14

Kepala cenat cenut, bawaannya ngantuk pengen tidur.
Biar tambah semangat minta vote dan coment-nya dong..

Happy reading..

***

Beberapa berkas terlihat berserakan di atas meja, saat ini Karina tengah berkutat dengan segudang pekerjaannya. "Masuk." Ucap Karina begitu mendengar pintu ruangannya di ketuk. "ada apa?" tanyanya tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Ada kiriman bunga untuk Ibu."

"Buang saja." Ucap Karina dengan nada malas.

"Baik Bu. Saya permisi."

"Hm." Gumam Karina. Setiap hari memang ada saja yang dikirimkan Ifan padanya, dan semuanya berakhir sama di dalam tempat sampah.

"Ada apa lagi?" Tanyanya begitu sekertarisnya masuk kembali.

"Bu, di luar ada Bu Melisa yang memaksa ingin masuk untuk bertemu Ibu."

Karina melepas kaca mata bacanya, ia menatap dingin pada Dona sekertarisnya. "Katakan kalau aku sedang sibuk."

"Baik Bu." Dona berlalu di balik pintu, Karina kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Maaf Bu, anda tidak boleh masuk. Silahkan keluar."

"Hanya sebentar, aku mohon. Aku ingin bertemu dengan Karin, sebentar saja."

Terdengar keributan di luar, Karina menghela nafasnya kemudian berdiri berjalan menghadap jendela. Sudah satu minggu ini Melisa maupun Ifan terus berusaha untuk menemuinya.

Clek..

"Rin, kita harus bicara!"

"Maaf Bu, saya sudah melarang Bu Melisa masuk tapi..." Ucap Dona dengan panik.

"Panggil security!" Ucap Karina tanpa membalikan tubuhnya, ia masih setia menatap pemandangan gedung-gedung yang berjejer di luar jendela.

"Baik Bu." Dona berlalu keluar dan segera menghubungi security seperti yang diperintahkan.

"Rin. Aku bisa jelaskan semuanya. Aku mohon beri aku kesempatan." Ucap Melisa frustasi. Setiap hari ia berusaha menemui Karina tapi selalu berakhir dengan kegagalan.

"Sudahlah. Tidak ada yang perlu di bahas lagi, karena semuanya sudah jelas." Ucap Karina pelan, ia merasa dadanya kembali merasakan sesak.

Melisa berjalan menghampiri Karina dan memegang tangannya menatap memohon berharap teman yang telah dihianatinya itu mau memaafkannya. "Rin.. aku tau aku salah.. maafkan aku."

Karina memejamkan matanya, ia melepaskan pegangan Melisa di tangannya. Tidak bisa di pungkiri hatinya merasa goyah mendengar nada memohon dan tangis teman yang tega menghianatinya selama ini.

"Kenapa?" Ucap Karina lirih, ia ingin tau alasannya mengapa Melisa tega melakukan hal ini padanya.

"Maaf Bu, ayo ikut kami keluar!" Dua orang security datang dan memegang tangan Melisa memintanya keluar.

"Lepaskan aku! Rin aku minta maaf, aku tau aku salah. Lepas!" Melisa berontak mencoba melepaskan pegangan security di kedua tangannya. "Rin?"

Dona menatap keduanya dari dekat pintu, ia tidak tau apa yang terjadi pada hubungan pertemanan bosnya itu. Mereka memang cukup dekat tetapi hanya sebatas teman biasa dan rekan kerja. Terlihat Melisa yang terus memberontak terseok-seok mengikuti tarikan security.

Karina menulikan hati dan telinganya tidak memperdulikan permohonan Melisa, hatinya sudah terlanjur hancur tidak menyisakan setitik kepinganpun untuk sekedar bersimpati.

Bruk..

"Bu.. Bu Melisa." Dona segera berlari menghampiri Melisa yang tergeletak di lantai, wanita itu pingsan. Terlihat Dona menepuk-nepuk pipi Melisa.

💕💕

"Kondisi pasien tidak terlalu baik. Stres tidak baik untuk kesehatan bayi dan ibunya bahkan bisa membahayakan nyawa bayinya. Sebaiknya pasien beristirahat dengan cukup dan tidak terlalu banyak berpikir." Ekspresi di wajah Karina sama sekali tidak terbaca, sejak awal gadis itu hanya diam seribu bahasa. "Ini resep obat dan vitaminnya, saya permisi dulu."

Dokter wanita yang baru saja memeriksa keadaan Melisapun bangkit. "Terimakasih dok." Karina berucap pelan.

"Sama-sama." Dokter pun pergi dan menghilang di balik pintu.

Karina memandang Melisa yang tengah tidur di atas sofa, ia memegang dadanya yang berdenyut sakit. Tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang ini hatinya terasa perih. Mengapa semua menjadi seperti ini? Apa salahnya sehingga dua orang yang disayanginya tega melakukan hal ini padanya.

Tidak ingin berlarut-larut dengan perasaannya Karina memutuskan untuk menyibukkan dirinya kembali dengan pekerjaannya. Beberapa laporan yang harus di tanda tanganinya cukup menyita perhatiannya.

Dret..

"Halo.."

"Kamu sedang apa?"

"Sedang memeriksa laporan, sudah makan siang?"

"Belum. Aku ingin makan siang denganmu."

Karina tersenyum mendengar suara pria di sebrang sana, entah kenapa hatinya menjadi tenang. "Hari ini sepertinya aku tidak bisa, besok saja ya." Ada hal yang harus ia selesaikan hari ini.

"Baiklah, jangan lupa makan."

"Hm. Mas juga."

"Sudah dulu ya, ada pasien. Miss you."

"Hm." Setiap Aldi mengatakan rindu Karina selalu menjawabnya dengan gumamman, ia belum yakin dengan perasaannya pada Aldi. Biarkan semua mengalir apa adanya.

"Ssst." Melisa memegang kepalanya yang terasa pening, ia mengedarkan pandangannya menatap sekeliling ruangan dimana ia berada. "Aku kenapa?" tanyanya dengan suara yang lemah.

"Pingsan." Karina bangkit kemudian berjalan menghampiri Melisa. Gadis itu duduk di sofa single melipat kedua tangannya di dada dan menatap tajam pada Melisa. "apa Ifan Ayahnya?"

"Rin.."

"Jawab saja Mel! Apa dia Ayah dari anakmu?" Tekan Karina.

Melisa menundukkan kepalanya tidak berani menatap Karina, tangannya bergetar, keringat dingin membasahi kening dan tangannya. "Aaaku.. Aku akan meng.. menggugurkannya. Tapi aku mohon.. maafkan aku." Ucap Melisa terbata-bata.

"APA KAMU SUDAH GILA!!" Karina berdiri memandang tak percaya pada Melisa.

Melisa terisak menatap Karina yang tampak marah. Ia berusaha sekuat tenaga berdiri meski tubuhnya masih terasa lemas, ia berjalan menghampiri Karina dan memegang tangannya. "Apa pun Rin. Apapun akan aku lakukan untuk menebus kesalahanku. Tapi aku mohon.. Jangan benci aku." Ucap Melisa di sela isak tangisnya.

"Ayo kita temui Ifan." Melisa menggelengkan kepalanya menatap Karina memohon. "Aku sudah tidak memiliki hubungan apa pun lagi dengannya."

"Tapi dia Ayah dari anakmu!" Karina berucap frustasi. "Dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya, ayo!" Karina menarik tangan Melisa.

"Tidak Rin! tidak! Aku.. Aku akan menggugurkannya. Aku tidak akan mengganggu hubungan kalian lagi. Maafkan aku.."

"Dengar! Kalau kamu sampai melakukan hal itu, aku akan sangat membencimu. Anak itu tidak salah! Dia tidak tau apa pun! Jangan melakukan dosa yang lainnya karena keegoisanmu." Karina meraup wajahnya, ia berjalan menjauh sedikit dari Melisa.

"Baik. Aku tidak akan melakukannya. Aku janji, tapi aku tidak ingin kehilangan mu Rin. Aku menyayangimu." Melisa terduduk di lantai, ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan.

"Kalau kau menyayangiku kau tidak mungkin menghianati ku Mel." Air mata yang sedari tadi di tahannya menetes juga, sakit mengingat penghianatan yang di lakukan mereka berdua.

"Maaf.. maafkan aku. maaf." Ucap Melisa berulang-ulang.

Karina menghapus air matanya. "Sudahlah, aku sudah memaafkan mu.." Melisa mengangkat kepalanya menatap Karina. "Tapi aku tidak bisa melupakan apa yang telah kau lakukan dan Ifan. Memaafkan dan melupakan adalah dua hal yang berbeda."

"Apa yang telah hancur tidak akan bisa di perbaiki lagi. Tapi.. Apa yang telah berakhir bisa di mulai kembali." gumamnya pelan.

Melisa merenggut dadanya yang terasa sakit. Ia menyesal karena telah menyakiti gadis sebaik Karina."Rin.." Bisiknya.

"Sekarang ayo, kita temui Ifan." Karina mengulurkan tangannya pada Melisa.

"Tidak Rin. Hubungan kami sudah berakhir." Lirih Melisa.

"Tapi anak itu membutuhkan Ayahnya. Ayo! Aku yang akan menghajarnya bila ia tidak mau bertanggung jawab." Melisa meraih uluran tangan Karina, ia memeluk Karina dengan sangat erat.

Terdengar bodoh memang memaafkan apa yang telah Melisa lakukan padanya, namun dengan memaafkan beban di hatinya sedikit berkurang. Tidak ada gunanya menupuk sebuah dendam di hati, hanya menambah beban dan duka berkepanjangan.

Karina memang telah memaafkan Melisa, dan mencoba berdamai dengan dukanya, namun semua tidak akan pernah sama lagi. Mereka tidak akan pernah bisa kembali seperti dulu. Kepercayaan yang di balas sebuah penghianatan tidak mudah untuk di bangun kembali, melepas sebuah dendam dan kebencian membutuhkan hati yang lapang. Tidak semua orang mampu melakukan hal itu. Dan saat ini yang Karina lakukan adalah belajar merelakan.





Tbc..

***

Aku gak tau kata-kata diatas itu nyambung apa enggak..
Jujur aku tidak terlalu bisa dengan kata-kata puitis.
Aku harap kalian suka dan hasilnya tidak terlalu mengecewakan..

Please vote dan coment.

See you laters!

Ratna_adjah

05 Febuari 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top