1

Seorang wanita cantik berdiri menghadap sebuah jendela yang memperlihatkan pemandangan di luar sana. Seulas senyum terukir di bibirnya sebelum ia merasakan sebuah tangan yang melingkari perutnya di sertai hembusan hangat menerpa lehernya.

"Apa yang kamu lakukan hm?" Suara berat mengalun tepat di sebah telinganya.

"Coba tebak." Mata wanita tersebut berbinar, ia menjawab tanpa mengalihkan tatapannya dari gedung-gedung pencakar langit yang dipandanginya.

"Mm, kalau aku tidak salah tebak saat ini pasti kamu sedang membayangkan kelurga kecil kita di masa depan."

Wanita itu terkekeh mendengar jawaban kekasihnya. Ia memutar tubuhnya hingga kini ia dapat dengan jelas menatap wajah tampan yang tengah menatapnya dengan pandangan lembut, kemudian bersandar di dada bidangnya.

"Rasanya aku sudah tidak sabar untuk meminangmu." Ifan mengeratkan pelukannya, mengecup pucuk kepala Karina. Kemudian helaan nafas terdengar membuat gadis bernama Karina itu mendongak.

"Kalau begitu pinanglah aku." suaranya begitu lembut.

"Maaf, sayang. Aku belum bisa. Kamu tau sendiri saat ini aku sedang merencanakan proposal untuk memenangkan tender besar. Aku tidak ingin fokusku terbagi, tolong mengertilah kuharap kamu sabar menungguku.

Karina terdiam mendengar jawaban tunangannya. Ia tau sudah sejak lama kekasihnya itu menantikan meraih terder impiannya. Yang bisa ia lakukan hanyalah memberi dukungan dan menunggu. Menunggu Ifan hingga siap mempersuntingnya. "Baiklah. Semoga kali ini kamu sukses dengan usahamu."

"Terimakasih sayang. Aku janji setelah tender kali ini di menangkan aku akan membawa kedua orang tuaku untuk menentukan pernikahan kita." Ifan merasa beruntung karena memiliki kekasih seperti Karina yang selalu menuruti keinginannya.

"Kapan kamu pulang? Kenapa tidak memberitahuku kalau kamu sudah kembali?" Suara manjanya kembali terdengar.

"Aku ingin memberimu kejutan." Perlahan Ifan meraih dagu Karin mengangkatnya lalu memiringkan kepalanya dan mengecup bibir ranum Karina yang sangat ia rindukan. "Aku sangat merindukan rasa manis ini." Ucapnya di sela pagutannya.

Dengan nafas memburu keduanya mengakhiri ciuman mereka. Ifan mengusap bibir kekasihnya yang kini membengkak karena ulahnya. Mengecupnya ringan sebelum benar-benar mengakhiri ciuman mereka.

"Jadi.. Mana Kejutannya?" Tanya Karin dengan manja.

Ifan terkekeh mendengarnya. Bagi sebagian orang yang mengenal sosok Karina pasti akan terkejut melihat tingkahnya yang berubah layaknya anak kecil sekarang ini. Namun tidak dengan orang-orang terdekatnya, karena yang mereka kenal memang beginilah sosok Karina sesungguhnya. Tangguh di luar namun rapuh di dalam.

"Coba tebak."

Karina mengerutkan keningnya memikirkan sesuatu. Sejak tadi ia tak melihat apa pun yang Ifan bawa untuknya. Ia bahkan mengira bahwa kekasihnya itu tak membawakannya oleh-oleh seperti biasanya.

"Coklat.." Tebak Karina.

"Salah." Ifan mengecup bibir Karina sebagai hukuman.

"Bunga.."

"Salah juga." Dan Karin pun kembali mendapat kecupan.

"Terus apa dong?!" Karina sedikit kesal. Ifan tertawa melihatnya, ia menggiring kekasihnya untuk duduk di sofa bersamanya. Tangannya memainkan rambut ikal Karin sambil menikmati wajah kesal menggemaskannya.

"Tas, sepatu, baju, perhiasan, tiket liburan, handphone baru.." Dan lain sebagainya yang biasa Ifan berikan padanya.

"Ini untukmu." Ifan meraih sebuah benda dalam saku celananya. Sebuah kotak beludru merah panjang berpindah ke tangan Karina, dengan tak sabar gadis itu pun membukanya.
"Kamu suka?" Tanya Ifan di samping telinganya.

"Hm." Karina menganggukkan kepalanya dengan senyum yang menghiasi bibirnya. Matanya tak beranjak menatap sebuah kalung berliontin berlian merah muda berbentuk hati.

"Sini. Aku pakaikan." Ifan meraih kalung tersebut dan memakaikannya di leher Karina. "Cantik. Seperti yang memakainya."

Karin memeluk Ifan erat. "Makasih. Aku suka kejutannya."

"Aku senang jika kamu menyukainya." Ifan pun membalas pelukan kekasihnya tak kalah erat.

**

Saat ini Karina tengah berkumpul dengan kedua sahabatnya di sebuah cafe. Mereka tertawa bersama, membahas apa saja yang mereka bahas, mulai dari Fashion, gosip artis dan hal yang lagi ngetrend di kalangan masyarakat.

"Kalung baru ya? Dari tadi di pegang terus!" Ucap tiara yang berada tepat di samping Karina.

"Hm, hadiah dari Ifan kemarin."

"Enaknya yang punya pacar. Ada yang memberi kejutan dan oleh-oleh saat pergi ke luar kota." Gerutu Tiara yang di balas kekehan dari Karin dan Melisa.

"Makanya punya pacar dong jangan sibuk kerja sama ngurus Arya terus." Ucap Melisa yang langsung di acungi jempol oleh Karin.

"Ck, nanti saja ah. Setelah semua hutangku lunas. Takut Arya gak keberi makan." Dan jawaban gadis itu selalu sama. Karin dan Melisa hanya bisa menghela nafas mendengarnya.

Sebenarnya Karin sudah menawarkan bantuan tapi gadis itu menolaknya. Tiara mengatakan jika ia berteman dengan Karina tulus karena ia nyaman berteman dengannya.

Dalam kamusnya pertemanan itu di lakukan karena apa adanya bukan ada apanya. Selama ia masih mampu menanggungnya ia akan berusaha memenuhinya, walau pada kenyataannya ia harus kerja siang malam demi mengumpulkan uang dan pindah-pindah kontrakan demi menghindari para penagih hutang tak mengapa. Jika waktunya sudah tiba dan ia sadar membutuhkan bantuan ia tidak akan ragu untuk memintanya.

"Eh, Mel kalung kamu juga baru?" Karina mengalihkan fokusnya pada leher Melisa yang di lingkari sebuah liontin berbentuk hati berwarna biru. Secara keseluruhan kalung itu benar-benar mirip dengan kalung yang melingkari leher Karina hanya warnanya saja yang berbeda.

"Mm." Melisa menganggukkan kepalanya sambil meminum jusnya.

"Dari pacarmu juga??" Tanya Karin dan Tiara bersamaan.

"Hm." Melisa pun berdehem sebagai jawaban.

"Kamu udah punya pacar Mel? Kok gak di kenalin ke kita?!" Tiara menatap Melisa dengan mata menyipit. Gadis itu hanya mengalihkan pandangannya berusaha menghindari tatapan yang terarah dari kedua sahabatnya.

"Siapa namanya? Ganteng gak?" Dan pertanyaan lain sebagainya. Namun sayang pertanyaan mereka hanya di jawab senyum tipis dari Melisa. Gadis itu memang agak tertutup untuk hal-hal tertentu. Hingga keduanya menyerah dan mengalihkan pembicaraan untuk menghindari ke tidak nyamanan.

"Oh ya. Untuk ultahku dua bulan lagi aku ingin meminta kado special dari kalian." Karina menatap Tiara dan Melisa bergantian.

"Hadiah apa?" Melisa yang bertanya.

"Jangan yang mahal-mahal ya Rin." Timpal Tiara.

"Ck." Decak Karin. "Aku ingin kalian membawa pacar kalian saat ulang tahunku nanti."

Sontak keduanya saling berpandangan, kemudian mereka tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing, Tiara yang sibuk dengan ponselnya dan Melisa yang sibuk dengan minumannya.

"Hey!" Karina berkacak pinggang melihat reaksi kedua sahabatnya.

"Rin, minta yang lain saja ya.. Please, kamu kan tau aku jomlo." Tiara menatap Karina dengan tatapan memelasnya.

"Ya cari dong. Susah amat." Gerutu Karin yang kini telah duduk kembali.

"Emangnya kemu pikir cari pacar itu semudah membeli permen?!" Sewot Tiara.

"Bilang aja kamu masih ngarepin bos kamu itu?!" Dan Tiara pun tak membantahnya. "Kamu Mel? Apa alasanmu kali ini??"

Melisa menghela nafas sambil mengaduk-aduk minumannya. "Ya sudah deh, terserah kalian. Kalau perlu gak usah ada perayaan ulang tahun." Akhirnya Karina menyerah dengan permintaannya.
Dan tanpa mereka ketahui sesuatu yang besar akan terjadi, sesuatu yang akan merubah nasib ketiga sahabat karib itu.






Tbc...

**

14 November 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top