31. Terbukanya Rahasia

"CINTA yang datang tiba-tiba terkadang tanpa sebab. Jadilah untuk menghilangkannyapun kita tak tau bagaimana caranya."

Akhwatul_Iffah

6 Bulan telah berlalu.

Setelah mengikuti ujian kubro yang tak mudah kami lalui bersama. Akhirnya besok adalah hari akan terlaksananya wisuda para Hafidhzoh yang tahun ini akan diikuti oleh 15 Peserta dari santriwati dan 17 peserta dari santriwan.

Berbagai kesulitan dan perjuangan yang kami jalani bersama. Sering begadang untuk bermurojaah yang hampir tak kenal waktu dan tempat.

Semangat yang terus dikobarkan oleh para pembimbing kami tak kenal bosan. Mengoar-ngoarkan begitu mulianya bagi seseorang yang mampu menghafal kalam ilahi. Dan begitu pedihnya bagi tahfidhz yang melalaikannya.

Beliau menyampaikan

"Rosulullah SAW. memberikan penghormatan kepada orang-orang yang mempunyai keahlian membaca dan menghafal Al Qur'an, memberi kabar tentang kedudukan mereka, dan keistimewahannya dari yang lain.
Dari Abi Hurarirah r.a. ia berkata: Rasulullah SAW. mengutus satu utusan yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian Rasulullah SAW. mengecek kemampuan membaca dan hafalan Al Quran mereka: setiap laki-laki dari mereka ditanyakan sejauh mana hafalan Al Quran-nya.
Kemudian seseorang yang paling muda ditanya oleh Rasulullah SAW.: "Berapa banyak Al Quran yang telah engkau hafal, hai Fulan?" ia menjawab: aku telah hafal surah ini dan surah ini, serta surah Al Baqarah. Rasulullah SAW. kembali bertanya: "Apakah engkau hafal surah Al Baqarah?" Ia menjawab: Betul ya Rosulullah. Rasulullah SAW. bersabda: "Pergilah, dan engkau menjadi ketua rombongan itu!".
https://www.islampos.com/kemuliaan-penghafal-al-quran-32361/

Beberapa riwayat menerangkan ancaman yang keras untuk mereka yang melupakan hafalan Qurannya. Diantaranya hadis berikut :

Hadis Anas bin Malik radhiyallahuanhu :
ﻋُﺮِﺿَﺖْ ﻋَﻠَﻲَّ ﺃُﺟُﻮﺭُ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﺣَﺘَّﻰ ﺍﻟْﻘَﺬَﺍﺓُ ﻳُﺨْﺮِﺟُﻪُ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ، ﻭَﻋُﺮِﺿَﺖْ ﻋَﻠَﻲَّ ﺫُﻧُﻮﺏُ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﻓَﻠَﻢْ ﺃَﺭَ ﺫَﻧْﺒًﺎ ﺃَﻋْﻈَﻢَ ﻣِﻦْ ﺳُﻮﺭَﺓٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﺃَﻭْ ﺁﻳَﺔٍ ﺃُﻭﺗِﻴﻬَﺎ ﺭَﺟُﻞٌ ﺛُﻢَّ ﻧَﺴِﻴَﻪُ
"Diperlihatkan padaku pahala umatku, termasuk (pahala) sampah yang dikeluarkan seseorang dari masjid. Dan ditampakkan kepadaku dosa umatku. Saya tidak melihat dosa yang lebih besar dibandingkan seseorang yang telah diberi (hafalan) surat Al-Qur'an atau ayat kemudian dia melupakannya." (HR. Tirmidzi)."
http://hamalatulquran.com/lupa-hafalan-quran-berdosakah.html

Tak jarang linangan air mata menyertai hari-hari kami. Baik itu tangis sedih karena sulitnya hafalan 30 juz itu bisa tertempel di memori otak kami. Atau pun tangis haru saat lolos ujian dalam mengkhatamkan 30 juz bil Ghoib.

Sebelum acara wisuda terlaksana. Hari ini di pesantren juga ada acara. Suasana sedari pagi tampak ramai, santriwati terlihat sibuk dengan tugasnya masing-masing.

Hari ini pak Kiyai dan Bu Nyai punya hajat, acara Walimatul 'Ursy putra sulungnya.

Acara Walimatul 'ursy biasanya dikenal dengan resepsi pernikahan. Dan itu hukumnya sunnah untuk dilaksanakan bagi orang tua yang putra atau putrinya akan menikah.

💌💌💌

Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ﺃَﻋْﻠِﻨُﻮﺍ ﺍﻟﻨِّﻜَﺎﺡَ
"Umumkanlah (meriahkanlah) pernikahan."

💌💌💌

Ya... Gus Ibra Akhirnya akan menikah, dijodohkan dengan putri seorang Kiyai di daerah Pemalang yang juga seorang Hafidzoh.

Dekorasi yang dipenuhi berbagai hiasan hampir di setiap bagian pojokan, telah tertata rapi dengan nuansa putih dan biru di depan dhalem (rumah kiyai) dan di aula putri.

Acara akad akan digelar jam 07.30 istiwa' dan resepsinya di mulai ba'da dhuhur.

"Oia dek... denger-denger katanya Gus Ibra terpaksa lo nerima perjodohan ini. Katanya dia nggak bisa move dari seseorang yang telah terlanjur menaut hatinya. Malah katanya dia udah melamar wanita itu. Tapi sayangnya wanitanya telah bertunangan."

Degh... hatiku tetketuk mendengarnya.
"Ish... masak sih, Kak. Emang Kakak tau dari mana?" Aku berusaha mengelak dari perasaan GR yang menyergap hatiku.

"Kamu ini, Dek. Kayak nggak tau kebiasaan di pondok aja. Ada gosip sedikit aja. Akan tersebar ke seluruh penjuru dalam 1 menit."

Aku pun terkekeh mendengarnya.

"Kakak jadi penasaran. Siapa ya kira-kira wanita beruntung yang ngebuat Gus Ibra belum menerima wanita lain?. Katanya santriwati di pondok sini lo, Dek," tutur kak Nisa yang kedua tangannya masih tetap bergerak membungkus souvenir. Sedangkan aku kebagian menempelkan pita cantik di atasnya.

"Nggak jadi beruntung kali, Kak. Kan mereka gak bisa bersatu," sahutku reflek.

Apalagi saat ini aku berada diposisi yang sulit untuk dipersatukan dengan dia yang aku cintai. Gumamku dalam hati. Jadi keberuntungan itu juga tak berpihak pada diriku. 😌

Tiba-tiba aku teringat dia. Apakabar kamu di sana, Mukhlis. Pandanganku lalu terarah ke lengan kananku yang bertengger gelang kaoka darinya.

"Fathimah, sini dulu, Nak. Ummi mau minta tolong sesuatu."

"Iya Bu Nyai." Aku mengangguk seraya bangkit mengikuti langkah Beliau.

"Barang-barang ini tolong bawakan ke depan ya," titah Bu Nyai menyuruhku meletakkan beberapa keranjang yang begitu indah telah terhias dengan rapi. Ini barang-barang untuk lamaran kayaknya. Gumamku.

Sepeningggal Bu Nyai. Aku langsung mengangkat keranjang ini satu persatu.

"Fathimah...." Suara berat dari seorang lelaki terdengar memanggilku membuatku mendongak.

Degh....
Gus Ibra.

"Iya, Gus," balasku tertunduk.

"Bolehkah aku masih berharap?"

Kata-katanya membingungkan kan? Aku hanya diam.

"Kamu kok diem?" tanya nya lagi. Tampak dia menatapku dengan intens.

"Maksudnya apa Gus? Fathimah gak ngerti."

Tampak dia menghela nafas.

"Aku masih mengharapkan kamu Fathimah."

"Astaghfirullahal'adhziim.... untuk apa Gus Ibra mengharapkan saya yang hanya seorang wanita biasa ini. Saya ini tak ada apa-apanya dengan calon istri Gus Ibra. Dia putri Kiyai, cantik dan juga Hafidhzoh. Beliau lebih dan sangat lebih pantas menjadi istri Gus Ibra di bandingkan saya. Seharusnya Gus Ibra Bersyukur bukan?. Mendapatkan istri yang sekufu'."

"Tapi cinta lebih membahagiakan dari itu semua itu, Fathimah."

"Benarkah seperti itu? Gus Ibra yakin?."
Kulihat dia mengangguk kemudian tersenyum. Tapi senyuman itu getir.

"Kalau menurut Fathimah, hal itu belum tentu, Gus. Cinta yang datang sebelum adanya ikatan halal. Belum tentu Allah akan meridhoiNya. Lantas bisakah kita bahagia jika Ridho Allah tak menyertai kehidupan kita?." Hatiku terketuk dengan kata-kataku sendiri.
Aku merasa munafik dengan apa yang aku katakan barusan. Apa yang Gus Ibra katakan tadi sebenarnya sejalan dengan pikiranku.
Tapi aku tak bisa juga membenarkan itu. Karena kita manusia tak bisa menentukan sendiri apa yang membahagiakan kita di masa depan.

"Cinta yang datang sebelum ikatan halal itu adalah ujian untuk hati kita. Jadi sudah sepatutnya kita memohon pertolongan dari-Nya. Karena hanya Dialah sang pembolak balik hati manusia dan penentu takdir terbaik buat kita.
Berusahalah untuk ikhlas dan sabar dengan apa yang Allah takdirkan. Karena in syaa Allah dengan begitu Allah akan meridhoi setiap langkah kita. Dengab bekal ridho Allah, kita pasti akan bahagia," jelasku membuat dia mengangguk dan senyumnya sekarang berubah menjadi senyumam tulus.

"Syukron nasehatnya ya, Fathimah. Doakan saya bisa melupakanmu dan bisa bahagia dengan istriku nanti."

"Barokallah Gus Ibra. semoga sakinah mawaddah warohmah."

"Aamiin," jawab kami serempak.

"Ya udah lanjutin pekerjaanmu ya. Maaf tadi mengganggumu. Sekarang hatiku sedikit lega. Setelag mengeluarkan uneg-uneg dihatiku yang selama ini mengganjal."

"Syukurlah... iya tak apa, Gus," jawabku kemudian dia berlalu dari hadapanku.

Setelah pekerjaanku selesai. Segera kukembali ke tempat kak Nisa di ruang kamar belakang dekat dapur.

Tampak kak Nisa telah duduk santai dan telah rapi souvenirnya tertata di dalam kardus. Aku tersenyum ke arahnya kemudian duduk di sampingnya.

"Ehm.. ehm..." terdengar deheman darinya menatapku. Otomatis membuatku mengangkat kedua alisku heran plus bingung.

"Kenapa, Kak?"

"Kakak udah tau sekarang."

"Tau apa?" tanyaku penasaran.

"Cewek yang ditaksir Gus Ibra itu...."

"Kakak nguping ya?"
Sontak aku memotong pembicaraannya.

Dia malah nyengir seakan tak berdosa.

"Hehe gak sengaja kok, Dek."

"Ish Kakak nih." Ku senggol lengannya, kemudian kurebahkan tubuhku ke ranjang empuk di belakangku.

Terkadang aku merasa capek hati kalau berurusan dengan cinta.
Datangnya tiba-tiba dan tak bisa dipaksa untuk pergi.

Cinta terkadang datang tanpa sebab yang tak harus kita tau karena apa. Jadi untuk menghilangkannya pun kita tak tahu dengan cara apa?

"Ternyata cinta itu rumit ya, Kak," ucapku memejamkan mata.

"Tak akan rumit kalau kita tak terlalu memikirkannya. Udah yuk. Kita bawa kardus-kardus ini ke depan. Biar cepat beres ni kerjaan. Emangnya kamu gak mau siap-siap menyambut tamu bentar lagi?"

"Iya... tapi kakak janji ya. Jangan cerita ke siapapun soal Fathimah dan Gus Ibra."
Dia hanya tersenyum.
Ih malah menggoda ni anak.

"Kaaaak... janji ya."

Iiiiiih Dia malah terkekeh. Gregetin banget kaaan.

"Hehe iya-iya iceeee."

Kami pun segera menyelesaikan pekerjaan ini tanpa ada yang mengganggu lagi.

___***___


"Subhanallah... istrinya Gus Ibra cantik ya."

"Iya ya..."

Bising-bising percakapan terdengar dari teman teman disebelahku. Aku pun menoleh ke arah pelaminan mengikuti arah pandang mereka.

Ya... dia yang kini telah sah menjadi istri Gus Ibra telah duduk bagaikan ratu di pelaminan seorang diri.

Di mana Gus Ibra? Tanyaku dalam hati. Mungkin lagi menyambut teman-temannya.

Katanya sih. Teman-teman seperjuangannya di Kairo pun akan hadir siang ini yang asalnya dari berbagai daerah.

Tamu-tamu pun mulai nampak ramai. Baik itu dari wali santri atau pun para alumni.

Suasana Pondok Pesantren full dengan Musik. Baik itu lagu sholawat khas pondok pesantren juga ada lagu-lagu religi dari Maher Zein, Sami Yusuf dan Musthofa Atef.

Semua tengah berbahagia. Kami menyambut para tamu dengan ramahnya. Menyuguhinya dengan beberapa makanan dan minuman lalu memberikan souvenir sebelum mereka meninggalkan tempat ini.

Aku yang kebagian tugas membagikan souvenir yang terdiri 2 meja. 1 meja dibagian kiri dan 1 meja di bagian kanan. Saat ini aku satu meja dengan Kak Nisa di bagian kanan jalan, dekat dengan gerbang masuk pondok putri.

Degh....
Hatiku terketuk saat netraku menangkap sesuatu.
kayaknya aku kenal dengan laki-laki itu. Bisikku dalam hati saat pandanganku tertuju keluar gerbang.
Tamu putri agak segang sekarang. Tak serame tadi.

Iya... dia sepertinya Mukhlis. Batinku
Laki-laki yang sedang tertawa bersama teman-temannya itu.

Netraku lebih memicing untuk menfokuskan pandanganku, agar bisa tampak lebih jelas dia yang terus melangkah menjauh dari pandanganku.

Postur tubuhnya sangat mirip dengan Mukhlis. Masak sih aku salah orang?
Tapi untuk apa dia ke sini? Mungkinkah dia temannya Gus Ibra? Tapi kan beda Angkatan?. Pikiranku berkecamuk sendiri.

"Dek." Tiba-tiba lenganku disenggol kak Nisa yang mengagetkanku.
Ternyata telah berdiri seorang wanita di depanku mengulurkan tangannya. Aku pun menyambutnya dan tersenyum ramah kerarahnya.

"Ngeliatin apaan sih. Sampek sebegitunya."

"Hehe nggak kok, Kak," jawabku tak berterus dengan pikiranku. Lagian belum tentu juga kan tadi itu Mukhlis. Apa karena sebegitu rindunya ya. Sampai-sampai aku seakan melihat dia di sini tadi.

Matahari akan bersembunyi keperaduannya. Tamu-tamu mulai sepi. Jadilah kami semua yang bertugas saat ini berkesempatan bersalaman dan memberikan selamat, doa restu kepada kedua mempelai.

Tampak Gus Ibra dan Istrinya menyambut para santriwati yang mulai menaiki pelaminan.

Dengan bergantian kami bersalaman dengan Ning Fitri dan menangkupkan kedua tangan saat berhadapan dengan Gus Ibra.

Saat giliranku tiba.

"Barokallahulakuma Bil Khoir ya Ning, Gus. Semoga Samara. Aamiin"

"Syukron Ukhti," jawabnya lembut dengan wajah berbinar kebahagiaan.

"Syukron, Fathimah."
Lain halnya dengan Gus Ibra yang tersenyum seakan terpaksa.
Kentara banget lo itu senyumnya.
Astaghfirullohal'adhziim. Dengan cepat aku melangkah ingin segera berlalu dari hadapan Gus Ibra.

Kasihan juga melihatnya. Nasibnya tak jauh seperti diriku.

Ya Allah... akankah aku bernasib sama dengannya?. Bersanding dengan orang yang tak kucintai. Malahan... terbesit sedikit rasa benci dalam hatiku kepada kak Ishaq, jika mengingat kelakuannya 6 bulan yang lalu.

Ya Allah... ampunilah hamba. Hamba ingin pertunangan ini batal.
Haruskah aku bercerita kepada Abi dan Ummi mengenai kejadian itu agar batal pertunanganku???
Tapi aku telah terlanjur berjanji padanya.

Ya Allah.....
Ku hela nafas dalam. Ingin mengeluarkan beban hati.

.
.
.
.
.
.

Bersambung......

12Muharrom1440H.
Repost: 16 Jumadil Awwal 1441 H

*Assalamu'alaikum reader's

Alhamdulillah bisa up lagi ya.
Jangan lupa sahabat pembaca untuk vote dan komentarnya ya...

Klik bintang di bawah setiap membaca cerita ini

Di part ini kita nambah hadits tentang

💌 keutamaan dan ancaman bagi penghafal Al Qur'an.
💌 di anjurkannya walimah

Semoga bermanfaat...

Jangan lupa tadarrus Qur'annya setiap hari ya...

Wassalam 😄😄😄































Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top