12. Aku percaya pilihanku

Cinta berjalan lemas menghampiri suaminya, Raka, yang masih tertidur dengan lelap. Ia duduk di tepi ranjang sembari membelai wajah Raka dengan perlahan. Ia seakan enggan untuk membangunkan suaminya yang masih terlihat sangat nyenyak dalam tidurnya. Jam tangannya sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Rasanya ia pun ingin tertidur kembali menemani suaminya, Raka. Rasa lemas dan juga pening di kepalanya seakan tak bisa berkompromi pagi ini. Tangan kanannya memijat tengkuk Raka agar terbangun.

"Sayang, bangun!" Seru Cinta.

Raka bergeming. Rasa lelah yang teramat sangat, membuatnya tertidur nyenyak pagi ini. Tugas malamnya benar - benar membuat Raka terpontang - panting saat ini.

"Sayang, bangun! Nggak kerja?" ulang Cinta membangunkan.

"Huum," gumam Raka.

"Ayah, bangun! Kamu nggak libur kan?" tanya Cinta.

"Huum," gumam Raka kembali.

Suara dering smartphone milik Raka terdengar. Membuat Cinta tersentak. Lagu Grenade - Bruno Mars menggema di seluruh penjuru kamar. Cinta menatap smartphone dan suaminya bergantian. Raka yang mulai terusik oleh suara dering smartphone - nya, mengerjapkan kedua matanya dengan perlahan. Cinta mengambil smartphone suaminya yang berada di atas nakas.

"Bang Reihan," ucap Cinta sembari menatap sederet huruf yang terpampang di layar smartphone suaminya, Raka.

Raka meraih smartphone itu dengan malas. Ia meletakkan smartphone - nya di telinga kanannya sesaat setelah menyentuh sebuah gambar telpon untuk mengangkat panggilan itu.

"Halo," sapa Raka malas sembari memejamkan matanya yang masih sangat mengantuk.

"Oh my God! Jangan bilang lo baru bangun tidur, Bang? Kita ada rapat penting hari ini," gerutu Reihan.

"Ya,"

"Ini sudah setengah tujuh lebih Bang Raka! Abang mau berangkat jam berapa?"

"What?"

Raka terbelalak kaget. Ia menatap istrinya dengan tatapan tajam.

"Jam berapa sekarang?" tanya Raka kepada istrinya, Cinta.

"Jam enam lebih empat puluh lima menit," jawab Cinta.

"Oh shit!!! Kenapa kamu nggak membangunkanku, Ta?" Pekik Raka kesal yang mengiringi umpatannya.

"Dari tadi aku sudah membangunkan kamu, Ka," jelas Cinta.

"Aku ada rapat penting pagi ini," cerita Raka kesal sembari beranjak dari tempat tidur.

"Mana aku tahu kalau hari ini kamu ada rapat," protes Cinta yang membuat Raka menghentikan langkahnya.

"Apa aku harus mengatakannya terlebih dahulu sama kamu? Bukannya memang sudah menjadi tugas kamu, untuk membangunkanku seperti biasanya? Dan seharusnya kamu nggak perlu bertanya, aku bekerja atau tidak, karena aku bukan pengangguran!" Tandas Raka keras sebelum berbalik menuju kamar mandi.

Cinta terdiam, menatap suaminya menutup pintu kamar mandi. Ia terkejut mendengar suara keras bernada membentak yang terlontar dari mulut suaminya, Raka. Hatinya serasa perih. Kedua matanya merebak. Cinta beranjak dari tempatnya duduk. Lantas ia mengambilkan setelan jas dan kemeja beserta dasi untuk Raka. Kemudian kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

"Ka, sarapan dulu," ucap Cinta ketika melihat Raka berjalan sembari mengenakan dasinya.

"Aku nggak lapar," balas Raka tak mengacuhkan Cinta.

"Tapi,"

"Aku sudah terlambat! Kita berangkat sekarang!!!"

Cinta kembali terperanjat mendengar ucapan keras dari Raka. Ia menatap Raka dengan nanar.

"Cepat, Sayang!!!"

"Iya,"

Cinta mengambil tas selempangnya dan juga blazer hitamnya. Ia mengikuti langkah besar Raka dengan terburu - buru.

"Double shit!!!" Teriak Raka geram sembari menekan klakson mobilnya ketika mobil di depannya tak kunjung melaju.

Cinta menatap suaminya, Raka, dari samping. Raka tak seperti biasanya. Emosinya benar - benar tak terkontrol hari ini. Perasaan bersalah pun mulai bersarang dalam diri Cinta. Sedari tadi keduanya hanya terdiam.

Cinta mengambil smartphone - nya. Lantas memotret dirinya sendiri untuk menghilangkan rasa bosan yang sudah bercampur dengan segala perasaan yang tak mengenakan. Sesaat setelah mengambil gambarnya sendiri, Cinta pun segera mem - postingnya di instagram.


Kita itu layaknya reaksi kesetimbangan, melangkah ke kedua arah. Entah dimana akan berujung, tapi pasti ujung itulah yang akan menjadi takdir terbaik.
Selamat pagi, and enjoy your Monday :)

Cinta tak mempedulikan Raka yang sedang memandangnya dengan kesal karena tengah sibuk dengan dunia di dalam iPhone. Sekuat tenaga Cinta menahan dadanya yang terasa sesak. Ia mengulum senyum ketika melihat beberapa komentar yang menghiasi layar iPhone - nya.

@putrirazqashahab cieee... yang lagi BT quote nya. Wkwkwk. Ngapain pagi - pagi badmood gitu? Emang semalam jatahnya kurang ya? #Aka

@yetitakirana takdir tidak terjadi bila tidak ada usaha yang dari yang menjalankannya. So keep strong, Cintanya Raka! @illyanacinta

@widy4HS pagi cinta, @illyanacinta

@tanchayulita taaa @illyanacinta pagi2 udah berquote aja. Happy monday too cinta raka. Raka badmood sama pekerjaan yang menumpuk kali, sabar ya, Cinta. Keluarkan jurus ampuhmu!!! ^^

@rullynisya hahaha. Nie bumil udah di dalam mobil tetep aja ya muka bangun tidur. Kenape lu ta @illyanacinta kerja2 ta, muka ko lecek gitu. Kurang jatah ye dari ayah ganteng? Wkwkwk. Btw, lo hamil itu pipi ikut2n hamil ye ta, hahaha.

@shellakey pagi cinta... pagi2 udah ngexist aja nih bumil. Raka kenapa, ta? Jatahnya diliburkan untuk sementara waktu ya? Makanya badmood, hehe.

@ieizrosmitha lesu amat ta @illyanacinta hari senin ini, habis dikerjain raka ya tadi malam?

@d.anna.a hai kak cinta, have a nice day ya with your husband ;)

@gadishumairah bagaimana ada keseimbangan bila berjalan kedua arah?

"Sudah sampai," ucap Raka yang membuat Cinta terkejut.

"Ah, iya," sahut Cinta.

Cinta melepas seatbelt yang melintang di tubuhnya. Lantas ia mengulurkan tangan kanannya sebelum beranjak dari mobil suaminya, Raka. Raka yang sudah mengerti dengan maksud istrinya, segera menyambut uluran tangan itu.

"Assalamualaikum," pamit Cinta.

Cinta segera melangkah keluar dari mobil. Ia tak mempedulikan Raka yang sedang memandangnya dari balik mobil. Kakinya terus berjalan menuju tempatnya bekerja.

"Damn it!!!" Umpat Raka sembari memukul setir mobilnya dengan kesal.

---

Cinta memejamkan kedua matanya. Kemudian merentangkan kedua tangannya sembari menghembuskan nafasnya dengan perlahan. Ia berdiri tegak di atas rooftop kantornya. Menyambut sinar matahari untuk menghangatkan tubuhnya. Sekaligus menenangkan pikirannya yang kacau pagi ini.

Hatinya yang sedang gundah gulana, membuatnya memutuskan untuk menenangkan diri sejenak. Mencoba berintrospeksi diri tentang kesalahan dan juga kelalaiannya kepada suaminya selama ini. Sudah lama, suaminya tak pernah berbicara kasar terhadapnya selama ini. Cinta mengerti bagaimana tekanan pekerjaan yang sedang ditanggung oleh Raka. Andai Raka tahu, pagi ini dirinya sedang tak senormal biasanya.

Cinta bergeming. Nafasnya menjadi tertahan, ketika sebuah pelukan melingkar di perutnya. Hembusan nafas yang menerpa di leher jenjangnya, membuat bulu romanya berdiri. Sebuah kecupan lembut pun mendarat di kepala Cinta.

"Maaf," ucap Raka menyesal.

"Maafkan aku, Sayang," ulang Raka.

Cinta membalikkan tubuhnya sesaat setelah kedua tangannya turun. Ia menatap suaminya, Raka, yang sedang menatapnya balik.

"Maafkan aku, Ta," ulang Raka untuk ketiga kalinya.

"Aku yang meminta maaf. Maaf, karena aku belum bisa menjadi istri yang baik untuk kamu. Maaf, karena aku belum bisa menjadi seperti apa yang kamu inginkan. Maaf," tutur Cinta.

"Nggak, Sayang! Kamu adalah istri yang terbaik untukku. Jadilah diri kamu sendiri, karena aku akan selalu menerima kamu apa adanya,"

Sebulir air mata Cinta menetes. Ia tak kuasa lagi untuk menahannya lebih lamanya. Dadanya terlalu sesak dan sakit menahannya. Raka segera menyeka air mata istrinya, Cinta. Lantas ia menarik tubuh istrinya ke dalam pelukannya.

"Maaf," ucap Raka yang membuat Cinta terisak.

Cinta mengangguk. Ia memeluk Raka dengan erat. Dengan perlahan, Raka merenggangkan pelukannya.

"Jangan menangis lagi, ya! Aku nggak mau anak kita juga ikut sedih," tutur Raka.

"Maafkan Ayah ya, Sayang," ucap Raka sembari mengelus perut istrinya Cinta lantas menciumnya.

Air mata Cinta kembali menetes. Kehamilannya membuat dirinya menjadi moody dalam hitungan detik. Moody yang tak bisa dikendalikannya sendiri. Raka kembali menyeka air mata istrinya, Cinta.

"Aku kerja dulu, ya! Nanti siang kita makan bersama, mau?" ajak Raka yang disambut anggukan oleh Cinta.

"Jangan lupa, nanti sarapan ya! Aku nggak mau kalian berdua kelaparan," sambung Raka yang membuat istrinya tersenyum simpul.

Raka mencium pipi bagian kanan, kiri. Kemudian berlanjut mencium kening, turun mencium hidung dan terakhir mencium bibir tipis Cinta sembari melumatnya. Hingga suara berdeham menghentikan aktivitas mereka. Kepala Widya menggeleng - gelengkan kepalanya melihat Raka dan Cinta yang sedang tersipu malu.


Tbc.

***

"Please, jangan demo aku untuk melanjutkan DIA di sini."

"Aku tahu, cerita ini nggak semenarik cerita DIA. Tapi aku akan tetap melanjutkannya, walau kalian suka atau tidak.

Ini adalah caraku untuk mengasah kemampuanku dalam menulis. Karena saat aku berhenti, maka ilmu yang aku dapat akan berangsur - angsur menghilang.

Terima kasih yang sudah memberikan semangat melalui vote dan juga komennya selama ini. Jika di ibaratkan, aku ini orang yang sedang berpidato. Berusaha semaksimal mungkin untuk bisa tampil maksimal di antara ribuan orang yang menonton. Namun hanya ada beberapa saja yang bertepuk tangan untuk memberikanku semangat.

Terima kasih banyak untuk kalian semua yang telah bersedia memberi tepuk tangan itu untukku."

Love you all my beloved readers,

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top