Kandidat Calon Istri
“Apa kamu ada pacar, Pram?”
“Nggak ada.”
“Tapi, kamu mau menikah tahun ini?”
Hening mendadak karena tak ada jawaban yang segera diluncurkan Pramuda Dwima Djaya.
“Iya, kalau dapat calon istri.”
Saking merasa tegang menunggu jawaban atas pertanyaan, napas diembuskan Narsilla lumayan panjang. Upaya menghilangkan kegugupan.
Tanggapan Pramuda masih sesuai harapan.
Tentu, ia masih punya pertanyaan yang hendak diajukan pada Pramuda. Namun diberikan jeda sebentar mencairkan suasana di antara mereka.
Sebenarnya seluruh ketegangan ada pada dirinya saja, tidak dengan Pramuda yang tampak tenang. Sudah jelas pria itu belum tahu tujuannya.
“Aku mau daftar.” Narsilla pun berujar mantap seraya mengeluarkan buku catatan tangannya.
Lalu, ditaruh di atas meja restoran. Diarahkan ke Pramuda agar lekas mengambil. Dan ia memang sengaja menulis untuk dosen tampan itu.
“Apa ini, Silla?” Pramuda kebingungan kali ini.
Tulisan pada sampul buku segera dibaca.
“Keunggulanku Sebagai Calon Istri.”
Seketika wajah Narsilla memanas mendengarkan suara berat Pramuda Dwima Djaya melafalkan deretan kata yang digunakan untuk judul buku catatan ditulisnya sendiri tersebut.
“Aku mau daftar,” ujar Narsilla lancar, walaupun semakin malu dengan tindakannya.
“Aku mau daftar jadi calon istri kamu, Pram.”
“Andai kamu mau menikah tahun ini, aku juga sama.” Narsilla melanjutkan keterangannya.
“Aku belum dapat calon suami. Aku nggak ada pacar.” Kembali dijelaskan maksudnya.
“Di dalam buku itu, aku tulis keunggulan apa saja yang ada pada diriku. Bisa kamu baca dulu dan jadikan referensi untuk menilaiku.”
“Aku pasti akan bisa menjadi kandidat utama istri yang kamu inginkan, Pram.”
Pramuda belum terlalu paham dengan sikap dari Narsilla. Namun tindakan wanita itu unik. Ia pun tertarik akan ide yang ditawarkan padanya.
Tak salah mempertimbangkan bukan?
“Baik, aku akan baca buku kamu, Silla.”
“Dan aku punya pertanyaan ….”
“Pertanyaan apa, Pram?”
“Kamu menyukaiku? Kenapa kamu begitu ingin mengajukan diri untuk jadi calon istriku?”
Narsilla langsung memikirkan jawaban yang tak akan membongkar tujuan aslinya. Ia harus beri balasan meyakinkan agar Pramuda tak curiga.
“Karena kamu sosok yang sempurna menjadi suamiku, Pram.” Narsilla berkata tanpa ragu.
“Semua yang aku inginkan ada pada dirimu.”
Pramuda berdeham. Tiba-tiba ia salah tingkah karena ditatap intens oleh kawan lamanya.
“Aku punya syarat khusus.”
“Untuk menjadi kandidat utama calon istrimu?”
Pramuda mengangguk mantap.
“Apa itu, Pram?”
“Datang ke kampusku, kamu akan tahu nanti, Silla.” Pramuda sengaja menjawab dengan jenis kalimat yang menimbulkan kesan misterius.
“Ke kampus kamu?”
"Bertemu mahasiswi-mahasiswiku yang agak obsesif? Apa kamu siap, Silla?"
"Obsesif?" Narsilla mendadak ngeri.
"Mereka berlebihan menyukaiku. Dan mereka tidak malu mengejarku. Itu membuatku risi saat mengajar."
"Mereka suka denganmu? Ah, aku akan memperkenalkan diri sebagai calon istrimu di depan mereka."
Pramuda terkekeh. Lalu, mengangguk. Setuju akan niatan Narsilla.
"Boleh juga."
"Ayo kita lawan mereka, Silla."
.............
Pokoknya simpan dulu di library, ya.
Minta tolong dong buat komen juga. Ninggalin jejak gitu.
Terima kasih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top