BAB 29 (21+)
"Terima kasih, Tuhan," ujar Narsilla dengan rasa syukur luar biasa kepada Sang Pencipta.
Saking merasa kagum akan pemandangan laut biru yang tengah dilihat, Narsilla merasa amat bahagia dan bersyukur karena diberi kesempatan oleh Tuhan menikmati semua ini.
Dirinya seperti sangatlah beruntung masih bisa pergi ke Maldives untuk yang kedua kali dalam rangka berbulan madu lagi, setelah pertama satu tahun lalu, tentu bersama sang suami tersayang.
Walau hotel dipilih berbeda, namun lokasi pantai masih sama. Dan tak ada perubahan yang terlalu mencolok dibanding setahun lalu. Justru tambah memanjakan mata dengan laut biru bersih.
"Capek nggak, Sayang?"
Sang suami memeluknya dari belakang.
"Kenapa kalau aku nggak capek? Kamu mau ajak aku langsung bikin anak pasti."
Pramuda tertawa kencang sembari mengeratkan dekapan pada tubuh sang istri yang dicintainya.
"Benar, Sayang."
"Aku mau ajak kamu bikin Pramuda junior. Dan kita harus mulai secepatnya jika bisa."
Selepas membisikkan kalimat-kalimat jawaban, Pramuda mengecup gemas kepala Narsilla.
"Ntar malam aja, gimana, Suamiku? Aku masih mau rebahan santai sambil mandang laut."
"Oke, oke, dikabulkan."
"Nanti malam saja kita bikin anaknya, Sayang."
Pramuda lalu membalikkan tubuh sang istri agar mereka bisa berdiri berhadap-hadapan. Hendak ditatap wajah cantik Narsilla yang tersenyum.
Namun wanita itu tak memberikan kesempatan sebab sudah membenamkan kepala di dadanya.
Mereka saling berpelukan dengan erat.
"Bahagia nggak, Sayang?"
"Sangar bahagia pastinya," jawab Narsilla dalam nada riang guna menunjukkan kegembiraan.
"Istri diajak bulan madu, pasti bahagia," imbuh Narsilla yang disertai dengan tawa kali ini.
"Bagus, aku suka kamu bahagia."
"Kamu gimana? Bahagia juga? Atau malah jadi beban karena mengeluarkan banyak biaya untuk bulan madu kita?" Narsilla giliran bertanya.
Sang suami terkekeh, manakala mereka berdua saling bersitatap. Kepalanya didongakkan cukup tinggi supaya bisa melihat lebih jelas suaminya.
Dan Pramuda tampak mengangguk mantap. Raut wajah pria itu yang ceria oleh senyuman lebar, mengindikasikan relevansi dengan jawabannya.
"Aku bahagia."
"Bahagia bulan madu lagi bersamamu, Beb."
"Hm, kalau biaya liburan?" konfirmasi Narsilla.
"Kenapa biaya liburan? Aku biasa saja. Biaya bulan madu ini masih terjangkau. Jangan cemas soal uangku. Selama istri bahagia, aku aman."
"Aku bahagia," jawab Narsilla mantap.
"Tapi, alangkah baiknya, biaya bulan madu ini kita bagi berdua agar sama-sama adil, Sayang."
"Itu tanggung jawab suami. Tugas seorang istri hanyalah menikmati liburan yang diberikan.
Pramuda memang selalu suka bercanda, jadi apa pun yang ditanyakannya bersifat serius, pastinya akan diberikan jawaban dengan guyonan.
Tak memuaskan balasan sang suami, namun ia tidak bisa memaksa jika Pramuda enggan untuk memberi tahu berapa biaya dihabiskan.
"Kita akhiri sesi pembicaraan ini, Sayang?"
"Kita lanjutkan dengan kemesraan lain, gimana? Aku ingin bermanja-manjaan bersama kamu."
Saat Narsilla ingin menjawab, ia sudah diangkat oleh sang suami. Dibopong menuju ke ranjang dengan gerakan cepat dan juga cekatan.
Lalu, direbahkan dirinya di atas kasur, tentunya Pramuda ikut pula berbaring di sisinya dengan posisi tangan yang tentu kembali memeluk.
Dan dengan amat cepat sudah bergerak ke atas dirinya. Mengambil posisi menindih. Kedua siku menopang mereka agar tak begitu dekat.
"Kita mulai lewat pemanasan ringan dulu?"
Narsilla sudah tahu artinya. Ia pun terkekeh.
"Katanya nanti malam, kenapa jadi maju?"
"Nggak sabar mau projek buat anak."
Celotehan sang suami mendatangkan tawa yang kian kencang di antara mereka. Menganggapnya sebagai guyonan belaka, sudah pasti.
Namun, karena sang suami begitu menggebu ingin memulai permainan, ia akan ikuti saja.
Dilingkarkan segera tangannya pada leher pria itu. Lalu, menarik tengkuk suaminya.
"Ayo pemanasan ringan," bisik Narsilla sebelum menautkan bibir mereka untuk berciuman.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top