sudah, semua sama Ayah saja ya!" seru Cinta yang melihat kedua anaknya lebih memilih bersama ayahnya.
"Bunda mengambek nih," ledek Raka.
Cinta pun melepas baby bathrobe yang membalut tubuh Aresh tanpa memedulikan ledekan suaminya. Tangannya segera memberikan minyak, bedak dan wewangian di tubuh mungil Aresh sebelum memakaikan baju. Kepalanya menoleh, saat Raka mencium pipinya. Senyum simpulnya tersungging sesaat setelah Raka mencium bibirnya di depan si kembar.
"Miss you so much, Bunda," ujar Raka yang dibalas dengan kecupan singkat di bibirnya.
"Appa! Amma!" pekik Tita dari luar kamar Raka dan Cinta.
"Iya, Kak Tita. Buka saja pintunya!" sahut Cinta setelah selesai mendandani Aresh.
Tita berlari kecil menghampiri Aresh dan Rendra, "Ih, udah pada bangun," ujar Tita bersemangat sebelum mencium Aresh.
"Da," gumam Aresh.
"Kak Tita, Dek." Tita mencoba mengajarkan Aresh untuk memanggil namanya.
"Ayo, Bang Rendra. Kita mandi yuk!" ajak Cinta kepada Rendra yang sudah berdiri dengan berpegangan kuat pada kepala ranjang di samping Raka.
"Amma, kucirkan dulu rambutnya," rengek Tita yang sudah membawa sisir dan karet berwarna-warni.
"Itu sudah dikucir," sahut Cinta.
"Jelek, Amma!" seru Tita yang tak puas dengan hasilnya sendiri.
"Kan pakai kerudung nanti, Kak," ujar Raka.
"Kucirkan lagi, Amma! Pakai ini," pinta Tita seraya menyodorkan sekotak karet berwarna-warni yang sedang berusaha diraih oleh Aresh.
"Sini!" titah Cinta sembari mengambil sisir di tangan Tita.
Raka terdiam, seraya menahan Rendra agar tak berjalan jauh dari sampingnya. Ia pun memerhatikan Aresh yang sedang berusaha membuka kotak plastik yang berisi karet warna-warni di dalamnya. Senyum manisnya tersungging, melihat betapa luwesnya Cinta mengucirkan rambut sebahu Tita dengan sangat rapi.
"What?" tanya Cinta saat merasakan sedang ditatap oleh Raka.
Raka terkekeh, "Love the way you treat them, Baby. That's why I can't stop loving you," ujar Raka yang membuat Cinta memandangnya sekilas.
"Appa nggak cinta Tita?" Tita menyahuti ucapan Raka.
"Love you too, Kak Tita," sahut Raka yang membuat Tita tersenyum senang.
"Memangnya Kak Tita tahu, Appa tadi bilang apa?" tanya Cinta penasaran seraya merapikan rambut Tita yang sudah selesai dikucir.
"Tahulah," jawab Tita singkat.
"Apa?" tanya Raka tak sabar.
"Appa bilang love sama Amma," jawab Tita yang sebenarnya tak mengetahui apa arti ucapan Raka.
Cinta tersenyum, "Appa dan Amma juga love sama Kak Tita, Dek Rendra dan Dek Aresh," imbuh Cinta sebelum memeluk dan mencium Tita.
"Sekarang, pakai kerudung dan sepatunya! Terus siap-siap buat sarapan. Amma mau memandikan Dek Rendra dulu," tutur Cinta kepada Tita.
"Siap, Amma!" seru Tita.
"Aresh sama Ayah dulu ya!" ujar Cinta sebelum menggendong Rendra dan beranjak menuju kamar mandi.
"Ayo, Aresh! Kita main di bawah. Tunggu Bang Rendra dan Bunda selesai," tutur Raka sebelum menggendong Aresh.
Raka mengekori Tita yang berjalan terlebih dahulu meninggalkan kamar. Meninggalkan Cinta yang akan memandikan Rendra. Suara ribut kecil dari Tita dan Aresh pun masih didengar Cinta dari dalam kamar mandi. Membuat helaan napas beratnya berembus.
---
Cinta tersenyum simpul seraya memotret tingkah Rendra yang sedang bergurau dengan ayahnya setelah menumpahkan jus di atas karpet. Membuat seisi rumah bergotong royong untuk membersihkan karpet itu. Di sisi yang lain, Aresh masih sibuk mengganggu Tita yang sedang menggambar. Membuat Tita berteriak setiap satu menit sekali.
"Ayah, ini bajunya Rendra." Cinta memberika baju ganti Rendra kepada Raka yang sedang tiduran di lantai.
"Bunda mau kemana?" tanya Raka sebelum terbangun.
"Ambil cookies, biar Aresh nggak gangguin kakaknya terus," ujar Cinta sebelum melangkah ke dapur.
"Amma!!! Dek Aresh nakal ini!" teriak Tita.
"Kan Appa sudah bilang tadi, gambarnya di kamar aja." Raka mencoba menasehati sembari memakaikan baju ganti kepada Rendra.
"Nggak mau! Di atas sendirian," keluh Tita menahan kesalnya.
"Aresh, sini Sayang!" panggil Raka yang tak diacuhkan oleh Aresh.
Cinta membawa sestoples cookies buatannya sendiri. Cookies yang sengaja dibuat dengan mencampurkan apel, wortel dan susu. Ia selalu membuat cookies dengan rasa yang berbeda-beda agar anak-anaknya tidak bosan.
"Ada yang mau cookies? Enak nih," goda Cinta seraya memakan sebuah cookies di hadapan Rendra, Aresh dan Tita.
"Amma, Kak Tita mau," pinta Tita yang sudah beranjak menghampiri Cinta yang sudah duduk di atas sofa.
Perlahan, Rendra mulai menghampiri bundanya dengan berjalan selangkah demi selangkah. Sedangkan Aresh yang sudah tak sabar lebih memilih merangkak dibandingkan berjalan seperti Rendra. Perkembangan Rendra dan Aresh memang lebih cepat dari usianya. Di usia sembilan bulan, keduanya sudah mulai berdiri. Perlahan mereka pun mulai berjalan sendiri di usianya yang sudah genap sepuluh bulan.
"Ini cookies apa, Amma?" tanya Tita.
"Cookies apel dan wortel, enak nggak?" tanya Cinta yang mengambil stoples ketika Aresh akan menguasaibya sendiri, "Aresh ambil satu dulu saja! Nanti kalau sudah habis, Aresh ambil lagi." Cinta menasehati Aresh dengan perlahan.
Aresh menatap bundanya dengan lekat sebelum mengulurkan tangan kanannya untuk mengambil cookies itu. Ia berdiri perpegangan di salah satu sisi meja.
"Enak?" tanya Cinta yang membuat Aresh tersenyum dan ingin menyuapi bundanya.
"Buat Aresh saja, Bunda sudah kenyang," tutur Cinta sebelum mencium pipi chubby Aresh.
"Ayo, Abang! Nanti kuenya habis loh," ledek Raka yang sudah berada di samping Cinta.
Rendra segera berlari kecil saat sudah mendekati bundanya. Senyum manisnya tersungging ketika berhasil berada di pelukan bundanya. Ia segera mengambil sebuah cookies dari dalam stoples yang bundanya sodorkan. Perlahan, digigitnya cookies itu seraya menatap bundanya dengan lekat. Ia tersenyum kembali saat merasakan cookies itu enak.
"Enaknya! Ayah minta boleh?" ujar Raka mengganggu Rendra yang sedang menikmati cookies-nya.
Rendra seakan tak acuh dengan permintaan ayahnya. Ia masih menikmati cemilannya dengan lahap. Tanpa diminta, Aresh mengeluarkan cookies yang sedari tadi dikulumnya. Kemudian menyuapkannya kepada ayahnya.
"Tuh! Adek yang kasih, Yah!" seloroh Cinta kepada Raka.
Raka terpaksa tersenyum, sebelum menerima suapan Aresh. Ia merasakan cookies yang mulai hancur karena kuluman dari putrinya. Membuat Cinta menahan tawanya.
"Cookies rasa Aresh," gumam Raka, "not bad!"
Cinta terkekeh mendengarnya, "Kak Tita nggak mengantuk? Bobo gih sana sebentar!" ujar Cinta sesaat setelah melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua siang.
Tita mengangguk, "Nanti malam, bantuin Tita menggambar ya Amma."
"Iya, Kakak. Nanti Amma bantu," sahut Cinta seraya memerhatikan Rendra, Aresh dan Raka yang sedang memakan cookies sambil duduk di atas lantai.
"Dek Rendra sama Dek Aresh nggak tidur lagi?" tanya Tita sebelum membereskan peralatan sekolahnya.
"Kan tadi baru bangun waktu Kak Tita pulang."
Tita mencoba meminta cookies kembali kepada Aresh. Karena Aresh yang sedang membawa stoples plastik itu. Setiap kali tangan kanan Tita berusaha mengambil cookies, Aresh akan berteriak.
"Aresh, berbagi ya, Sayang! Kak Tita dikasih ya," tutur Cinta menasehati.
"Dek Aresh ikut-ikutan Kak Tita nih tadi," timpal Raka.
"Kok gitu?!" ujar Tita.
"Iyalah, Dek Aresh sama Dek Rendra itu sedang belajar meniru. Kak Tita kalau di depan mereka hati-hati!" peringat Raka.
Namun Aresh berjalan menjauh menuju sofa yang lain. Rendra mengulurkan tangan kanannya yang sedang memegang cookies. Membuat Tita tersenyum dan mengambil cookies pemberian Rendra.
"Terima kasih, Dek Rendra," ucap Tita sebelum mencium Rendra dan pergi menuju kamarnya.
Cinta dan Raka tersenyum bahagia. Melihat Aresh yang memberikan sebuah cookies kepada Rendra. Rendra tersenyum sebelum memakan cookies-nya. Membuat Aresh ikut tersenyum saat melihatnya. Keduanya duduk bersama memakan cookies di atas lantai tanpa alas karpet. Karena ayahnya belum memasang karpet yang lain untuk pengganti.
Cinta menoleh ke samping kirinya, setelah Raka mengecup pipinya. Perlahan senyumnya tersungging sebelum mencium bibir Raka dengan singkat. Suara dering smartphone terdengar, membuatnya terdiam menatap Raka dengan mengembuskan napas kecewanya. Raka mengecup bibir Cinta sebelum mengangkat panggilan itu.
"Ayah free hari ini, Bunda. Ayah nggak akan kemana-mana!" tutur Raka yang membuat istrinya kembali tersenyum.
Hari ini Cinta benar-benar membutuhkan suaminya untuk menjaga Rendra, Aresh dan Tita. Setidaknya sampai ketiga anak tertidur atau kalau bisa sampai Refa dan Zayn pulang. Ia tak ingin kejadian beberapa bulan lalu terulang kembali saat dirinya ditinggal bersama si kembar dan Tita. Walau ada yang membantu, tapi tetap saja hatinya tidak merasa tenang.
Sembari memerhatikan Rendra dan Aresh yang sedang mengobrol dengan bahasa mereka sendiri, Cinta pun meng-upload foto-foto yang diambilnya hari ini. Sesekali kedua matanya melirik ke arah suaminya yang sedang bersandar di salah satu sisi jendela. Memandang kolam renang dengan pandangan seriusnya. Berharap ucapan suaminya itu bukanlah sekedar ucapan penenang saja.
Wake up early on Saturday morning. 💙
#bondingtime #togetherness #rendra #rakanyacinta
"A daddy is son's first hero and a daughter's first love." 💙
---
Cinta menuruni anak tangga dengan malas. Wajahnya terlihat kuyu dan tak bersemangat. Ia terbangun setelah tak sengaja tertidur saat menemani si kembar untuk tidur. Ia menghampiri suaminya yang sedang duduk di mini bar seraya menikmati kopinya.
"Abang," panggil Cinta yang hampir sampai di tempat Raka duduk.
Raka menoleh diiringi senyumannya. Kedua tangannya memeluk Cinta yang sudah terlebih dahulu mendekapnya dan membenamkan wajah di antara bahu dan lehernya. Perlahan, tangan kanannya terangkat untuk mengusap kepala Cinta dengan penuh sayang.
"Kenapa, Sayang? Capek?" tebak Raka yang tak mendapat jawaban apa pun dari Cinta.
"Anak-anak sudah tidur?" tanya Raka kembali.
"Huum," gumam Cinta singkat seraya mengeratkan kedua tangannya di leher jenjang Raka.
Raka mengulum senyumnya dan mengusap kepala Cinta kembali, "Mau jalan-jalan? Kita malam mingguan," ajak Raka berbisik.
"Rendra sama Aresh gimana? Tita?! Mbok kan sudah tidur," sahut Cinta yang membuat Raka menyunggingkan senyum lebarnya.
Raka dan Cinta tidak mengetahui jika sedari tadi Zayn sudah memandang keduanya dari jauh. Zayn pun sempat memotret keduanya yang sedang berpelukan tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Kedua adiknya itu selalu saja membuatnya iri dengan keintiman mereka yang selalu spontan di depan matanya.
"Heh! Ke kamar sana!" perintah Zayn yang ingin mengambil minuman di dapur.
Raka mendongakkan kepalanya, menatap tajam kakaknya yang sedang melewatinya, "Lo ganggu aja sih, Bang!" sungut Raka geram, namun tak membuat Cinta merubah posisinya.
"Bukan ganggu, tapi ngingetin! Awas aja kalau anak gue terkontaminasi virus berbahaya dari Lo," sahut Zayn sebelum meminum air mineral dingin.
"Bilang aja Lo ngiri sama gue! Ya kan?!"
"Sue Lo!"
"Makanya kawin!"
"Nggak perlu Lo suruh!"
"Bangke!!!"
Zayn menonyor kepala Raka hingga membentur kepala Cinta. Membuat Cinta mengaduh dan melepaskan pelukannya. Zayn yang merasa bersalah hanya tersenyum lebar mempertontonkan barisan giginya yang rapi.
"Maaf, Ta." Zayn meminta maaf seraya tersenyum.
Raka menampik tangan Zayn yang ingin mengusap pucuk kepala istrinya, "Sekarang, ganti baju. Jangan lupa pakai jaket! Abang tunggu di bawah, oke?!" titah Raka kepada Cinta.
"Rendra sama Aresh?" tanya Cinta khawatir.
"Nggak kenapa-kenapa, Sayang. Cuma sebentar kok," sahut Raka menenangkan.
Cinta mengangguk, lantas melangkah pergi meninggalkan Raka dan Zayn tanpa pamit. Ia hanya menuruti perintah suaminya saat ini.
"Lo mau kemana?" tanya Zayn penasaran.
"Gue titip Rendra sama Aresh sebentar ya, Bang!" ucap Raka lemah lembut, mencoba mengubah keadaan yang sempat panas sebelumnya.
"Ogah! Gue mau tidur. Titipkan sama Mama aja sana!"
"Mama pulang besok."
"Sama Mbok!"
"Besok-besok, gue titipkan Tita di TPA. Bukan anak gue ini, bodo amat!"
Raka melangkah pergi untuk mengambil jaketnya yang tergeletak di atas sofa. Kemudian memakainya sembari tersenyum menatap Cinta yang sedang menuruni anak tangga.
"Gimana kalau si kembar bangun? Terus gimana kalau mereka nangis?" tanya Zayn menghampiri Raka dan Cinta, "duh, Dek! Gue nggak bisa!"
"Bisa!" seru Raka.
"Mereka baru tidur kok, Bang. Mereka biasanya bangun kalau tengah malam," cerita Cinta.
"Kalau mereka nangis, Lo kasih susu botol aja. Selesai! Lo kayak nggak pernah punya anak aja," ejek Raka yang membuat Zayn gemas.
"Jangan lama-lama!!!" peringat Zayn keras.
"Iya, Bang! Love you," pamit Raka sebelum menggandeng Cinta dan pergi meninggalkan Zayn.
"I hate you!" pekik Zayn kesal.
Cinta melingkarkan kedua tangannya di perut Raka, sebelum Raka melajukan motor sport-nya meninggalkan rumah kedua orang tuanya. Cinta memejamkan kedua matanya saat kecepatan motor yang ditumpanginya bertambah. Senyumnya pun tersungging. Merasakan sejuknya angin setelah hujan turun kala menerpa wajahnya. Pelukannya mengerat, lantas menyandarkan kepalanya yang tertutup helm di bahu Raka. Membuat Raka tersenyum bahagia dari balik helm full face-nya.
"Abang, kita mau kemana?" tanya Cinta penasaran.
"Kamu mau kemana, Sayang? Malam ini, Abang akan mengantarkan kamu ke tempat yang kamu inginkan," sahut Raka.
"Kemana, Bang?!"
"Terserah. Yang penting, jangan minta ke Bandung atau Bogor! Jauh."
Cinta terkekeh mendengarnya, "I see. Kita ke mini market 24 jam, yuk! Tapi yang ada tempat duduknya."
Raka mengangguk paham. Istrinya ini adalah salah satu species wanita langka. Apa pun yang diinginkannya, terkadang adalah hal-hal anti mainstream untuk kebanyakan wanita saat ini.
"Oke, Sayang!" sahut Raka patuh.
---
Raka mengekori Cinta yang sedang berjalan menuju sebuah rak di salah satu mini market 24 jam. Ia sudah mengetahui apa yang akan istrinya beli kali ini. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku jaketnya ketika sudah berdiri di samping istrinya yang sedang memilih makanan instan untuk segera di makan.
"Bunda, jangan makan yang aneh-aneh!" larang Raka kala Cinta mengambil mie ramen cup super pedas.
Membuat Cinta merengut seraya mengurungkan niatnya. Kakinya pun bergeser. Memilih mie cup dengan merk yang lain.
" Rendra sama Aresh masih meminum ASI, Sayang. Walau nggak seeksklusif dulu." Raka menasehati istrinya kembali.
Cinta mengambil mie instan cup rasa bakso sapi, "Ini boleh?" tanya Cinta.
"Boleh. Tapi nggak sering-sering!"
"Iya, Ayah ganteng!"
Raka tersenyum sebelum mengikuti Cinta kembali. Diambilnya sebotol air mineral, lantas menyusul Cinta yang sedang mengambil snack kentang kesukaannya.
"Abang mau minum apa?" tanya Cinta.
"Nih!" Raka menunjukkan air mineralnya.
"Cuma itu?" tanya Cinta kembali.
Raka mengangguk, "Cuma itu? Nggak mau beli yang lain?"
"Enough."
Setelah membayar, Cinta mengajak Raka untuk duduk di tempat duduk yang telah disediakan. Raka tersenyum, melihat istrinya yang sedang menghirup aroma lezat dari mie instan cup. Mie instan cup yang sudah diseduh dengan air panas. Diaduknya mie instan itu dengan perlahan.
"Abang mau?" tawar Cinta.
Raka menggeleng, "Nggak, Sayang. Kamu habiskan ya! Dan jangan meminta Abang untuk menghabiskan mie-nya!" peringat Raka.
Cinta tertawa. Suaminya selalu saja teringat akan malam dimana dirinya mengidam memakan kuah mie instan. Ia pun tak akan pernah lupa bagaimana kesalnya Raka saat itu.
"Abang ingat aja! Dulu itu anak-anak Abang yang ingin memakan kuah mie instan. Kalau sekarang, Illy memang ingin memakan mie instan. Rasanya sudah seabad nggak memakan makanan ini," ujar Cinta.
"Abang akan selalu mengingat apa pun tentang kamu," sahut Raka setelah selesai mengunyah snack kentangnya.
Cinta tersenyum seraya mengunyah mie instannya, "How sweet you are!" seru Cinta memuji.
Raka pun terkekeh, lantas mengusap pucuk kepala Cinta. Kemudian mengecupnya dengan penuh sayang. Tak peduli jika beberapa orang sedang memerhatikannya dan mencibirnya dari jauh. Membuat Cinta malu bukan main. Sedangkan Raka tersenyum bahagia melihatnya.
Sambil memakan mie instan cup, Cinta meng-upload sebuah foto yang dikirim Zayn ke dalam akun instagram-nya. Tak ada caption yang terselip di sana. Gambar itu serasa sudah mewakili semua isi hatinya saat itu.
"Abang, terima kasih." Cinta mengucapkan terima kasih setelah menunggu Raka memasukkan motornya ke dalam garasi.
"Buat?" tanya Raka.
"Buat semuanya," sahut Cinta seraya menatap wajah suaminya dengan lekat.
"Semuanya?" tanya Raka berpura-pura tak paham.
"Buat cinta Abang, buat kasih sayang Abang, dan buat yang sudah Abang lakukan untuk Illy selama ini," ujar Cinta dengan kedua matanya yang sudah merebak, "terima kasih, Bang."
Raka mengangguk, "Cuma itu yang bisa Abang berikan dan lakukan untuk kamu. Abang cuma ingin membuat kamu bahagia. Apa pun akan Abang lakukan untuk bisa melihat kamu selalu tersenyum," ucap Raka sebelum memeluk dan mencium kening Cinta.
Tbc.
***
"Hai semua, kangen nggak sama Cinta Raka? Semoga masih ada yang kangen ya! Dan semoga rasa cinta mereka masih bisa kalian rasakan.
Maaf karena baru bisa melanjutkan cerita ini. Beberapa minggu yang lalu setelah copaster web muncul, ada lagi mirror web yang muncul. Dan semua ceritaku masuk ke sana. Mirror web itu seperti mirror wattpad. Sepertinya apa pun yang kita tulis, akan langsung tercopy ke sana. Dan hal itu cukup membuat down.
Untuk menyembuhkan rasa tidak mengenakkan itu, aku mencari cara lain untuk mengalihkannya. Berusaha memperbaiki beberapa cerita yang sudah selesai agar bisa dibaca dengan enak. Jadi maaf, untuk sementara aku akan tetap mengunpublished beberapa ceritaku. Karena rasanya percuma kalau hanya di private. Kalau pun tetap ada yang mengcopy atau plagiat, mereka nggak akan bisa mengarang potongan-potangan ceritaku.
Kalau mau tahu kabar Cinta Raka, silakan follow akun instagramnya Cinta @illyanacinta Dia selalu update, walau ceritanya lambat untuk update. Hahaha. Maaf.
Berharap, semoga suatu saat nanti kita bisa memeluk cerita Cinta Raka dan keluarganya dengan versi yang lain secara berjemaah. Aamiin." 10317
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top