40. Malam Pertama


Sejengkal langkah terlewati.
Ikatan halal kini telah terpatri.

Dengan seiring harapan yang telah terpenuhi
Menggapai mimpi dalam kebersamaan
Mengarungi hidup sesuai dengan impian.

Kini....
Kau telah menjadi kekasih halalku
Setelah janji ikrar itu terucap di depan para saksi
Kebahagiaan hati tak terarungi
Saat ku terbayang
kau disisiku selalu setelah ini.
Kasih.
Kehadiranmu senantiasa ku harap
Memberi segudang ilmu dan motivasi
Mengajak ku tuk selalu bersama
Meraih jalan hidup dalam naungan ridho_Nya

Akhwatul_Iffah

💖💖💖💖💖💖💖💓💖💖💖💖💖💖💖

Menikah merupakan salah satu dari sekian banyaknya sunnah Rosul yang sangat penting dan sangat dianjurkan untuk di laksanakan. Meskipun ibadah ini pada dasarnya hukumnya sunnah, tapi dampak kehidupan yang lebih baik akan terasa.

Mengapa menikah itu penting?
Karena jika tak menikah kita akan termasuk orang yang merugi.

Kenapa merugi?
Karena di dalam sebuah pernikahan sangatlah banyak fadhilah/keutamaannya.
diantaranya yaitu.

📕 Akan terjaganya pandangan dan akan banyak mengalir pahala dari pandangan kepada yang halal.

"Sesungguhnya, apabila seorang suami memandang isterinya (dengan kasih & sayang) dan isterinya juga memandang suaminya (dengan kasih & sayang), maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih & sayang. Dan apabila seorang suami memegangi jemari isterinya (dengan kasih & sayang) maka berjatuhanlah dosa-dosa dari segala jemari keduanya"
(HR. Abu Sa'id)

📕 Akan lebih sempurna agama kita. Karena ibadah orang yang sudah menikah dengan yang belum itu akan selisih pahalanya.

"Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya.
Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya."
(HR. Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman)

"Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan)"
(HR. Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah)

📕akan merasakan ketentraman hati sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur'an surat Ar Rum ayat 21

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir"
(Q.S Ar-Ruum : 21)

Kurang lebih itulah ilmu yang disampaikan Kiyai Musthofa dimalam pengajian hari ini yang dihadiri segenap keluarga, para tetangga dan anak yatim piatu yang sengaja kami undang dalam tasyakkuran pernikahan kami.

Malam yang begitu indah, langit terhias oleh kelap kelip bintang yang disinari rembulan seakan ikut menyertai kebahagiaan keluarga kami.

Selesai acara makan-makan.
Para tamu pun berhamburan melewati pagar rumah dengan menenteng satu tas plastik yang berisi makanan, minuman menuju ke kediaman mereka masing-masing.

"Alhamdulillah acara pengajian malam ini lancar ya," tutur Abi setelah mendaratkan bokongnya di sofa tempat kami yang lebih dulu berkumpul.

Hanya ada Ummi, Ahmad, Aku dan Mukhlis di sini. Buya dan Ummah beserta keluarga dari pihak suamiku telah pamit diri sekitar 5 menit yang lalu.

"Iya, Bi. Alhamdulillah. Para undangan pun banyak yang datang."

"Oia Fathimah, besok kamu selepas subuh langsung siap-siap untuk di rias ya, Sayang. Tante Vinanya kan nginep di sini. Acara resepsinya biar nggak terlalu siang," tutur Ummi sembari memijat lengan Abi.

"Jangan malem-malem lo begadangnya biar nggak kesiangan bangunnya," tambah Abiy menimpali sambil senyum-senyum jail ke arahku.

*Apaan tuh maksudnya hayoo??
Ada yang tau? 😄😄😄
Sssst yang tau jangan rame ya.
Rahasia pengantin baru. 💗💗💗

"Iya in syaa Allah, Mi, Bi," jawabku malu-malu menyenggol lengan Mukhlis yang malah asyik ngobrol sama Ahmad.

Huaaam.. tanpa bisa dicegah lagi mulut ini menganga dan dengan segera aku tutup.

"Ya udah istirahat gih, Nak Mukhlis. Persiapan. Fathimah udah kasih kode tuh. Hahaha" Abi makin jadi nih godainnya. Bikin malu aja. Mukhlis menatapku bingung. Tapi tak melepas senyumnya sedari tadi.

"Ish.... apaan sih Bi.
Fathimah ke kamar dulu ya, Mi, Bi," ucapku lekas beranjak menghindari godaan yang bisa saja berlanjut jika aku terus di sini.

"Cieeee. Pengantin baru udah nggak sabar aja nih pengen masuk kamar." Ahmad tiba-tiba angkat suara meledekku.
Enggan meladeninya.
Aku hanya diam menahan senyum plus rasa maluku yang kian menjadi. Tampak Ummi hanya senyum-senyum.

Tanpa menoleh lagi, langkahku terus tertarik menuju kamarku. Ingin menyembunyikan rona merah yang kini pasti tampak di kedua pipiku.

Mukhlis hanya tersenyum, kemudian mengangguk ikut pamit di belakangku.

Kakiku melangkah melewati pintu. Dia yang masih setia di belakangku akhirnya menutup knop pintu.

Segera aku menuju tempat duduk di depan meja riasku. Bercermin menatap wajahku sendiri.
Kenapa di sini suasana jadi gerah gini ya???

Deg deg an lagi. Batinku.

Suamiku meletakkan peci hitamnya di atas nakas. Kemudian terdengar hentakan kaki mendekat ke arahku.

Tanpa bisa dicegah. Tiba-tiba dua buah tangan terjulur mengalung di pundak kanan dan kiriku.

Tampak di cermin sebuah kepala yang menyandarkan dagunya di pucuk kepalaku pelan.
Jantungku semakin berdebar dengan apa yang ia lakukan sekarang.
Aku terdiam.

"Kamu bahagia kan jadi istriku?" Pertanyaan yang sukses mempertemukan tatapan kami meski hanya lewat pantulan cermin.

Aku mengangguk pelan. Tampak bibirnya melengkung, membentuk senyuman yang begitu manis.

"Aku kok nggak ya?" Kedua tangannya menarik tubuhku ke atas. Kini kami berdiri berhadapan.

Kerutan keningku tampak mereaksi ucapan itu.

"Kalau nggak... kenapa-" telunjuk tangan kanannya menutup bibirku yang mulai berseloroh ingin protes.

"Nggak terelakkan lagi kebahagiaan yang sangat aku rasakan saat ini. Aku merasa sangat beruntung bisa memiliki kamu. Kamu adalah wanita asing satu-satunya yang aku cintai selama ini. Kamu adalah cinta pertamaku yang akan aku cintai seumur hidupku. In syaa Allah"

Blush.
Merona pipiku.
Malu, gugup plus senang.

Tangannya menoel pipiku pelan.
"Aku suka melihat rona ini, Humairohku."

Aku semakin menunduk malu tapi senyuman tak pernah luntur dari bibirku.

Kini tangannya beralih di bawah daguku menuju jarum pentul yang mengikat hijabku.

"Bolehkah aku melepas hijab ini?" tanyanya seraya menatapku intens.

Kuanggukkan kepalaku ditengah pompaan jantungku yang mulai semakin kencang berdegup.

Perlahan dia melepasnya tanpa sedikit pun melepas senyuman dan tatapannya dari kedua lensa mataku.

Aku gugup. Hatiku berdebar tak karuan. Aku menunduk saat kain penutup kepalaku berhasil dilepasnya.

"Ca-cantik," ucapnya gugup membuatku mendongak menatapnya kembali. Aku tersenyum melihat dia yang sepertinya terpesona.

Hening. Kami hanya saling menatap sampai seperkian detik.
Menyelami samudra cinta yang kini telah halal kami selami bersama.

"Bidadari ternyata tidak hanya ada di surga ya," tuturnya melenyapkan keheningan.

Keningku berkerut melepas tatapannya, dengan menyeret kakiku menuju tepi ranjang.

"Kok bisa gitu? Emang adanya lagi di mana?"

Kami mulai rileks dengan keadaan yang tadinya benar-benar mendebarkan.

"Di sini ada."

Aku mengedarkan pandangan di ruangan ini.
Tampak dia masih diam berdiri tak jauh dari keberadaanku.

"Mana?" tanyaku yang tak menemukan apa yang ia maksud.

Dia melangkah mendekat dan duduk tepat di sampingku tanpa ada jarak sedikit pun. Lengannya menyentuh lenganku. Membuatku jantungku kembali berdegup kencang.

Kemudian dia merubah posisi duduknya, sehingga kami duduk berhadapan.

Menatapku, yang masih dengan raut wajah penasaran. Tampak dia tersenyum sangat manis.
Lalu memperpendek jarak kepalanya maju, semakin menghapus jarak di antara kami.

Cup.
Dia mencium keningku beberapa detik.
Hangat, kurasakan desiran hatiku mengalir tenang dan nyaman.

"Kamu,
Kamulah bidadariku yang Allah ciptakan khusus untukku."

Pipiku menghangat, merasa sangat bahagia mendengar apa yang dia ucapkan barusan.

"Kita sholat sunnah dulu ya."
Aku tersenyum kemudian mengangguk.

Tak butuh waktu lama, kami pun hanyut dalam ibadah sunnah yang diawali takbir dan diakhiri salam itu.

Tetesan air mataku tak henti-hentinya mengalir saat sujud terakhir kami. Sengaja kami lamakan sujud ini. Merasa sangat bersyukur atas nikmat kebahagiaan yang tiada tara yang saat ini kami rasakan.

Kebahagiaan yang tak mampu kulukiskan dengan kata-kata.
Karena aku sangat beruntung bisa dipersatukan dengan orang yang aku cintai dan dia pun mencintaiku.

Cinta yang selama ini kami jaga kesuciaannya, dengan tak menuruti hawa nafsu yang akan membelenggu kami kedalam kesesatan yang Allah murkai.

Cinta yang tersimpan rindu di dalamnya yang hanya bisa kami simpan. Tanpa adanya keinginan untuk melampiaskannya dalam jeratan nafsu belaka.

Cinta yang kami ingin menjadikannya sebuah cinta yang Allah Ridhoi.


اللهم بارك لى فى اهلى وبارك لأهلى في. اللهم ارزقهم مني وارزقني منهم وارزقنى ألفهم ومودتهم وارزقهم ألفى ومحبتى وحبب بعضنا إلى بعض.

"Wahai Allah! Berkahilah aku pada keluargaku dan berkahilah keluargaku pada diriku. Wahai Allah ! Berikanlah rizqi pada keluargaku dari diriku dan berikanlah aku rizki dari keluargaku. Berikanlah kerukunan dan cinta kasih mereka kepadaku. Dan berikanlah kerukunan dan cinta kasihku kepada mereka. Jalinlah cinta kasih sebagian dari kami kepada sebagian yang lain."

Doa selepas sholat sunnah pun berakhir saat kami usapkan kedua telapak tangan pada wajah masing-masing.
Kuraih tangan kanannya. Mencium punggung tangannya penuh ketawadhu'an.

Tangan inilah yang nantinya akan bertanggung jawab atas diriku dan anak-anakku.
Tangan inilah yang telah menjabat tangan ayahku untuk memperoleh hak sepenuhnya atas diriku.
Dan tangan inilah yang nantinya akan menuntunku menuju surgaNya.
In syaa Allah. Aamiin.

Saat jabatan ini terlepas, Kedua tangannya kemudian menangkup wajahku. Dengan perlahan bibirnya mengecup halus keningku. Agak lama.
Kemudian beralih ke pipi kananku dan pipi kiriku.
Lalu

Cup
Ciuman singkat mengagetkanku karena bibirnya mendarat tepat di bibirku.

Sedetik kemudian tampak dia tersenyum.

"Alhamdulillah. Aku berhasil kan mendapat Fisrt Kiss istriku malam ini?."

Aku menggeleng cepat. Tampak dia menatapku intens. Heran kali ya dengan gelenganku?

"Bukan aku laki-laki pertama?" tanyanya penasaran.
Aku menggeleng lagi.

"Lantas siapa?" tanyanya dengan nada kecewa.

Aku hanya diam menahan senyum.
Tatapannya memaksaku untuk menjawab rasa penasarannya.

"Abi," jawabku cepat, lalu dengan cepat beranjak meninggalkan dia yang mematung, tak langsung mencerna perkataaku.
Beberapa detik kemudian, barulah dia ngeh dengan jawabanku. Lantas dia dengan cepat mengejar langkahku.

Aku yang menyadari dia beranjak lantas langsung mengambil langkah
cepat menghindarinya.

"Wah... mulai berani ya kamu jailin aku," ucapnya seraya senyum-senyum mengejarku.
Aku berlari memutari sofa menghindarinya sampai beberapa kali putaran, dia tak menyerah.

Tak berlangsung lama, aksi kejar-kejaran ini. Karena kakiku tersandung oleh mukenah bagian bawahku yang menyebabkan aku hampir jatuh dan tertangkap olehnya.

Mmmpphh Ha ha ha ha.
Tawaku pecah saat tangannya mulai menggelitik pinggangku.

"Udah berani ya sekarang jailin suami," ucapnya tak melepaskan gelitikannya.

Sampai tak terasa air mataku mulai menggenang ditengah tawa ini.
"Ampun ampun.."

"Nggak aku ulangi lagi kok," ucapku dengan tersengal-sengal.
Akhirnya tangannya pun berhenti. Mungkin tak tega karena melihatku meneteskan air mata akibat tawa berlebihan.

"Maaf ya."
Aku menunduk seraya memperbaiki mukenahku yang agak berantakan, kemudian melepasnya.

"Kok diem. Nggak mau maafin nih?" Kutatap matanya yang sedari tadi menatapku tanpa tersenyum.

"Maaf ya.. please," Nadaku memohon seraya menangkup kedua pipinya.

"Ok. Tapi ada syaratnya."
Masih dengan kedatarannya aku melepas tanganku.

"Kok ada syaratnya segala sih. Berarti nggak ikhlas dong maafinnya," gerutuku sembari berlalu dari hadapannya, hendak menyimpan mukenah yang sudah rapi dengan sajadahnya.

Dia mengikuti langkahku dan berdiri tepat di depanku.
Tanpa menjawab dengan kata. Dia menempelkan jari telunjuknya di bibirnya.

Aku masih bergeming. Berusaha mencerna apa arti yang ia lakukan.

"Kiss me, Honey," bisiknya kemudian membuat mataku melotot. Sedangkan ia malah senyum-senyum.

"Mau dimaafin kan?" tanyanya menaik turunkan alisnya cepat.

Ni anak mulai deh.
Selalu saja aku yang harus kalah kan?
Perlahan aku memajukan wajahku.
Ragu..
Urung kepalaku mundur kembali.
Aku benar-benar malu.
Dia malah setia dengan senyuman manisnya.

"Ridho Allah ada pada suami lo,"
ucapnya membuatku mau tak mau menurutinya.

Dengan gugup aku mendekat. Memejamkan mataku saat semakin dekat. Kurasakan hembusan nafasnya
Cup.
Dengan Cepat aku melakukan itu.
Lalu membalikkan tubuhnya hendak menjauh darinya.
Aku tertunduk malu. Tanpa tau bagaimana reaksinya. Pasti senyum penuh kemenangan nih orang. Batinku

"Terimakasih ya, Sayang," tangannya menahan lenganku yang hendak menjauh.
Ia membalikkan tubuh ini, lalu merengkuhkan dalam pelukannya.

Kurasakan kemudian tangannya mengelus pungunggku. Mungkin ia merasakan debaran dalam hatiku yang menggila, sehingga dalam beberapa detik ia menenangkanku.

Selang beberapa menit, ia lepas rengkuhannya. Tangannya beralih mengelus pipiku dengan lembut. Membuat netra ini ingin menatapnya. Terjadilah tatapan kami saling bersirobok
"Malam ini... boleh kah Aku meminta hakku sebagai suami? Memilikimu seutuhnya?"

Sontak aku langsung tertunduk karena malu. Menelan saliva, gugup yang sangat aku rasakan.
Tubuh ini mendadak merasakan gelenyar aneh yang menghangatkan.
Aku terdiam beberapa detik, sejurus kemudian menganggukkan kepalaku.

Tiba-tiba aku merasa diriku terbang. Kakiku tak lagi menapaki lantai.
Yah... Dia menggendongku menuju ranjang empuk yang telah ditaburi bunga-bunga yang menyemburkan aroma wangi.

Malam ini adalah malam terbahagia bagi pasangan halal.
Malam dimana surga dunia akan mereka rasakan.
Mencurahkan segala rasa cinta dan kasih sayang dengan kelembutan dan kehangatan.
Malam yang Allah akan mengkaruniakan rahmat bagi sepasang kekasih halal yang menjaga cintanya hanya karena ingin mendapat Ridho Dari Nya.

Semoga Allah menghimpun yang terserak dari keduanya,
memberkati mereka berdua, meningkatkan kwaitas keturunan mereka,
menjadikannya pembuka pintu-pintu rahmat, sumber ilmu dan hikmah, serta pemberi rasa aman bagi umat.
(Doa Nabi Muhammad SAW pada pernikahan putri beliau Fatimah Az-Zahra dengan Ali bin Abi Thalib)

💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
26RobiulAwwal1440H
Repost : 02 Jumadil Akhir 1441 H

*
Assalamu'alaikum reader's.

Afwan ya baru bisa up.
Karena kesibukan di dunia nyata menuntutku nggak bisa nulis sampai sepekan ini.

Part ini semoga bisa memberi semangat agar memilih jalan menikah dari pada pacaran ya !!!
Mengingat begitu banyaknya keutamaan menikah.

Semoga bermanfaat 😄

Jangan lupa tadarrus Al Qur'annya setiap hari ya.

Di tunggu vote dan komentarnya 😉
Syukron.

Wassalam 😊😊😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top