L

"Nan, Lo mau kemana?" Tanya Qalila saat dia melihat Nandira yang sudah bersiap-siap mengemasi barang-barang ke tas nya.

Begitupun dengan Riana, dia juga melakukan hal yang sama seperti Nandira.

"Gue mau Dispen, ada acara di kantor bupati" ucap Nandira.

"Lo juga Na?" Tanya Qalila.

Riana mengangguk sebagai jawaban.

"Dia kan anggota rohis juga, ya dia ikut" seru Ziae.

Qalila melihat ke sampingnya.
"Lo kok gak ikut? Perasaan Lo juga anggota rohis deh?" Tanya Qalila bingung.

Iya gengs..
Mereka bertiga, Ziae, Nandira, Riana itu anggota rohis, Qalila enggak, dia diajak gak mau. Katanya karena lama pulang anak rohis kalo udah kumpul.

Memang lah itu Qalila:v

"Gue enggak, gak di tunjuk kok" ucap Ziae.

Qalila mengangguk aja.

"Yaudah , guys kita pamit..awas rindu" ucap Nandira.

Ziae dan Qalila mencebik.
"Pede!" Cibir mereka berdua bersamaan.

Riana dan Nandira tertawa, hingga mereka pergi.

Tinggallah Ziae dan Qalila berdua.

"Yahh..sepi dung" keluh Qalila.

Ziae mengangguk lesu.

"Sama.." ucapnya.

Hingga bel masuk sekolah berbunyi, semua anak kelas MIA5 masuk ke kelas di karenakan guru sudah datang.

*

"Qalila!" Panggil Ziae.

Qalila yang mau ke kantin mendadak berhenti Ketika merasa namanya di panggil.

Dia membalikkan badannya ke belakang.

Ziae?
Ngapain?, Tadi Katanya gak mau ikut ke kantin? Gimana sih?

"Ha? Ada apa?" Tanya Qalila pada Ziae.

Terlihat Ziae yang tampak ngos-ngosan.

"Itu...Lo! HP Lo kemana aja sih?!" Pekik Ziae.

"Ha? Hp? Hp gue di tas, lupa bawa" ucap Qalila sambil menyengir.

Ziae memutar bola matanya, malas.

"Sepupu Lo! Sintya, meninggal!" Kata Ziae yang membuat air mata Qalila langsung menetes.

Cepat-cepat dia pergi ke kelas untuk membenahi tas-tas nya.

"Lo mau kemana?" Kata Ziae.

"Liat kakak gue lah! Gimana sih!" Omelnya.

Ziae terdiam.
Qalila kalo lagi sedih dia sukanya marah-marah.
Dan Ziae tau perasaan Qalila gimana sekarang.

Setelah membenahi tasnya, Qalila pergi.
"Gue pulang duluan!" Kata Qalila yang di angguki oleh Ziae.

Saat di pos satpam, penjaga gerbang sekolah, Qalila bertemu dengan Dzakian yang sepertinya Barusan ada keperluan di luar.

"Lo mau kemana?" Tanya Dzakian.

Qalila berhenti.
"Ada urusan!" Ucapnya dingin dengan raut mata yang kosong.

Dzakian menggernyit.
"Urusan apa?" Tanya nya penasaran.

"Kakak sepupu gue meninggal, gue harus kesana!" Ucapnya sambil menangis.

Qalila udah berusaha untuk menahan tangisnya, tapi ketika menyebut kata 'kakak' dia tidak sanggup lagi, Qalila memang begitu dekat dengan kakak sepupu nya itu, dan mendengar kabar seperti itu membuat pertahanan air matanya runtuh.

"Gue ikut!" Kata Dzakian .

Qalila menggeleng.
"Gausah.." katanya

"Gue, ikut!" Tekan Dzakian dengan tegas.

Dan terakhirnya Dzakian ikut bersama Qalila.

**

Ketika Qalila memasuki rumah duka, Qalila melihat Tante dan sepupu - sepupunya yang lain yang sedang menangis.

Qalila langsung berhambur ke pelukan Tantenya.
Mama dari Sintya.

Tante Hasti menangis saat berada dalam pelukan Qalila

"Sintya Qal..." Kata tantenya itu sambil menangis.

Sementara Dzakian hanya duduk di belakang Qalila.

Sepertinya banyak yang menyukai Almh kakak sepupu Qalila ini, terbukti dari banyaknya Warga yang berdatangan.

"Tante yang sabar...Kaka di sayang sama Allah, makanya dia cepat di panggil" ucap Qalila, berusaha menyabarkan tantenya itu, Walaupun Hati Qalila juga bersedih atas kepergian kakak sepupu yang sudah dia anggap seperti Kakak kandung nya itu.

Tante Hasti mengangguk lalu melepas pelukan Qalila, dia melihat ke samping Qalila, di mana tempat Dzakian duduk

"Ini siapa kamu Qal?" Tanya Tante Hasti.

"O..owh..ini Temen Qalila Tan" ucap Qalila, dia melirik ke Dzakian

Dzakian langsung menyalim tangan Tante Hasti .

"Yang sabar ya Tan" ucap Dzakian.

Tante Hasti mengangguk.
"Terimakasih nak" ucapnya.

Lalu kemudian Qalila berpelukan dengan kakak sepupu nya, Desi.

Desi adalah adik dari Sintya.
Dan lumayan dekat dengannya juga.

"Dek..kak Sintya.." tangis Desi pecah lagi, dia tampak lemas.

"Kak, sabar kak..Kak Sintya orang yang baik, dia pasti di terima di sisi Allah, dengan tempat di surga" ucap Qalila.

Desi mengangguk.
Kemudian dia bersender lagi di tembok.

Jenazah belum sampai di kediaman di karenakan keluarga masih mengurus surat-surat di rumah sakit.

Sintya meninggal karena keracunan bayi yang ada di dalam kandungannya.
Qalila sendiri tidak terlalu mengerti, yang dia tau, Sintya meninggal saat operasi.

Padahal usia kandungan Sintya masih 6 bulan, tapi karena plasenta bayi mengeluarkan racun, membuat sang ibu terkena racunnya, jadi bayi harus   di keluarkan.

Di saat itu Dokter memberikan pilihan untuk memilih ibunya atau bayinya, pihak keluarga semua memilih Ibunya, tapi, di saat anaknya tidak selamat, beberapa jam kemudian ibunya juga tidak selamat.

Mungkin anaknya tidak ingin pergi sendiri, dia ingin pergi bersama ibunya ke surga.

Hemm..
Padahal baru dua hari yang lalu Qalila bercanda tawa bersama kakaknya itu, tapi takdir berkata lain .

Gue sayang kakak...
Batin Qalila bersedih.

"Maaahhh" datang dua cowok, yang tak lain adalah Sepupu Qalila juga, adik dari Sintya.

Sintya mempunya 3 adik, mereka 4 bersaudara dengan Sintya yang paling besar.

Qalila melihat kedua sepupunya yang sedih itu, laki-laki jarang sekali menangis, kecuali orang yang dia sayangi yang bisa membuat air matanya keluar.

Qalila tau, AFgan dan Razak menyayaingi Sintya, jika mereka sudah berkumpul di rumah Tante Hasti, pasti rumah terlihat ramah karena tingkah dari kakak beradik itu, Razak dan Sintya.

Hahh..
Dia akan merindukan kakaknya itu.

Qalila sedih, teramat sedih, dia tidak percaya bahwa kakak nya itu pergi secepat ini.

Tapi mau bagaimana lagi? Qalila harus iklhas, semua harus ikhlas atas kepergian Sintya, jika tidak, Sintya tidak akan tenang di atas sana, dia akan tersiksa.

"Dek, kakak dek..kakak" adu Razak pada Qalila.

Qalila memeluk Razak, dia mengelus punggung Razak.

"Sabar kak, semua sedih, gak ada yang gak sedih, semua tau seberapa baiknya kak Sintya, tapi kita harus ikhlas, kak Sintya meninggal syahid, insyaallah dia di tempat kan di surga kak" ucap Qalila.

Razak makin memper-erat pelukannya.

Dia butuh Qalila saat ini.

Sementara tidak jauh dari tempat Qalila dan Razak, Dzakian terlihat tidak suka, hatinya panas

Dzakian tau sepupu laki-laki Qalila itu punya rasa kepada Qalila.

"Modus!" Gumam nya.

Sudah hampir 3 jam barulah jenazah sampai di rumah duka, baru saja jenazah sampai di depan pintu, semua orang sudah menangis terisak.

Mereka tau betul bagaimana itu Sintya, Sintya itu adalah orang yang ceria, walaupun dia punya banyak masalah dia gak mau memberi tau kepada siapapun, bahkan saudaranya sendiri, dia juga sering berbaur pada tetangga-tetangga.

Seperti halnya Qalila, dia menangis terisak sambil membungkam mulut nya. Ketika jenazah di letakkan di kasur, Qalila langsung pingsan, dan untungnya ada Dzakian di samping Qalila, dia menangkap Qalila.

"QAL.." seru Abang-abang Sepupu Qalila, mereka makin bersedih melihat Qalila yang seperti itu.

***

Qalila membuka matanya, dia melihat ke sekeliling nya.

"Gue di kamar? Owh iya..gue kan tadi pingsan" gumam nya.

"Lo udah sadar?" Tanya Dzakian.

Qalila mengangguk, dia masih lemes, hatinya juga lemes.

"Jenazah udah di kuburkan, Lo harus ikhlas" kata Dzakian.

Qalila mengangguk lagi.
Dia memang harus ikhlas kan?

"Tenang, ada gue di samping Lo" ucap Dzakian yang membuat Qalila terdiam.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top