42. Pindah Rumah

Detik jarum terus berputar
Menggulirkan waktu menjadi hari
Cinta terpendam
Menekan rindu
Menghimpit nafsu
Menjauhi dosa

Meski perjalan ini tak mudah kujalani
Tapi aku yakin kepada-Nya
Bahwa jodoh tak akan kemana

Kini.....
Ikatan suci telah kita raih
Mewujudkan mimpi kita berdua
Cinta suci bisa kita ungkap
Melenyapkan rindu yang selama ini kita dekap.

Hidup bersama adalah impian kita
Menyempurnakan agama jadi tujuan
Menjalani sunnah Rosul usaha kita
Untuk menggapai Ridho
hanya dari-Nya.

Muhammad Mukhlis Afandi
💘
Fathimah Az-Zahra

🎀🎀🎀🎀❤❤🌻❤❤🎀🎀🎀🎀

Embun pagi membasahi kakiku yang kini tak beralas.
Berjalan di atas rerumputan yang tampak hijau menyejukkan.

Semalam aku telah diboyong suamiku menuju rumah yang telah dipersiapkan olehnya,
tempat untuk berteduhnya kami berdua setelah sepekan kami tinggal di rumah Abi dan Buya secara bergantian setelah acara resepsi kemarin.

Setelah acara resepsi usai, kami menginap di rumah Buya selama 3 hari. Barulah dia mengajakku menempati rumah baru kami yang sederhana, namun tampak indah menyejukkan.

Bagaimana tidak menyejukkan, jika rumah ini dikelilingi oleh taman yang bunganya berwarna-warni. Ada pula pohon hijau yang merindanginya.
Rumput teki terhampar di setiap pelataran mengelilingi rumah ini.

Jadilah aku pagi ini, selepas sima'an hafalan tadi. Aku diajak jalan-jalan oleh suamiku. Tak jauh, hanya mengelilingi pelataran rumah ini.

"Sayang..."

"Iya?" Aku yang sedang asyik menikmati pemandangan indah ini, sontak memandang ke arah Mukhlis yang mendekat, saat mendengar panggilan darinya.

"Gimana?" Kedua tanganya menggenggam kedua tanganku, masih dengan posisi berdiri dan kini kami saling berhadapan.

"Gimana apanya, Mas?" Aku menatapnya senyum-senyum.

"Rumah ini? Kamu suka?" Matanya menatapku lekat. Penasaran dengan jawabanku, terlihat gurat khawatir di wajahnya.

"Emmmm suka nggak ya???" Aku menggoyang-goyang kan kedua tangan kami yang bergandengan sembari menatapnya.

"Ih... makin hari istriku kok jadi gemesin gini sih," ucapnya mulai beraksi ingin menggelitiku. Karena aku yang tak kunjung menjawabnya.

Sontak aku melepas genggamannya. Berlari menghindarinya.
Tak lama aku melangkah cepat, karena lariku tak secepat larinya. Dia berhasil menangkapku.

Aku berusaha melepas dekapannya, tapi tak bisa. Akhirnya tawaku pecah sembari terus menggerak-gerakkan tubuh ini ingin terlepas.

"Hahhaha.... ampun mas.. iya Fathimah bakalan jawab." Akhirnya tangannya terlepas.

"Fathimah sukaa banget dengan rumah ini. Selama berdua dengan suamiku. Di mana pun kita tinggal. Fathimah pasti suka.
Syukron katsir yaa Zaujiy," ucapku mengerlingkan satu mata, sembari senyum merekah. Kemudian berhambur ke pelukannya karena malu.

Beberapa hari berdua dengannya. Membuat kecanggungan di antara kami sedikit demi sedikit sirna. Yang ada hanya senyuman, canda tawa saling menggoda dan terus berusaha menciptakan suasana romantis, saling berkasih sayang meluapkan rasa cinta dalam hati yang penuh kebahagiaan.

"Alhamdulillah.... waiyyaki Zaujaty. Uhibbuki Fillah. Mas benar-benar bahagia bisa bersamamu, Sayang." Dia membalas dekapanku lalu mencium tepat di kening.

Tampak senyum bahagia terbinar dari wajahnya yang segar pagi ini.
"Entar aku ajak jalan-jalan mau?" Dia menggandeng tanganku untuk jalan beriringan.

"Kemana?" tanyaku menoleh ke arahnya.

Setibanya di gazebo,
kami pun duduk bersebelahan. Menikmati pemandangan bunga-bunga yang indah bermekaran dan tampak di pojok depan sana terdapat air mancur beserta kolam kecil yang terdapat ikan berwarna warni di dalamnya.

"Mmmm a-daaa aja." Dia tersenyum menggodaku.

"Hmmm kok gitu sih, Mas." Kuhentakkan kaki, merajuk. Layaknya anak kecil. Dia terkekeh lalu mendekat.

"Biar surprise, Sayangku. Mau kan?"

"Mau nggak ya?" Jari telunjukku memukul pipi dengan pelan layaknya orang berpikir.

"Mau dooong. Yah ya ya.
Kamu pasti suka tempatnya. Aku jamin deh," ucapnya nada memohon.

"Mmmm kalau nyatanya entar aku nggak suka gimana?" tanyaku menatapnya menelisik.

"Aku mau deh nurutin apa pun yang kamu mau, biar kamu seneng."

"Beneran ya??? Aku mau dibeliin es krim rasa coklat yang buaaanyak ya." Kumemajukan wajah, menatapnya seraya mengerjapkan kedua mataku.

"Iya Sayangku cintaku. Apa sih yang nggak buat kamu." Tiba-tiba dia mencium bibirku. Aku melotot kearahnya.

Ku kecup pipi kanannya lalu beranjak. Tampak ia mematung terkejut. Karena memang baru kali ini aku berani mencium dia tiba-tiba seperti ini.

"Hei... istriku mau kemana? Jangan tinggalkan suamimu ini, Sayang!" teriaknya setelah aku berada agak menjauh.

Langkahku terhenti kemudian berucap.
"Fathimah mau masak dulu ya, Sayang. Untuk sarapan kita pagi ini." Aku pun berlalu setelah melihat anggukan darinya.

----***----

"Masyaaa Allah... tempat ini indah sekali, Mas," ucapku takjub begitu melihat air terjun yang mengalir dari atas sana, tampak jernih dan sekitarnya terdapat pepohonan yang berdaun hijau dengan lebatnya, memanjakan mata ini.

"Kamu suka kan?" Dia merangkul pinggangku.

"He'em," netraku tak lelahnya memandang pemandangan yang indah ini.

"Kita jalan kesana yuk. Biar bisa lebih dekat lihatnya." Dia menggandeng tanganku. Kemudian kami melangkah dengan hati-hati menapaki bebatuan di antara aliran air yang begitu tenang.

Hawa dingin mulai menelisik. Mengingat cuaca mendung, matahari enggan muncul sedari pagi. Benar-benar menyejukkan.

"Sini, Sayang. Duduk."
Begitu kami sampai di sebuah batu yang cukup besar. Mukhlis mengajakku duduk bersamanya, menikmati alam indah ciptaan sang Maha Kuasa ini.

"Airnya dingin, Mas." Begitu kakiku menggapai air yang mengalir.

"He'em,"
Dia merangkulku dengan tangan kanannya.

Lalu tubuhnya membungkuk, memainkan air dengan tangan kirinya. Aku menirukan apa yang dia lakukan. Dan tak sengaja. Cipratan air mengenai wajahku.

Aku menatapnya, tampak ia tersenyum lebar.
Kayaknya dia sengaja.

Aku pun membalasnya. Terjadilah saling adu cipratan air di antara kami.
Tapi itu tak berlangsung lama. Karena tiba-tiba..

"Fathimaaaaah."
Kepalaku langsung menoleh ke sumber suara yang ada di belakangku, begitu terdengar suara perempuan yang sepertinya tak asing di telingaku.

"Hei... Zainab," sapaku lalu tersenyum dan membalas lambaian tangannya. Tampak dia mendekat ke arahku.
Aku pun berdiri. Sedangkan Mukhlis baru menolehkan kepalanya.

Langkah Zainab terhenti, begitu netranya menangkap sosok laki-laki yang bersamaku.
Aku pun berinisiatif, aku saja yang melangkah mendekatinya setelah melepas genggaman tangan suamiku.

"Hati-hati, Sayang." Terdengar Mukhlis mengingatkan. Aku hanya mengangguk dan tersenyum padanya.

"Ka-kamu sama Mukhlis?" tanya Zainab terbata, begitu aku sampai dihadapannya.

Aku mengangguk.

"Kok kalian bisa deket banget ?"

"Iya. Dia suamiku sekarang. Kami telah menikah seminggu yang lalu. Memangnya undangan pernikahanku nggak nyampek ke kamu?"

Kulihat dia terpaku sejenak. Menatapku seakan tak percaya. Kemudian menggelengkan kepalanya.

"Berarti Kalian udah nikah?"
Aku mengangguk cepat tanpa keraguan menjawabnya. Meski bingung, aku berusaha tersenyum ke arahnya.

"Hei... kamu kenapa?" Kusenggol lengannya yang sedari hanya terdiam kaku.

"Eh... eng- enggak, nggak apa-apa. Aku pergi dulu ya." Tanpa menunggu persetujuanku. Dia berpaling lalu lari menjauh dariku.

Keningku berkerut semakin bingung dengan sikapnya.
Zainab kenapa sih?
Kok sikapnya gitu?
Main pergi begitu aja. batinku

"Sayang." Aku terkejut, Mukhlis tiba-tiba berada di dekatku.

"Iya, Mas." Tubuhku berputar menghadap ke arahnya.

"Kamu kok bengong?"
Kini dia mensejajarkan tempat berdirinya dengan posisiku.
Kemudian tangannya menuntunku untuk naik menuju bangku yang kosong di atas sana.

"Fathimah bingung aja, Mas dengan sikap Zainab tadi. Langsung pergi gitu aja," ucapku sembari mengikuti langkahnya.

"Kok gitu?"
Dia yang sampai duluan di atas membantuku untuk naik dengan hati-hati.
Aku hanya mengendikkan kedua bahu.

"Dia tadi langsung kaget gitu. Setelah aku bilang kita udah nikah." Aku duduk di sampingnya dan kuhembuskan nafas, lelah.

"Eh... bentar-bentar," ucapku saat mengingat sesuatu.

"Kenapa?"
Muka penasaran suamiku tampak, Dia menatapku lekat.

"Astahgfirullahal'adhziim" aku menepuk jidat pelan.

"Ada apa sih, Sayang?" tanyanya meraih tangan yang ada di pangkuanku.
Aku membenahi posisi dudukku agar berhadapan dengannya.

"Fathimah kok bisa lupa ya, Mas. Zainab itu dulu suka sama, Mas lo."

"Sama aku?" Jari telunjuknya menunjuk dirinya sendiri dengan tatapan heran.

"Iya, Mas.
Ya Allah... pasti dia shok deh, Mas. Tau kita menikah. Apalagi dia dulu sempat marah sama aku."

"Dia yang suka. Kenapa marahnya ke kamu ?"

"Karena ketahuan kalau kita dulu itu dekat banget kan?. Dan dia bisa nebak kalau aku juga suka sama kamu."

"Oooooo kamu suka sama aku udah dari dulu ya, Sayang?" Tampak dia senyum-senyum dengan ke-PD annya.

"Aish.. kok jadi bahas akunya sih, Mas." Kupukul lengannya kesal.

"Lantas??? harusnya mas bahas apa dong? Bukankah istrinya mas itu kamu bukan dia." Dia menoel hidungku dengan gemas kali ini.

"Iya sih. Tapi kan. Kasian dia, mas. Aku salah nggak sih?" Kecemasan karena merasa bersalah mulai menyergap perasaanku.

"Loh kok kamu malah merasa salah gini? Aku kan milihnya kamu Sayangku. Karena aku Cintanya sama kamu.
Sayangku juga hanya untuk kamu istriku. Allahlah yang menjodohkan dan mempersatukan kita. Kita harus Syukuri itu. Yah??"

"Terus dia gimana, Mas? Zainab itu sahabat aku "

"Janganlah kamu khawatir, Sayang. Setiap makhluk yang tercipta di bumi ini berpasang-pasangan. Jadi Doakanlah dia. Semoga dia akan segera dipertemukan dengan jodoh yang terbaik."
Mukhlis menepuk tanganku yang berada digenggamannya.

"Aamiin," jawabku kemudian tersenyum lega menatap Mukhlis dengan bahagia.

"Kamu tau kan bunyi ayat Al Qur'annya?".

Aku mengangguk. Lalu membacanya
"Surat Asy syuro ayat 11
فَاطِرُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِۚ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا وَمِنَ ٱلْأَنْعَٰمِ أَزْوَٰجًاۖ يَذْرَؤُكُمْ فِيهِۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

💌💌💌
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat. "

💌💌💌

"Pintarnya, Istri sholihahku."

Dia menoel daguku gemas.

"Terimakasih ya, Sayang. Kamu selalu bisa bikin aku tenang." Kusandarkan kepala kebahunya. Kurasakan ia mengelus lembut dipucuk kepala.
"Sama-sama, Cintaku."

Jernihnya air yang menerjun dengan tenang itu, memberikan kedamaian dalam hati.
Ketakjuban atas kebesaran Allah atas kuasa-Nya yang mampu menciptakan pemandangan alam yang begitu indahnya.
Menambah kadar keimanan dan kesyukuran hati atas segala karunianya.
Bumi ini tercipta dengan segala kemanfaatan dan keindahan yang terwujud membuktikan kasih sayang Allah kepada seluruh makhlukNya .

----***-----

"Sayang... kenapa kamu nangis?" Tiba-tiba jari jempol suamiku mengusap cairan bening yang telah mengalir di kedua pipi.

Aku yang sedari tadi menunggunya sholat isya' berjama'ah di masjid terhanyut dalam sebuah video yang kutonton sendiri di dalam kamar.

Aku berusaha tersenyum lalu menggelengkan kepala.
Handphone yang berada di tangan, kuserahkan kepadanya.

Dengan kerutan kening yang tak lepas, dia meraihnya kemudian menekan tombol segitiga di layar hpku.
Dengan seksama dia menatapnya sampai video itu terhenti.

"Ya Allah.... kukira tadi kamu kenapa-napa, Sayang.
Jadi gara-gara lihat ini ya?"
Aku hanya mengangguk.
Dia meletakkan hpku di atas nakas. Lalu duduk di sebelahku.
Menarik tubuhku agar bersandar di bahunya.
Tangannya mulai bergerak mengusap pucuk kepalaku yang tak berhijab

Dia berujar, "Dengan melihat video barusan membuat hati kita terketuk. Agar mahabbah dalam hati, bisa kita persembahkan kepada Beliau secara maksimal.
Mulai sekarang kita intropeksi diri ya. Mari kita fastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan). Dengan cara memaksimalkan ibadah kita dan menghidupkan sunnah-sunnah Rosul dalam keseharian kita. Agar Rosulullah mau mengakui kita sebagai ummatnya kelak. Dan Beliau bangga dengan kita."

"Iya, Mas in syaa Allah. Bantu Fathimah ya, Mas. Biar Fathimah nggak malas dan bisa istiqomah."

"In syaa Allah. Kita berjuang bersama-sama ya, Sayang. Karena Mas juga manusia yang terkadang lalai dan juga bisa merasakan malas."
Tangannya menangkup wajahku, menatap penuh cinta kemudian mencium keningku.

"Iya, Mas in syaa Allah."
Aku tersenyum bahagia.
Merasa sangat bersyukur dan beruntung sekali bisa hidup bersamanya.

"Makan yuk, Mas. Fathimah laper," ucapku manja sembari mengusap-usap perut yang mulai keroncongan.

"Iya ayok."
Dia ikut beranjak, kemudian meletakkan peci putihnya di atas nakas.

Makan malam pun dimulai, hening. Seperti biasa kami makan berdua tanpa sendok pula.
Sejak menikah, kami membiasakan makan dengan tangan saat di rumah. Selain memang sunnah rosul. Makan dengan tangan mempunyai banyak manfaat.

💌💌💌

Di antara sunnah Nabi ﷺ , adalah makan dengan menggunakan tangan kanan dengan tiga jari. Diriwayatkan dari Ka'ab bin Malik, dari bapaknya, beliau mengatakan; "Rasulullah ﷺ itu makan dengan menggunakan tiga jari tangan kanan dan menjilati jari-jari tersebut sebelum dibersihkan."
(HR Muslim no. 20232 dan lainnya)

Tentang hadist di atas, Ibnu Utsaimin
radhiallahu anhu mengatakan: "Dianjurkan untuk makan dengan tiga jari, yaitu jari tengah, jari telunjuk, dan jempol, karena hal tersebut menunjukkan tidak rakus dan ketawadhu'an. Akan tetapi hal ini berlaku untuk makanan yang bisa dimakan dengan menggunakan tiga jari.
Adapun makanan yang tidak bisa dimakan dengan menggunakan tiga jari, maka diperbolehkan untuk menggunakan lebih dari tiga jari, misalnya nasi. Namun, makanan yang bisa dimakan dengan menggunakan tiga jari maka hendaknya kita hanya menggunakan tiga jari saja, karena hal itu merupakan sunnah Nabi ﷺ ." (Syarah Riyadhus shalihin Juz VII hal 243)

Sementara itu, dalam sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh Dr Charles Gerba dari University of Arizona dikatakan bahwa kita tidak mungkin menghalangi kuman dan bakteri masuk ke dalam lingkungan kita. Namun kita bisa memerangi kuman dengan cara mencuci tangan setiap sebelum dan selesai beraktivitas.

Dan, seperti dipublikasikan paparetta.wordpress.com , pada bulan Oktober 2010 lalu. Makan menggunakan tangan terbukti lebih menyehatkan.
Karena dalam tangan, terdapat enzim RNAse yang dapat mengikat bakteri, sehingga tingkat aktivitasnya sangat rendah ketika masuk bersama makanan ke saluran pencernaan tubuh.

Pada dasarnya, tujuan utama enzim RNAse ini digunakan dalam analisis genetik, dengan tujuan mendegradasi RNA, sehingga yang tinggal dari sebuah sel hidup adalah DNA-nya.
Enzim ini selalu terkandung dalam jari-jari dan telapak tangan manusia, sehingga -dengan asumsi sudah dilakukan upaya menghigieniskan tangan sebelumnya- proses penyuapan makanan ke dalam saluran pencernaan akan mengikutkan enzim yang bisa mengikat sel bakteri agar aktivitasnya tidak maksimal.

Begitu makanan masuk ke saluran pencernaan, maka enzim ini akan ikut mengikat pergerakan bakteri hingga ke saluran pembuangan. Sebaliknya, jika manusia makan menggunakan alat perantara seperti sendok dan garpu, maka tidak ada yang bisa menahan laju aktivitas bakteri yang terkandung, baik di makanan atau alat makan itu sendiri. MasyaaAllah.
(banan/arrahmah.com)

💌💌💌

"Sayang...."

"Iya, Mas." Aktifitas membacaku terhenti saat Mukhlis memanggil namaku.

"Besok, Mas berangkat ke kampus jam 6 pagi, Sayang," ucapnya tak melepas pandangannya dari layar laptop yang sejak tadi menyala.

"Kok pagi banget, Mas?. Bukannya kegiatan kampus biasanya mulai jam 7." Kututup buku yang berada di pangkuanku menoleh ke arahnya.

"Iya, soalnya besok Mas harus menghadap dekan kampus dulu. Sebelum beliaunya meluncur ke Malaysia." Dia menoleh sebentar, lalu kembali lagi menatap layar datarnya.

"Oh gitu. Ya sudah kalau gitu sekarang istirahat yuk, Mas. Udah pukul 9 lewat nih." Kurentangkan kedua tangan, merenggangkan otot-otot yang terasa kaku.

"Istriku sudah ngantuk ya?" Dia menatapku yang menutup mulut, sedang menguap.

"He'em." Aku mengangguk cepat dan meletakkan buku di atas meja.

"Kamu bobok dulu ya, Sayang. Ini pekerjaan Mas tinggal dikit lagi. Bentar lagi .as nyusul." Kembali dia fokus pada layar laptopnya dan dengan gesit tangannya bergerak di atas keyboard.

Aku bergeming menatapnya. Melihat wajahnya dari samping gini sama sekali tak menghilangkan kadar ketampanannya. Hidungnya yang mancung dengan dagu yang sedikit berjanggut. Bibir merahnya terhias di wajah cerahnya.

"Hei... kok bengong. Wudhu' dulu gih."
Dia mendekatiku, mengelus pipiku kemudian mencium setiap inci wajahku. Aku pun membalas hal yang serupa. Mencium pipi kanan dan kirinya, lalu kening dan bibirnya.
Rutinitas yang tak terlewatkan sebelum tidur sepekan ini.

Selepas berwudhu' dan aku keluar dari kamar mandi. Kulihat dia sudah beranjak dan laptopnya telah tertutup. Dia tersenyum kearahku dan bergantian masuk kamar mandi untuk menyucikan diri.

Kami rebahkan tubuh kami di ranjang empuk yang telah siap menyambut tubuh kami melepas lelah.
Tak lupa kami membaca doa dan dzikir sebelum tidur sesuai apa yang diajarkan oleh Rosulullah.

📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚
Fathimah a.s. berkata:

(Pada suatu malam) Rasulullah SAWW pernah bertamu ke rumahku dan aku sudah naik ke ranjang untuk tidur malam.
Ia berpesan: Wahai Fathimah, janganlah engkau tidur kecuali setelah melakukan empat hal:
1. mengkhatamkan Al Quran,
2. menjadikan para nabi a.s. sebagai pemberi syafaatmu,
3. menjadikan mukminin rela terhadap dirimu dan
4. melaksanakan haji dan umrah.

Setelah berkata demikian, ia langsung melaksanakan shalat. Aku sabar menunggunya hingga ia menyelesaikan shalatnya.

Setelah menyelesaikan shalatnya, aku bertanya: Wahai Rasulullah, engkau memerintahkanku untuk melaksanakan empat hal yang tidak mungkin dapat kukerjakan dalam kondisi seperti ini?

Ia tersenyum seraya berkata:
📗Jika engkau membaca qul huwallaahu ahad (maksudnya membaca surah al-ikhlash) sebanyak tiga kali, maka kamu telah mengkhatamkan Al Quran,
📗 jika engkau bershalawat kepadaku dan kepada para nabi sebelumku, maka kami akan memberikan syafaat kepadamu pada hari kiamat,
📗jika engkau beristigfar untuk mukminin, maka mereka akan rela terhadapmu, dan
📗jika engkau membaca subhaanallaah wal hamdulillaah
walaa ilaaha illallaah wallaahu akbar engkau telah mengerjakan haji dan umrah.

📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
7Robi'ulAkhir 1440H
Repost: 03 Jumadil Akhir 1441 H

*Assalamu'alaikum sahabat pembaca.

Alhamdulillah hari ini bisa up ya.
📚 Manfaat makan dengan tangan
📚 Adab sebelum tidur menurut Rosulullah.

Terimakasih ya sampai disini masih ada yang mau baca cerita ini.

Saya senang jika kalian tekan bintang di pojok bagian bawah setelah baca.

Apalagi ada yang komentar.
Saya makin senang lo 😄😄😄

Menyenangkan saudara sesama muslim berpahala lo.
Makanya vote dan komentarnya yang banyak ya 😉😉😉

Oia ada info nih.
Saya buat cerita baru 😉😉😉

Ini covernya.
Silahkan dibaca ya.
In syaa Allan akan tetap ada ilmu yang terselip didalam setiap partnya.

Semoga suka dan bermanfaat ya.

Jangan lupa jadikan Al Qur'an bacaan tiap hari ya 😉😉😉

Syukron
Wassalam😊😊😊



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top