BAB 28 (21+)
“Uhhmm?” Narsilla bergumam heran, manakala tak mendapati sosok sang suami di kasur.
Tadi, beberapa menit yang lalu, ia berkeinginan memeluk pria itu sambil tidur, namun malahan tak ada Pramuda bersama dirinya.
Ke mana sang suami?
Narsilla penasaran sendiri. Ia langsung bangun dengan tangan kirinbergerak ke nakas samping tempat tidur guna mengambil ponsel.
Dihidupkan segera handphone.
Rasa kantuk Narsilla masih besar. Andaikan rasa ingin tahu tak menuntut, maka ia akan kembali tidur. Matanya saja susah untuk dibuka.
“Baru jam satu? Belum pagi?” gumam Narsilla saat melihat deretan angka pada layar ponselnya yang menunjukkan pukul 01.20 wib.
“Ke mana dia pergi jam segini?” Narsilla kian penasaran dengan keberadaan suaminya.
Dan diam saja di atas kasur, tidak akan memberi dirinya jawaban apa-apa. Lebih baik segera saja ia mencari Pramuda agar semuanya jelas.
Tempat pertama adalah kamar mandi. Sayang, tak ada pria itu di sana, seperti dugaannya.
Narsilla lantas cepat keluar kamar. Tak mungkin saja Pramuda bersembunyi di areal yang sempit seperti dalam lemari pakaian mereka.
Narsilla mendapati lampu ruang tamu menyala. Begitu juga tempat makan yang letaknya tidak jauh dari dapur. Ia memutuskan ke sana.
Dan sang suami pun dilihat dengan kedua mata amat jelas. Pramuda tengah memunggunginya.
“Sayang?”
Disaksikan jelas pria itu terkesiap.
Sang suami lantas membalikkan badan, sehingga mereka bisa berdiri saling berhadap-hadapan.
“Kenapa bangun?”
“Kenapa aku bangun? Apakah aku nggak boleh bangun dan datang ke sini?” tanyanya balik.
Sang suami menggeleng dengan cepat.
Tidak ada penjelasan apa pun yang disampaikan oleh Pramuda, justru dirinya dipeluk.
Walau berada dalam dekapan suaminya, ia bisa melihat ke belakang, tepatnya meja yang berisi kue tart dan belum dinyalakan lilinnya.
“Untuk apa?” tanya Narsilla guna memastikan tujuan sang suami membeli kue. Sepertinya tak ada yang berulang tahun di antara mereka.
“Kenapa kamu beli kue, Sayang?” Narsilla pun memperjelas apa yang hendak dikonfirmasi.
“Untuk perayaan, Beb.”
“Perayaan apa memangnya?” Narsilla bingung.
“Kamu lupa kapan kita menikah?”
“Dua Juni 2023.” Narsilla menyahut mantap. Selalu akan mengingat hari pernikahan mereka, mana mungkin dirinya bisa lupa.
Lalu, saat teringat tanggal hari ini, Narsilla lekas tertegun. Sekarang, tepat dua Juni 2024.
“Ya, Tuhan.” Narsila spontan berujar.
Didengarnya sang suami terkekeh lagi sembari menguatkan pelukan pada tubuhnya.
Astaga, bisa-bisa ia tak ingat akan tanggal dari pernikahan mereka. Berbeda dengan sang suami yang bahkan sudah membeli kue guna rayakan hari jadi setahun rumah tangga mereka.
Astaga, istri macam apa dirinya.
Untung, Pramuda tak marah. Tapi, bagaimana isi pikiran pria itu? Apakah menerima sifat lupanya yang tak ingat hari pernikahan mereka?
“Maafkan aku, Sayang.” Narsilla serius dalam mengungkapkan ketidakingatannya.
“Santai, Beb. Dua Juni baru dimulai sejam lalu, masih ada dua puluh tiga jam kedepan.”
“Tapi aku hampir lupa, andai kamu yang nggak mengingatkan aku, Sayang.” Narsilla pun masih merasa tidak enak hati menyoal ini.
Kontras dengan suaminya yang tetap tertawa, seperti tak terbebani dengan ingatan buruknya.
Lalu, mereka saling berpandangan. Dan Narsilla bisa melihat pancaran kebahagiaan pada kedua netra milik suaminya. Terlalu jelas.
Dan dengan cepat mata dipejamkan, manakala Pramuda mengecup keningnya begitu mesra.
“Selamat hari pernikahan satu tahun. Semoga kita akan tetap merayakan bersama sampai tua.”
“Aku sayang seribu persen.”
Narsilla terkekeh. Bahagia tentunya mendengar pengakuan cinta dari sang suami.
“Love you too, Pak Suami.”
“Hadiah bulan madu siap meluncur.”
Alis kanan Narsilla pun teringat, antara merasa bingung dan juga bergembira akan liburan.
“Kita akan bulan madu lagi? Ke mana?”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top