{ 2 } Sepasang mata indah yang mengintai

Setelah mendapatkan telepon dari keluarganya semalam, Anin lebih banyak diam. Dia hanya bicara jika teman flatnya bertanya, itu saja hanya ia jawab dengan singkat. Singkat, padat, dan jelas. Sikap Anin membuat teman-temannya terheran.

Hari jum'at ini Sarah dan si kembar Farah tidak masuk kuliah begitu juga Fatimah dan Anin. Jam dinding menunjukan pukul 10 pagi setelah tadarus bersama, Anin memutuskan untuk mandi karena sejak pagi ia belum mengguyur tubuhnya dengan air. Sudah menjadi rahasia umum kalau ia malas mandi jika libur tiba. Bukankah itu salah satu penghematan air dimuka bumi?

"Mbak Fatimah, Mak Anin kenapa sih kok diam terus? Kalo ditanya jawabnya singkat banget." Setelah Anin memasuki kamar mandi. Farah mulai heboh menyuarakan hal yang sejak tadi ia pendam.

"Mbak juga heran," ucap Farah sembari merapikan buku-buku yang ada diraknya sekaligus menata jadwal untuk esok hari.

"Kalo aku lihat sejak tadi malam deh Mbak." Sarah menatap sekilas Farah dan Fatimah, lalu focus ke layar ponselnya kembali. Asik ngobrol di grup organisasi.

"Apa Mbak Anin ada masalah?" tebak Fatimah asal.

"Bisa jadi tuh Mbak. Tapi kenapa enggak cerita sama kita?" Farah menaikan kedua tangannya dan menghentikan aktifitasnya.

"Mbak Anin orang nya emang kayak gitu, kalo ada masalah suka diam gak pernah mau bicara. Gak pernah mau berbagi." Sarah meletakan ponselnya.

"Benar juga kata Mbak Sarah. Terus Mbak Anin itu enggak terbuka sama kita. Lagian apa susahnya cerita sama kita? Apa dia kira, kita gak bisa bantu gitu?" Farah antusias.

Kini mereka bertiga sedang berkumpul melingkar di samping tempat tidur. Melupakan aktifitas yang tadi dilakukan.

"Padahal kita udah sama dia jalan tiga tahun. Kan itu waktu lama gak cuma sehari dua hari." lanjut Fatimah.

"Mbak Anin terlalu ngeremehin kita. Emangnya dia saja yang bisa ngelesaiin masalah? Kita kan juga bisa walaupun kita lebih muda dari dia, toh hanya selisih satu atau dua tahun kan Mbak." Farah sedikit menggecilkan volume suara, takut Anin dengar. Keduanya mengangguk mengiyakan.

Setan mulai tersenyum bahagia melihat ketiga gadis itu tengah membicarakan keburukan Anin .

"Astaghfiruallah. Kita sudah me-ghibah Mbak Anin."

"Gak Papa Mbak terlanjur sekalian saja. Basah sekalian." Rupanya Sarah dan Farah sudah mulai mendengar bisikan setan. Setan memang selalu membisikan seribu macam alasan kepada manusia supaya tetap melanjutkan tindakan maksiatnya.

Sebenarnya Fatimah juga ingin melanjutnya membicarakan keburukan Anin, tetapi ia teringat bahwa ini hanya hasutan setan.

"Kalian ingatkan hadis nabi? Beliau bersabda 'barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah menyakiti tetangganya. Barang siapa beriman dan hari akhir, muliakanlah tamunya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, ucapkanlah kata-kata yang baik atau diamlah. Jangan biarkan mulut kita ini berbicara hal yang buruk. Orang membicarakan orang lain layaknya memakan danging saudara sendiri. Menjijikan," ucap Fatimah membuat Sarah dan Farah mengucapkan istighfar berkali-kali berharap Allah menghapus dosanya. Mereka merasa bersalah telah me-ghibah seoarang Anin yang sangat baik kepada mereka.

Anin memang seperti sosok kakak bagi ketiga gadis itu. Saat masalah hadir diantara mereka Anin selalu menengahkan. Tetapi, saat Anin mendapat masalah ia tak ingin mencurahkan kerena ia takut membebankan fikiran mereka. Itulah sebenarnya alasan Anin memilih diam.

***

"Mbak Anin mau ke mana?" tanya Fatimah melihat Anin sudah rapi dengan balutan gamis dan jilbab berwarna tosca.

"Mbak mau ngurusin surat-surat di kampus. Kan bulan depan saya udah pulang ke Indonesia"

"Mbak Anin." Farah dan Sarah tiba-tiba memeluk tubuh Anin . Farah dan Sarah emang hobi peluk-peluk jadi enggak perlu heran.

"Cepat sekali mbak kembali ke Indonesia." Mata Sarah berkaca-kaca berbeda dengan Farah yang sudah menangis sesenggukan dipelukan Anin.

Melihat aksi si kembar Farah dan Sarah Fatimah pun memeluk Anin.

Meninggalkan mereka adalah hal yang berat bagi Anin. Namun, ia sudah tinggal di Cairo 4 tahun. Dia pun sudah berjanji kepada sang Ibu jika sudah mendapat gelar sarjana ia akan kembali ke tanah air.

Makan, tidur, susah, senang bersama adalah hal yang akan membuat Anin merindukan kebersamaan dengan mereka. Apalagi melihat aksi Farah dan Sarah yang kadang konyol.

Anin mencoba tersenyum walaupun sebenarnya ia ingin menaggis "Mbak kan sudah di sini empat tahun. Kalian harus lebih rajin belajar biar cepat mendapat gelar sarjana setelah itu kembali ke tanah air jangan seperti kacang yang lupa kulitnya. Abdikanlah ilmu ke negeri sendiri" wejangan Anin membuat gadis yang ada dipelukannya mengangguk lemah.

"Mbak berangkat dulu ntar takut kemalaman pulangnya. Nanti malam ada pengajian mahasiswa-mahasisiwi indonesia kan?"

Farah, Sarah, dan Fatimah melepaskan pelukan lalu mengusap air mata yang sudah membasahi pipi mereka.

Anin menatap ke tiga gadis itu kemudian membalikan badan dan berpamitan sebelum ia benar-benar pergi ia sembat memberika tissu untuk mereka. Ketiga gadis berparas cantik khas Jawa itu menatap Anin hingga hilang dibalik pintu.

***

Malam ini, di Masjid Baitul Mutaalim sedang dilaksanakan pengajian yang diselenggarakan oleh pengurus mahasiswa-mahasiswi Indonesia.

Kali ini Anin mengawasi kerja adik-adik tingkatnya, ia sudah tidak seaktif dulu. Setelah lengser dari jabatan ketua mahasiswi Islam Indonesia. Gadis merkulit kuning langsat itu lebih memilih focus terhadap sekripsi.

Pukul 08.15 acara telah dimulai. Tausiyah malam ini akan disampaikan oleh seorang aktifis dakwah dari Indonesia. Anin sendiri tidak tahu namanya. Ralat deh, maksudnya Anin lupa karena sebelumnya adik angkatannya sudah memberi tahunya.

Selama bertahun-tahun Anin selalu lupa nama pendakwah. Hanya beberapa saja yang masih terdaftar diotaknya sekitar 2 atau tiga orang saja .

Menurutnya tidak penting siapa yang mengatakan yang terpenting adalah apa yang dikatakan. Undhur ma qola wala tandhur man qola. Lihatlah apa yang dikatakan, bukan siapa yang mengatakan.

Seorang laki-laki menaiki mimbar mengucapkan salam, puji syukur, shalawat nabi lalu menyampaikan materi. Materi yang disampaikan kali ini sangat menarik yaitu tentang 'Cinta Fisabilillah' semua Mahasiswa memperhatikan dengan baik.

"Sepanjang zaman, manusia tak pernah lelah mengartikan cinta. Begitu banyak rasa,tawa, air mata, dan dilema karena cinta. Entah itu cinta monyet, cinta abal-abal, atau cinta sejati."

"Islam telah mengatur segala sisi kehidupan manusia termasuk Perkara cinta. islam menerima kehadiran cinta karena cinta itu fitrah. Islampun telah mewadahi cinta dalam bejana emas bukan cinta yang ditempatkan dalam guci tanah yang lama kelamaan akan kotor dan menghitam."

"Islam tak mengharamkan cinta namun islam mengatur bagaimana cinta itu diletakkan. Ketika cinta kita salurkan pada tempat yang semestinya, kebaikanlah yang akan muncul darinya, bagitu pula sebaliknya. Betapa hidup akan lebih bermakna ketika kita bisa menempatkan cinta pada jalan yang semestinya."

"Dalam islam, cinta tidak hanya didasari perkara duniawi semata. Cinta dalam Islam tak akan lekang oleh waktu karena didasari cinta kepada Maha Cinta dan dilandasi oleh akhlaqul karimah, keimanan, dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Itulah arti Cinta Fisabiliallah." kira-kira itulah intisari dari materi yang disampaikan lelaki itu. Setelah mengucapkan salam penutup lelaki berpeci hitam itupun turun dari mimbar.

Hadirin yang menghadiri pengajian bubar tak beraturan setelah lelaki itu menutup tausiyahnya dengan salam dan doa. Ada yang mendekati mimbar, ada yang keluar masjid ada yang keluar dari masjlis. Anin terkekek geli melihat seorang gadis gendut yang menuju ruang konsumsi untuk mengambil roti lalu lahap memakannya.

"Mbak." Sarah menepuk pundak Anin membuat ia sedikit tersentak.

"Lagian kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Sarah kemudiam melihat arah tatapan Anin. Ia pun mengerti apa yang membuat Anin tertawa.

"Mbak gak mau minta foto atau tanda tangan gitu?"

"Sama siapa? Lelaki yang berdakwah tadi?" Anin mengerutkan dahinya.

"Bukan Mbak." Sarah menggeleng kuat

"Terus siapa?"

"Tuh..." Sarah menunjuk ke arah lelaki yang sudah dikerumuni mahasiswi .Dilihatnya juga Farah dan Fatimah sudah berada ditengah- tengah kerumunan itu. Anin tak dapat melihat jelas wajah lelaki yang dikerumuni karena terlalu padat.

"Si pendakwah tadi ngajak temannya mbak. Dan kamu tahu mbak temannya itu Abid Fadhil Abyan aktor Indonesia yang lagi naik daun itu." Sarah sangat histeris ketika menyebutkan 'Abid Fadhil Abyan'.

"Enggak ah," jawab Anin menolak.

"Ya sudah mbak tunggu kita di sini," ucap Sarah lalu berlari kecil menuju kerumunan mahasiswa untuk meminta tanda tangan atau berfoto.

Anin tersenyum melihat Sarah yang bergitu heboh melihat artis. Ets, tidak hanya Sarah lebih tepatnya para mahasiswi.

Tak sadarkah Anin bahwa dari jarak yang tak jauh ia berdiri. Sepasang mata tenggah mengamatinya hingga tampak lesung ketika sang pemilik sepasang mata itu tersenyum.

💝💝💝

Salam Cinta Fisabilillah.
Mel~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top