BAB 06
Mungkin karena efek sudah sepuluh tahun tidak berpacaran dan memiliki kedekatan fisik secara intens dengan pria, maka saat tangan digenggam oleh Pramuda Dwima Djaya, ia sedikit gugup.
Dan apa yang dilakukan oleh sang dosan tampan hanya sekadar akting di depan para mahasiswi.
Seharusnya pula, setelah mereka masuk ke lift, Pramuda melepas tautan jemari-jemari tangan mereka, namun tidak demikian yang terjadi.
Narsilla juga tak merasa enak meminta pria itu mengakhiri genggaman yang kuat tersebut. Ia memilih diam dan menuggu Pramuda bertindak.
"Kamu bawa mobil?"
"Nggak." Narsilla menjawab cepat.
Setelah beberapa saat saling diam di dalam lift, tentu pertanyaan sang dosan tampan merupakan pembuka untuk obrolan di antara mereka.
"Sorry."
Sepatah kata yang diluncurkan oleh Pramuda, adalah bentuk permintaan maaf karena pria itu baru sadar sudah menggenggam dalam durasi yang lumayan lama tangan Narsilla Aggrami.
Tentu segera diakhirinya.
"Terbawa suasana." Pramuda mengutarakan apa yang menjadi alasan dipikirnya masuk akal.
"Nggak apa-apa. Cuma pegang tangan doang."
"Hahahaha."
Narsila sesungguhnya asal menanggapi, ia pun tak menyangka jika Pramuda akan tergelak. Dan tentu jawabannya dinilai lucu oleh pria itu.
Lalu, keheningan tercipta di antara mereka pasca sang dosen menyelesaikan sesi tertawa.
"Kamu tidak apa aku ajak bersandiwara?"
Narsilla lekas menggeleng.
"Asal bisa jadi kandidat calon istri kamu, Pram. Aku oke-oke saja diajak bersandiwara."
Pramuda Dwima Djaya lalu mengulurkan tangan padanya. Seakan ingin mengajak bersalaman.
Segera diterima apa dilakukan pria itu.
Tangan mereka saling berjabat.
Narsilla pun kembali merasa gugup, manakala ia harus bersitatap intens dengan Pramuda yang juga memamerkan senyuman begitu menawan.
"Pencalonan kamu sudah aku approved, Silla."
"Benar sudah approved? Cepat banget." Narsilla berkomentar dengan nada yang tak percaya. Ia baru saja mengajukan diri semalam.
Belum ada dua puluh empat jam berlalu.
"Kamu cocok menjadi kandidat calon istriku."
"Kamu sudah baca semua yang aku tulis dalam buku catatanku yang kemarin aku kasih, Pram?"
"Sudah aku baca."
"Menarik." Pramuda mengemukakan penilaian.
"Menarik, Pram?"
"Iya, ada list keunggulan sebagai calon istri yang kamu tulis dan menurutku menarik, Silla."
"Bisa memasak, pandai merias diri, suka beres rumah tanpa asisten rumah tangga, gemar baca buku, cukup penurut, tidak suka drama ...."
Narsilla malu luar biasa saat beberapa poin yang ditulis di dalam buku catatannya. Sungguh, ia tak bisa menyusun kalimat dengan apik, asal saja dibuat guna menerangkan keunggulannya.
Narsilla sulit membuka mulut hanyalah untuk memberikan balasan atas gurauan Pramuda. Ia merasa lumayan was-was dalam berbicara jika sampai salah memilih kata-kata lagi.
"Jangan tersinggung, yah, aku cuma bercanda."
Narsilla pun segera menggeleng. "Nggak akan marah. Aku malah malu," jawabnya jujur.
"Maaf tulisanku terkesan kurang estetik dari segi penyampaian maksud, semoga kamu paham."
Pramuda tertawa pelan. Bukan karena berniat meledek, hanya saja ekspresi polos dan ucapan lucu Narsilla bisa membuatnya merasa terhibur.
Lalu, ditepuk-tepuk pundak wanita itu.
"Aku bilang tadi tulisan kamu menarik, artinya kamu sudah pintar menulis, Silla."
Pramuda pun tak ada niatan kembali berdekatan secara fisik dengan Narsilla, namun karena para mahasiswi berjaga di depan lift manakala pintu dibuka, maka sandiwara harus dilanjutkan.
Pramuda merangkul mesra bahu Narsilla.
Tak lama kemudian, ia mendengar seruan-seruan histeris dari para mahasiswinya, dengan jelas.
Bahkan, ada yang memotret. Dan hal tersebut tidak membuat Pramuda senang. Langsung saja ia rebut ponsel muridnya dan menghapus foto.
Pramuda memasang ekspresi sangat serius. Mata memandang satu demi satu mahasiswinya dalam sorot yang tegas, hingga mereka tak berkutik.
"Kalian ingin apa?"
"Kalian tidak bisa menerima saya sudah punya pacar? Kalian ingin mengusik saya?"
"Berhentilah berulah, sebelum saya membawa tindakan kalian ini ke dekan untuk dilaporkan."
Satu pun muridnya tak ada yang bersuara.
Lalu, dipegang lengan Narsilla. Menarik wanita itu dengan sopan agar meninggalkan lift.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top