29. Gelisah
Kesempatan hidup adalah anugerah... Sehat adalah kenikmatan... Rasa syukur adalah ungkapan... Nikmatnya hidup kan memberi kebahagiaan
Jika rasa syukur selalu menghiasi hati dalam meliputi hidup ini.
Saat mentari kembali terbit menyapa dg sinarnya...
Di situlah kesempatan baru
yg harus kita arungi...
Menjalaninya dengan ikhtiyar dan belajar.
Agar hari ini menjadi hari yang terbaik dalam hidup.
Karena belum tentu kesempatan hidup kan kita temukan kembali di esok hari...
Akhwatul_iffah
🌺🌺🌺🌺🍀🍀🍀🌺🌺🌺🌺
Flashback On
"Kamu kenapa murung, Dek?". Kak Diyah menghampiriku yang duduk di sofa ruang tamunya selepas melaksanakan sholat Ashar.
"Abi gak bisa jemput, Kak. Katanya mobilnya mogok. Dan kebetulan tadi ketemu Kak Ishaq. Jadi kak Ishaq yang mau jemput Fathimah." Jawabku terus terang kepada Kak Diyah.
Aku tak ingin sebenarnya bertemu dengannya. Entahlah... sejauh ini hatiku benar benar masih tertutup untuknya.
Aku sadar hal ini sama sekali tak baik untuk hubungan kami. Tapi apa mau dikata. Aku tak mampu mengendalikan hatiku sendiri untuk menerima dia dengan senang.
Ya Allah... ampuni hamba...
istighfarku dalam hati seraya mengusap wajah dengan kedua tanganku.
"Sabar ya, Dek. Memang tidak mudah merelakan dan melepas sesuatu yang kita suka. Dan juga tak bisa kita memaksa apa yang kita tak suka menjadi suka.
Tapi Yakinlah segala takdir Allah yang telah Allah tentukan untuk kita itu pasti adalah yang terbaik buat hambaNya.
Hanya saja kita sebagai manusia lemah dan mempunyai batas dalam berpikir, makanya belum menemukan hikmah dibalik semua apa yang terjadi dalam hidup kita sebelum benar benar Allah tunjukkan sesuatu itu terhadap kita.
Kita sebagai manusia hanya bisa sabar dan tawakkal atas segala ketentuan dariNya. Belajarlah hatimu untuk bisa ikhlas menjalani semua ini. Pasrahkan hatimu kepadaNya.
Biarlah waktu yang nanti akan menjawab di mana seharusnya hatimu melabuh. Jalanilah hubunganmu sebagaimana air mengalir dengan tenang, tanpa adanya paksaan untuk bisa mencintai dia. Agar kamu gak sedih atau berat untuk bertemu dengannya.
Bagaimana pun keadaan kita. Kita tak mampu memaksakan apa yang kita harapkan bisa menjadi nyata. Jodoh telah Allah tentukan dan kita tak pernah tau siapa dia sampai waktunya tiba nanti kita di pertemukan." Tutur kak Diyah penuh kelembutan.
Aku pun mengangguk dan berusaha tersenyum menatap Kak Diyah, ia lalu merengkuh tubuhku dipeluknya.
Kak Diyah paham bagaimana keadaan hatiku saat ini. Setelah kebahagiaan tadi bisa ngobrol dengan Mukhlis, sekarang aku harus bertemu dengan orang yang sebenarnya tak ingin kutemui.
Setelah berpamit ke Kak Diyah tadi. Aku langsung saja menemui Kak Ishaq yang tak mau turun dari mobilnya. Dia lebih memilih menunggu dan hanya memberitahuku lewat pesan kalau dia telah sampai didepan rumah Kak Diyah.
"Dek... Kakak kangen banget sama kamu," ucap Kak Ishaq membuka obrolan tiba-tiba saat mobil terhenti. Jalanan di depan macet. Entah ada apa.
Dia menatapku intens saat aku menoleh kearahnya. Membuatku hanya menoleh sekilas dan kembali menatap jalan depan.
Aku hanya diam. Aku bingung mau menanggapi apa atas ungkapan rindunya itu. Karena aku tak pernah merindukannya.
"Kamu gak kangen ya sama Kakak?" tanyanya membuatku menunduk.
"Apakah rasa rindu itu pantas untuk diutarakan sebelum ada ikatan halal diantara kita, Kak?." Bukannya menjawab aku malah balik bertanya.
"Hehe gak apa-apalah mungkin, Dek sekali-kali," jawabnya sembari sedikit melajukan mobil pelan mengikuti jalan mobil di depan kami yang berhenti kembali.
"Makanya... yuk kita segerain nikahnya, Dek. Biar kita bebas mengungkapkan segala rasa dalam hati.
Kakak sebenarnya udah gak sabar banget ingin memiliki kamu seutuhnya. Kita tinggal bareng. Kakak juga bisa membawamu ke Jakarta biar bertemu kamu setiap hari," ucapnya dengan wajah berbinar penuh kegembiraan menatapku.
Tangan kekarnya tiba-tiba sedikit menyentuh punggung tangan kananku yang berada di atas tas kecilku.
"Astaghfirullah...
Kakak apa apaan sih." Dengan cepat aku menarik tanganku menjauh.
"Maaf Fathimah.... kakak sudah gak tahan," ucapannya membuatku terkejut sontak menoleh ke arahnya. Tampak dia tersenyum dan menatapku intens.
Wajahnya mendekat ke arahku. Aku mengerutkan keningku bingung mulai dengan prasangka negatif. Ini orang kenapa ngapain mendekat?
Wajahnya lebih mendekat lagi dan kini tangannya memegang ujung bangku bagian samping tempat dudukku.
"Ka - kak mau nga- pain sih... Fathimah pindah ke belakang ya," ucapku mulai panik, tengak tengok ke belakang dan kemudian melihat ke arahnya. Berusaha Menjauhkan wajahku dari wajahnya.
"Bibirmu ranum Fathimah," ucapnya menatapku begitu intens. Aku menggeleng cepat dan mundur.
"Astaghfirullah... istighfar kak istighfar," ucapku cepat dan rasa takut mulai menyergapku.
Tapi dia malah mengejar untuk lebih mendekatkan wajahnya. Hingga kini kepalaku tak lagi bisa mundur karena kepalaku telah bersandar kepojokan antara pintu dan bangku tempatku duduk.
Seketika tanganku berusaha membuka pintu. Tapi nihil, dia telah menguncinya. Ya Allah... bagaimana ini???
"Kak please, Kaak. Jangan Kak. Kita belum halal Kak."
"Sekali aja ya, Please," tatapannya begitu memohon. Kepalaku menggeleng cepat.
Aku tetap berusaha menjauh sampai pipi kiriku saat ini benar-benar menempel pada kaca pintu mobil. Air mataku mulai mengalir karena ketakutanku. Dan tampak Kak Ishaq semakin mendekat.
Ya Allah... tolonglah hamba... gumam dalam hatiku tak henti hentinya.
Meski aku berusaha menyadarkan kak Ishaq tetap saja dia terkalahkan oleh setan untuk menuruti hawa nafsunya.
Tin tin tin....
Suara klakson mobil belakangku terdengar. Kak Ishaq terkejut dan mulai menjauhkan posisinya dariku dan kembali duduk dikemudinya.
Sebelum menginjak pedal gas dia membenarkan posisinya. Dan akhirnya aku bisa ambil nafas lega.
Setidaknya aku lolos kali ini dan Alhamdulillah ya Allah. Engkau menyelamatkanku dari nafsu syetan Kak Ishaq.
Hening....
Tak ada obrolan diantara kami, kami sibuk dengan pikiran kami masing-masing mobilpun mulai melaju sedikit lancar. Padat merayap.
Semoga tak berhenti lama seperti tadi. Batinku.
Memang hadits Nabi tak pernah luput. Disaat 2 insan bukan mahram berlainan jenis hanya berduaan. Maka yang ketiganya akan ada syetan yang terus menggoda.
💌💌💌
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, jangan sekali-kali ia berdua-duaan dengan wanita (ajnabiyah/ yang bukan mahram) tanpa disertai oleh mahram si wanita karena yang ketiganya adalah setan.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim)
💌💌💌
hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan dari Usamah Bin Zaid.
Beliau bersabda,
ﻣَﺎ ﺗَﺮَﻛْﺖُ ﺑَﻌْﺪِﻱ ﻓِﺘْﻨَﺔً ﺃَﺿَﺮَّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺮِّﺟَﺎﻝِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ
“Aku tidak meninggalkan
satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki
selain fitnah wanita.”
(HR. Bukhari: 5096 dan Muslim: 2740)
💌💌💌
Aku sangat-sangat menyesal kenapa tadi aku terima bujukan Kak Ishaq untuk duduk di depan.
Padahal biasanya aku duduk di belakang.
Tapi karena banyak barang di belakang. Aku dengan terpaksa menuruti kemauannya. Padahal bisa saja aku memaksa untuk memindahkan barang di belakang ke depan, agar bisa tukar posisi.
Entahlah... aku pun tak pernah mengira akan ada kejadian seperti ini.
"Fathimah turun di Masjid depan, Kak," ucapku masih was was dengan keadaan ini. Dan aku merasa aku harus menghindarinya.
Enggan sebenarnya untuk berbicara dengannya. Tapi saat ini aku harus jauh darinya. Aku merasa posisiku tak aman sekarang.
"Maafin kakak, Dek. Kakak Khilaf tadi. Kakak antar sampai rumah ya," ucapnya masih fokus menatap jalan depan. Arus mobil pun telah lancar.
"Tolong kak. Turunin Fathimah di depan."
"Nggak, Dek. Kamu sekarang tanggung jawab Kakak untuk mengantar kamu sampai rumah."
"Turun didepan atau aku batalin pernikahan kita," ucapku tegas, mengancamnya.
Sontak dia menoleh, terkejut dengan ucapanku. Lalu menepikan mobilnya.
"Fathimah... maafin Kakak. Tadi Kakak benar-benar khilaf," ucapnya menyesal.
"Lebih baik Kakak renungkan dulu apa yang sebenarnya terjadi sama Kakak.
Sehingga nekat menuruti hawa nafsu Kakak.
Bukankah kakak adalah orang yang paham akan ilmu agama. Kenapa sekarang jadi seperti ini?. Fathimah mohon. Bukain kunci pintunya, Kak.
Fathimah sekarang merasa tak aman berada di dekat Kakak setelah apa yang tadi terjadi. Fathimah takut Kak. Juga merasa berdosa dan menyesal tadi Fathimah mau duduk disini." Aku sesenggukan, tak tahan lagi aku menahan sesak di dada, sehingga ku utaran semua yang ada di benakku sejak tadi.
"Iya Maaf....
Kamu duduk di belakang ya. Kakak pindahin barang barang itu ke depan."
Aku menggeleng.
"Sudah terlambat, Kak. Aku ingin mencari ketenangan. Dan Aku butuh sendiri dulu sekarang."
"Lantas bagaimana nanti kamu pulang?. Apa kata Abi dan Ummi kalau kamu pulang sendiri?"
"Nanti aku bisa naik taksi atau ketemu Maryam di sini dan minta antar dia ke rumah."
Mengingat masjid depan itu tak jauh dari rumah Maryam.
"Iya udah kalau gitu. Maafin Kakak ya. Please jangan pernah lagi kamu bilang mau membatalkan pernikahan kita. Kakak cinta banget sama kamu. Dan Kakak gak mau kehilangan kamu, Dek."
Aku terdiam
"Fathimah...." ucapnya lagi.
"In syaa Allah," ucapku lirih.
Ceklek.
Kunci pintu mobil terbuka. Aku pun membuka pintu mobil dengan cepat dan segera menuju gerbang masjid yang tak terlihat ramai lalu lalang manusia. Ingin mensucikan diri, lalu menunaikan Sholat sunnah dan mendekatkan diri kepada Allah...
Flashback Off.
"Astaghfirullahal'adhziim.....
Yang sabar ya, Dek. Ini ujian buat kamu. Tapi syukurlah Allah masih menjagamu." Kak Nisa berusaha menenangkanku yang masih terisak.
Tapi ada kelegaan yang kurasakan saat ini setelah meluapkan cerita kepada Kak Nisa. Karena hanya kepadanya saat ini aku berani cerita.
Sepulang dari kejadian itu. Pikiranku benar-benar kembali kalut. Takut untuk bercerita pada Abi dan Ummi. Jadilah kepalaku pusing dan demam menyerang tubuhku.
Karena tak ingin kedua orang tuaku curiga yang aku banyak melamun. akhirnya setelah badanku enakan, sore kemarin aku nekat minta kembali ke pondok.
"Kamu udah bilang persoalan ini ke Abi atau Immi kamu?"
Aku hanya menggeleng.
"Kenapa?"
"Aku nggak mau menambah beban pikiran mereka, Kak." Apalagi keluarga kami sempat terkena musibah kan waktu itu.
"Ya sudah. Sekarang kamu udah kembali ke sini. Jangan terlalu memikirkan apa yang telah terjadi.
Sekarang kamu harus semangat murojaah ya.
Kamu udah baca kan pengumuman di mading? Ujian kubro akan dilaksanakan satu bulan lagi." Aku pun mengangguk.
"Senyum dooong Ice." Goda Kak Nisa menepuk nepuk punggung tanganku.
Aku pun berusaha tersenyum. 😊
"Gitu dong... kan makin cantik. Pasti si cowok kairo makin naksir nanti" Tuturnya menoel daguku.
"Iiih.... apaaan sih Kak Nisa." Membuat pipiku menghangat.
"Cieeee merona ni ye.." 😄😄😄
Mulai nih Kak Nisa menggodaku. Gini nih memang Kak Nisa paling tau cara membuatku tersipu malu.
Jika mengingat dia. Aku jadi ingat pesannya saat di telpon.
Jadi aku harus semangaaaaat 😉😉😉
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung....
24Dzulhijjah1439H.
Repost : 5 Jumadil Awwal 1441 H
🌺🌺🌺🌺🌺🌻🌻🌻🌺🌺🌺🌺🌺
*Assalamu'alaikum sahabat pembaca. 😊
Alhamdulillah saya update cepat ya.
Khusus buat pembaca yang nungguin cerita ini.
Syukron udah mau baca ya.
Semoga bermanfaat.
Di pary ini kita belajar tentang.
💌 dilarang berduaan dengan ajnabiy
💌 wanita adalah fitnah bagi laki laki ajnabiy.
Semoga bisa menambah ilmu dan bermanfaat ya
Jangan lupa tadarrus Al qur'an setiap hari 😊😊
Ditunggu vote dan komentarnya.
Syukron.😉😉😉
Wassalam.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top