8. Nasehat Cinta
" Cinta itu indah jika berlandaskan cinta kepada Allah dan RosulNya. "
Akhwatul_iiffah
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Gemerlap malam bertabur bintang, ditemani bulan purnama yang menghiasi langit malam ini.
Selepas sholat isya', aku menghampiri Kak Diyah yang sedang duduk santai di bangku panjang dekat kolam renang di belakang rumah kami.
"Maa syaa Allah... indahnya pemandangan langit malam ini ya, Kak," ucapku kepada Kak Diyah yang tampak sibuk dengan ponselnya.
Aku yang berdiri di sampingnya, mendongakkan kepala ke arah langit. kedua tanganku dengan kompaknya memasuki saku celanaku.
Tampak langit malam yang berhiaskan bulan dan gemerlipnya bintang-bintang begitu terlihat mempesona.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ"
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" Kulantunkan ayat ini dengan suara merdunya.
"Eh kamu, Dek,"sekilas Kak Diyah menoleh ke arahku kemudian memasukkan ponsel pintarnya ke dalam sakunya.
"Iya, Dek. Tak ada mendung yang menutupi. Cuaca cerah malam ini," tuturnya ikut menatap langit malam.
Akupun mengambil duduk tepat di sampingnya.
"Oia, Kak. Kakak punya janji lo sama Mukhlis. Inget kan.?"
Kulihat Kak Diyah Senyum-senyum. Tanpa satu kata pun yang kudengar.
"Iihhh... Kakak kok malah senyum-senyum doang sih. Ayo dong, Kak lanjutin yang tadi."
"Mmm.. jadi kamu datang kemari mau nagih ya?" tanya Kak Diyah kemudian terkekeh.
"Iyalah ... janji kan hutang. Jadi sudah seharusnya ditagih," tuturku dengan semangat.
"iya-iya ... dengerin baik-baik ya,"
Kepalaku langsung mengangguk, dengan mata yang berbinar memancarkan kebahagiaan. Karena akan mendapat jawaban dari apa yang bikin aku penasaran sejak tadi.
"Seorang remaja yang mengalami jatuh cinta itu sudah sangat wajar, Dek. Normal-normal saja.
Cuman....
kita harus tau kalau cinta itu akan banyak batasan jika cinta itu terhadap lawan jenis yang belum dihalalkan.
Batasannya itu disesuaikan dengan aturan syari'at islam.
Bagaimana kita seharusnya bersikap ke teman ajnabiy ataupun ajnabiyah.
Jangan sampai kita melakukan zina mata, zina hati, zina fikiran dan lainnya.
Karena saat cinta sudah kita rasakan. Maka tak bisa kita pungkiri. Bahwa dia akan sering kita ingat, sering kita lamunkan.
Bahkan kita ingin selalu berada di dekatnya, bisa berlama-lama memandangnya, bisa menyentuhnya, Dan semua itu adalah keinginan dari nafsu kita belaka.
Karena apa ?
Karena saat itu, kesempatan untuk syaitan membujuk manusia lebih gigih lagi. Padahal saat kita melihatnya saja itu hukumnya haram, Dek. Dan itu sudah jelas-jelas pasti berdosa kan," jelas Kak Diyah panjang lebar.
"Iya, Kak aku tau itu. Soal yang tadi aku benar-benar khilaf, Kak. Aku begitu bahagia kalau berada di dekatnya Kak. Sampai-sampai inginnya lihat dia mulu," jawabku menunduk dan aku menyadari kalau keinginanku itu tak boleh dituruti untuk saat ini. Karena saat ini dia belum halal untukku.
"Ya udah nggak pa-pa. Yang penting sekarang kamu mengakui kesalahanmu. Dan segeralah minta ampun sama Allah, perbanyaklah istighfar serta berusahalah semaksimal mungkin untuk tak melakukannya lagi.
Setiap orang pasti punya salah, Dek. Dan Allah Maha pengampun bagi orang-orang yang mau bertaubat kepadaNya. "
Nasehat Kak Diyah yang memang aku butuhkan saat ini.
"Iya, Kak.
Mukhlis in syaa Allah akan terus berusaha menahan nafsu ini. Akan aku jaga cinta ini untuk dia sampai waktunya nanti aku akan menghalalkannya."
"Cieeeeee.... belum juga lulus Madrasah Aliyah, pikirannya udah yang halal halal aja nih. Mentang-mentang udah jatuh cinta," ujar Kak Diyah mulai menggodaku.
Kugaruk-garuk kepala, lebih tepatnya aku keceplosan berucap begitu. Kini aku hanya bisa menanggapinya dengan senyum-senyum malu.
"Ingat ya, Dek. Kalau kamu mencintai sesuatu itu sekedarnya saja. Begitupun kalau kamu membenci sesuatu. Jangan sampai berlebihan ya. Untuk saat ini, titipkanlah cintamu kepada sang pemilik Cinta, Serahkanlah kepadaNya.
Nikmatilah cintamu nanti jika kau memang ditaqdirkan menjadi kekasih halal dia yang kau cintai saat ini. Sebutlah nama dia dalam doamu. Semoga memang dialah jodohmu kelak, Dek. Aamiin," imbuhnya penuh nasehat kepadaku.
Sebagai adik, aku merasa senang dan beruntung memiliki seorang kakak yang begitu peduli dan sayang kepadaku.
"Aamiin... iya, Kak. insyaa Allah.
Mukhlis faham, dulu di kelas XI pernah mempelajari hadits itu."
jawabku mengangguk. Karena aku memang hafal hadits ini.
💌💌💌
ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺹ . ﻡ . ﺍﺣﺒﺐ ﺣﺒﻴﺒﻚ ﻫﻮﻧﺎ ﻣﺎ ﻋﺴﻲ ﺍﻥ ﻳﻜﻮ ﻥ ﺑﻐﻴﻀﻚ ﻳﻮﻣﺎ ﻣﺎ ﻭﺍﺑﻐﺾ ﺑﻐﻴﻀﻚ ﻫﻮﻧﺎ ﻣﺎ ﻋﺴﻲ ﺍﻥ ﻳﻜﻮ ﻥ ﺣﺒﻴﺒﻚ ﻳﻮﻣﺎ ﻣﺎ ( ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ)
Artinya : Rosulullah SAW, bersabda,
"Cintailah kekasihmu sewajarnya saja
karena bisa saja suatu saat nati ia akan menjadi orang yang kamu benci.
Bencilah sewajarnya
karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi kekasihmu.
(HR. Al-Tirmidzi).
💌💌💌
"Ya... baguslah kalau gitu. Sekarang tinggal kamu amalkan dalam kehidupan ini. Cintailah dia karena Allah, agar cintamu menjadi indah.
Jika cintamu karena Allah, Maka cinta itu tak akan membawa kamu dalam kemungkaran yang seharusnya kamu jauhi.
Malah akan sebaliknya, cinta itu akan membuatmu lebih dekat kepadaNya. Karena dia yang engkau cintai juga termasuk orang yang senantiasa dekat dengan Robb-Nya.
Yaudah, yuk masuk dek. Udah mulai dingin nih cuacanya."
Ajak Kak Diyah setelah cukup panjang lebar dia memberi wejangan kepadaku malam ini.
"Iya, Kak. Makasih ya buat nasehat-nasehatnya."
Kulihat dia tersenyum lalu mengangguk dan segera beranjak menuju ke dalam rumah. Akupun mengikuti langkah di belakangnya.
(***)
Setelah tadarus Qur'an selepas sholat isya' tadi. Fathimah memutuskan ingin mengistirahatkan badannya, yang memang terasa lelah Akibat seharian tadi full dengan kegiatan sampai menjelang sore. Dalam posisi rebahannya dia mengingat apa saja yang terjadi tadi, apalagi tentang teguran dari Kak Diyah, Fathimah merasa malu dan merasa sangat berdosa.
Tok tok tok.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Fathimah.
Dengan segera dia bangkit dari tempat tidurnya untuk membuka pintu.
"Abi,"ucap Fathimah saat terlihat sosok Abinyalah yang sudah berdiri di hadapannya sekarang, tampak tersenyum kepadanya. Fathimah membalasnya dengan hal yang sama.
"Fathimah lagi ngapain, Nak?" tanya Abinya mengelus-elus pucuk kepala Fathimah yang tak tertutup kerudung saat ini.
"Gak lagi ngapa-ngapain kok, Bi."
Abi mulai melangkah masuk ke kamar dan kami berjalan beriringan.
Abi langsung duduk di kursi yang terletak di samping meja belajarku, yang tak jauh dari ranjang tempat tidurku yang kini aku duduki.
" Maaf ya, Sayang. Abi besok nggak bisa ajak kamu sama Ahmad ke rumah kakek. Karena Abi besok harus ke luar kota untuk beli peralatan-peralatan bengkel."
"Iya gak pa-pa kok, Bi. Fathimah bisa ngerti kok kesibukan Abi," jawabku tersenyum berusaha mengerti keadaan orang tuaku.
"Makasih ya, Sayang. Kamu mau ngertiin Abi," jawabnya tersenyum lega.
"Cinta Ali dan Fathimah," Abi membaca judul buku yang diraihnya di meja belajarku. Buku yang sempat ku beli beberapa hari yang lalu bersama Maryam.
Aku hanya tersenyum menanggapinya. Menunduk karena malu ketahuan Abi.
"Anak Abi lagi jatuh cinta ya?" pertanyaan yang muncul dari lisan Abi kali ini benar-benar mengagetkanku. Aku yang tadinya tertunduk sontak mendongak kaget.
"Ke- kenapa Abi tanya gitu?" Bukannya menjawab. Aku malah bertanya kembali, meski dengan terbata-bata dengan kembali menunduk.
Aku benar-benar gugup sekarang, yang bisa aku lakukan sekarang hanya memainkan ujung kain bajuku dengan kedua tanganku, untuk mengurangi rasa gugup yang menderaku saat ini.
"Abi kan hanya nanya, Sayang. Kok kamu jadi gugup gini? Hemm?" ucap Abiy yang kini sudah berpindah duduk tepat di sampingku, tangannya bergerak mengelus-elus puncak kepalaku yang masih tertunduk.
Ku lihat dia tersenyum ke arahku.
"Mmm... Fat- Fathimah itu,"
Benar-benar malu, bibirku tak kuasa menjawabnya.
"Mmmm ya .. ya... Abi sudah cukup tau kok jawabannya dengan melihat sikapmu seperti ini.
Sudah, nggak usah malu gitu. Itu normal kok, Sayang. Apalagi usia kamu sekarang udah remaja, cinta itu wajar kalau kamu sudah merasakannya sekarang. Yang penting-" ucap abiy mengelus punggungku memberi ketenangan atas kegugupanku. Selain gugup aku juga merasa takut.
"Yang penting apa, Bi?" tanyaku.
Ku beranikan kepala ini mendongak, melihat ke arah beliau, karena Abi tak kunjung meneruskan kata-katanya. Bikin aku penasaran.
"Yang penting jangan sampai kamu pacaran ya."
Lanjut abiy membuatku langsung mengangguk mengiyakan.
Karena sudah menjadi prinsip dalam hidupku. Aku hanya mau pacaran dengan kekasih halalku nantinya 💗😉😉
"Ini Abi bacakan sedikit ya,"Ucap Abi mulai membuka lembaran buku bersampul waran hijau itu.
Sejak Ali ikut tinggal bersama Rasul dan keluarganya, otomatis Ali tinggal bersama Fatimah. Mereka berdua tinggal dan melewati hari-hari bersama sejak kecil.
Hingga menjelang remaja, tumbuhlah rasa cinta Ali kepada Fatimah. Hatinya dipenuhi keinginan untuk selalu berada di samping Fatimah.
Tapi Ali tidak bodoh. Ia adalah pemuda yang beriman. Ali berusaha untuk selalu menjaga hatinya.
Ia pendam rasa cinta itu bertahun-tahun.
Ia simpan rasa itu jauh di dalam lubuk hatinya bahkan si Fatimah pun tidak pernah tahu bahwa Ali menyimpan lama rasa cinta yang luar biasa untuknya.
"Jadi Jagalah cintamu itu, Nak. Mintalah kepada Allah. Agar cinta itu tak membuatmu terjerumus kedalam lembah kemaksiatan. jadilah pribadi yang sholihah agar kelak kamu juga akan mendapat jodoh dengan pribadi yang sholih."
ucap Abi menasehatiku.
"Iya in syaa Allah, Bi Fathimah akan selalu berusaha untuk hal itu."
Aku tersenyum dan memeluk Abiku penuh sayang. Sedari kecil, memang aku sangat dekat dengan Abi. Tapi aku sosok yang pemalu, jadi untuk masalah cinta aku tak pernah curhat kepada siapapun.
Hanya kepada Allahlah aku mencurahkannya dalam setiap doaku. Berharap agar cinta ini bukan hanya berlandaskan nafsu belaka, melainkan cinta yang bisa mengantarkan aku lebih dekat dengan-Nya. Karena aku mencintai makhluk yang juga mencintai-Nya. In syaa Allah.
Yang aku ketahui, Mukhlis adalah sosok seorang pemuda yang lebih faham ilmu agama dibandingkan diriku. Berakhlak baik, serta tekun dalam menegakkan sunnah-sunnah Rosul-Nya yang dapat menuntunku menjadi lebih baik lagi jika memang dialah jodohku kelak.
"Ya udah kalau gitu Abi istirahat dulu ya, Nak. kamu jangan malam-malam tidurnya," kata Abi mulai melepas pelukannya sebelum beranjak meninggalkanku dan memberikan buku yang berada ditangan beliau sejak tadi. Akupun menerima dan tersenyum mengangguk.
"Oia nama laki-laki yang kamu taksir siapa?"
"Iiihhh... kok Abi malah nanya gitu sih,"
Abi terkekeh lalu berucap, "Hehe bercanda," Abi memijit hidungku sebelum ia melangkah keluar kamar.
Bersambung
07 J. Akhir 1439 H.
Repost 20 Shoffar 1441 H
Assalamu'alaikum sahabat pembaca.
Part 15.
nambah ilmu hadits tentang CINTA
Semoga bermanfaat. 😉😉😉
💞https://www.dakwatuna.com/2014/05/07/50901/cinta-sepasang-insan-mulia-ali-dan-fatimah/amp/
Jangan lupa vote and komentarnya ya 😉😉😉
Wassalam.....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top