14. Merasa Bersalah

Tak perlu sibuk mencari cinta manusia, karena yang membolak balik hati adalah Allah. sibuklah hanya mencari cintaNya, karena mudah bagiNya untuk menyimpan cinta di hati hamba-hambanya.
Aagym


Di sinilah aku sekarang. Di bangku taman Rumah sakit, duduk sendiri menikmati pemandangan langit abu-abu menua yang telah mengikis keberadaan mega merah yang tadinya terlihat dengan jelas menghiasi langit yang sebelumnya cerah.

Ya Allah. Hati ini begitu gelisah. Pikiran ini benar-benar terusik dengan kata-katanya tadi. Aku merasa bersalah. Apakah yang di alami Kak Ishaq saat ini semuanya gara-gara diriku?.
Tapi aku kesel dan ingin marah kalau ingat kata-kata terakhirnya, menuduhku pacaran segala.

Perasaan yang campur aduk dalam qalbuku membuatku menutup wajahku dengan kedua tanganku, kemudian mengusapnya dengan kasar.

Tak terasa buliran air menetes membasahi kedua telapak tanganku. Saat gelisah yang menyiksa hati, dengan keluarnya air mata seperti ini bisa menjadi salah satu caraku untuk mengurangi kesesakan hatiku.

"Ehm.... "
Terdengar suara deheman lembut dari arah sampingku.

Sontak aku mengusap wajahku yang masih basah. Aku tak mau terlihat menangis oleh siapapun.
Kulihat dalam cahaya remang di sini, sepertinya wajah akhwat di depanku ini, aku mengenalnya?. Aku lebih memicingkan kedua mataku fokus, agar terlihat lebih jelas. Benar saja dia telah tersenyum manis di hadapanku dengan gamisnya yang syar'i berwarna ungu muda.

"Assalamu'alaikum Fathimah," ucapnya tersenyum yang kini telah duduk tepat di sampingku.

Akupun membalas salam dan senyumnya dengan hal yang serupa.

"Fathimah kok sendirian saja di sini?"

"Hehe lagi pengen nikmati suasana malam ini aja, Kak," elakku berusaha tersenyum ke arahnya.

"Oia Kak Diyah kok ada di sini? siapa yang sakit?" tanyaku lagi berusaha mencairkan suasana hatiku.

Yah... yang duduk di sampingku saat ini adalah Kak Diyah. Kakak perempuan dari mukhlis.

"Pamanku sakitnya kambuh lagi, Fath. Lebih parah dari yang sebelumnya. Jadi sampai di rawat di rumah sakit ini. Udah dari kemarin sih sakitnya. Aku baru sempat datang sekarang," jawabnya yang membuatku mengangguk-anggukkan kepala faham.

"Kalau kamu?"

"Itu Kak, Kakak sepupuku yang sakit."

Kak Diyah membulatkan mulutnya, ber oh riya menanggapi jawabanku. Lantas aku hanya diam.

Hening beberapa detik.

"Lagi ada masalah?"

Pertanyaan yang membuatku kaget dan membuatku mengerutkan keningku sendiri. Dari mana Kak Diyah tau?. Rasa penasaranku mengetuk batinku.

"Tuh... mata kamu sembab. Habis nangis ya?" Tanyanya kembali, seakan tau apa yang baru saja aku pikirkan.

Aku hanya menundukkan kepala menanggapinya, malu karena sudah ketahuan.

"Cerita aja Fath, nggak usah sungkan. Kakak mau kok jadi teman curhatmu. Dengan bercerita, biasanya hati kita akan lebih tenang dalam menghadapi masalah. Sapa tau Kakak bisa bantuin jalan keluarnya. Iya kan?" ucapnya, kemudian meraih tanganku ke genggamannya.

Akupun menatap wajahnya yang begitu cantik. Senyuman yang menghiasi wajahnya, membuatku sedikit lebih tenang karena perhatiannya itu. Akupun berpikir mungkin tak ada salahnya aku cerita kepadanya.

"A-aku bingung kak," ucapku sedikit gugup. Kemudian diam dan menghela nafas dalam.

"Bingung kenapa?"
Tanyanya sembari mengelus-ngelus tanganku.

Akupun menceritakan apapun yang mengganjal dalam hatiku kepadanya. segala sesuatu yang membuatku gelisah kuungkapkan sampai tuntas tas tas... 😉😉😉

Lumayan lega rasanya setelah menceritakan semuanya kepada Kak Diyah, beban dalam hati terasa berkurang.

"Fathimah...
Cinta itu anugerah dari sang Maha Pencipta. Cinta itu tak bisa dipaksakan agar mau datang dan terpatri di hati kita. Jadi kamu gak usah merasa bersalah seperti ini. Jawablah apa adanya kepada kakakmu itu. Dan mintalah pengertiannya.
Seharusnya kakakmu yang berusaha menerima dan mengerti keadaan hatimu."

"Oia... Kak Diyah pernah baca kata-kata dari AAgym. Bahwa seharusnya kita manusia tak perlu sibuk mencari ataupun mengejar cinta manusia. Fokuslah untuk mencari cinta Allah. Karena hanya Allah yang kuasa membolak balikkan hati manusia.

Lagian nih, orang yang kita cintai sebelum halal belum tentu dialah jodoh yang Allah anugerahkan untuk kita. jadi intinya cinta itu tak harus memiliki." Sesaat kak diyah tersenyum menatapku yang fokus mencerna setiap kata-katanya.

"Kamu ngerti kan?" Akupun mengangguk mendengar pertanyaan yang dilontarkannya.
Hatiku terketuk, menyadari atas rasaku yang masih tak pantas untuk Mukhlis, adiknya.
Bagaimana ya kira-kira kalau Kak Diyah sampai tau rasaku kepada adik laki-lakinya itu? Batinku.

"Apa sekarang kamu jatuh cinta terhadap laki-laki lain?" tanyanya lagi, membuatku terkejut dan gugup untuk menjawabnya. Aku hanya bisa bergeming dalam ketertundukanku.

"Dengan diammu kayak gini, itu berarti jawaban kamu iya, Dek."
Kepalaku langsung mendongak. Kulihat Kak Diyah tersenyum manis dan akupun tersenyum serta tertunduk kembali, benar-benar malu.

"Boleh kan Kak Diyah panggil kamu Adek?"
Akupun senang mendengarnya, membuatku mengangguk dengan semangat.

"Boleh Kak. Malah Fathimah seneng. Jadi berasa punya kakak perempuan," jawabku antusias saking senangnya.

"Berarti mau donk jadi adik iparku?" tanyanya mengerlingkan mata menggodaku. Senyumnya tak terlewatkan lebih lebar saat ini. Membuatku terdiam, sedikit berpikir mengerutkan keningku.
"Ha?" Aku melongo. Pikiranku mencerna satu kalimat yang sedikit sulit kucerna.

Kalau adik ipar berarti???. Batinku bertanya-tanya.
Hah??? Aku sama mukhlis??? Iiiih... yang benar sajaa... teriakku senang... tapi dalam batin.
Aku jadi senyum-senyum sendiri mengabaikan pertanyaan Kak Diyah.

"Yeeeee... Berarti mau donk." Sorak Kak Diyah senang. (Kayak anak kecil dapat coklat)

Aku jadi tertawa melihat tingkahnya seperti ini. lucu saja menurutku.
"Iihh... kak diyah apaan sih," gerutuku menunduk menatap kakiku yang saling beradu salah tingkah, sedangkan mukaku pasti sudah memerah, bersemu malu.

📲📲📲Rohman yaa Rohman sa'idni yaa rohman.

Terderang nada dering hp dari arah saku gamis Kak Diyah.
Kulihat Kak Diyah langsung menerima telpon tersebut.

"Assalamu'alaikum..."

/.../

"Memangnya ada apa, Dek?"

Degh..
Apa yang barusan Kak Diyah katakan?
Dek?
Haduh... aku kok jadi deg deg an gini ya. Batinku berkecamuk sekarang.

/..../

"Owh... kakak lagi di taman sekarang."

/..../

"Oke kakak tunggu ya. Ge Pe eL ya dek. GAK PAKEK LAMA." Ucap Kak Diyah penuh penekanan dengan melirik ke arahku tersenyum. Mengintrupsi orang yang di seberang sana yang kuduga pasti Mukhlis agar secepatnya ke sini.

/.../

"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh."

Irama jantungku semakin cepat berdegup.
Sudah hampir sepekan kami tak bertemu. Rasanya kangen juga ya. Jadi tak sabar ingin ketemu. Batinku membuatku tak sadar menyungging senyum.

Setelah Kak Diyah menutup teleponnya. Keheningan sejenak menghiasi di antara kami.

"Oia dek. Kapan kamu pulang ke rumah?"

"Mmmm belum tau sih Kak pastinya kapan. Kalau rencananya sih lusa. Karena hari senin Abi sudah masuk kerja."

"Oh gitu... kalau gitu mungkin hari Selasa atau Rabunya aja ya, Kakak akan ke rumahmu. Boleh nggak?"

"Ya pasti boleh banget lah, Kak. Malah Fathimah seneng banget kalau Kak Diyah mau main ke rumah," jawabku kegirangan. Karena selain ada teman di waktu liburan.
Aku memang senang bersama Kak Diyah seperti ini. Berasa kakak sendiri.

"Kak Diyah..."
Tiba-tiba terdengar suara panggilan dari arah belakang kami, membuat kami berdua menoleh seketika.

Degh...jantungku tak berdetak normal karena dialah yang kini berdiri di depan penglihatanku.

ya Allah... Kenapa hati ini berdesir saat bisa bertemu kembali dengannya. Desiran hati yang mengundang bibirku ingin selalu mengukir senyum. Bahagia, iya... itulah yang aku rasakan.

Dia tertegun saat pandangan kami bertemu, astaghfirullahal'Adhzim dengan segera kutundukkan pandanganku. Melihat ke arah lantai jalan yang aku pijak dengan tanganku yang saling meremas untuk mengurangi rasa gugupku.
Beginilah kebiasaanku setiap awal bertemu Mukhlis. Jantung yang deg deg an membuatku salah tingkah.

"Eh.. ada Fathimah. Assalamu'alaikum," ucapnya menghampiri tempat duduk kami.

"Wa'alaikumsalam warohmatullah," jawabku tetap menunduk

"Fathimah apa kabar? Kok ada disini? Siapa yang sakit?"
Dia mulai membrondongku dengan beberapa pertanyaan yang menimbulkan tawa Kak Diyah. Akupun ikut tersenyum.

"Tanyanya satu persatu kali dek. Semangat amat. Kasihan tuh Fathimahnya jadi bingung gitu."

"Hehe iya-iya maaf." jawabnya sembari menggaruk Belakang kepalanya yang tak gatal.

"Alhamdulillah baik. Lagi nemenin Kakak yang sakit."

"Owww... sa-"

"Hachchiiimm. Alhamdulillaah," Suara kak diyah memotong ucapan mukhlis membuat aku dan Mukhlis sontak menoleh ke arahnya dan berucap.

"Yarhamukillah.."

"Yahdikumullah wa yushlihu balakum."

"Aamiin."

💌💌💌

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
memerintahkan umatnya untuk mengucapkan
tahmid tatkala bersin.
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ﺇِﺫَﺍ ﻋَﻄَﺲَ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﻓَﻠْﻴَﻘُﻞِ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ
ﻭَﻟْﻴَﻘُﻞْ ﻟَﻪُ ﺃَﺧُﻮْﻩُ ﺃَﻭْ ﺻَﺎﺣِﺒُﻪُ : ﻳَﺮْﺣَﻤُﻚَ ﺍﻟﻠﻪُ ،
ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻗَﺎﻝَ ﻟَﻪُ ﻳَﺮْﺣَﻤُﻚَ ﺍﻟﻠﻪُ، ﻓَﻠْﻴَﻘُﻞْ : ﻳَﻬْﺪِﻳﻜُﻢُ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﻳُﺼْﻠِﺢُ ﺑَﺎﻟَﻜُﻢْ
"Jika salah seorang di antara kalian bersin,
hendaklah ia mengucapkan Alhamdulillah,
jika ia mengatakannya maka hendaklah saudaranya atau temannya membalas:
yarhamukalloh (semoga Allah merahmatimu).
Dan jika temannya berkata yarhamukallah,
maka ucapkanlah:
yahdikumulloh wa yushlihu baalakum
(semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu)."
(Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhori, no. 6224
dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu )

💌💌💌


"Hehe maaf-maaf. Abisnya tiba-tiba nih hidung gatal," cengir Kak Diyah sambil menunjuk hidungnya yang tampak sedikit memerah. Kami berduapun tersenyum ke arahnya.

"Sakit apa, Fath?" Mukhlis melanjutkan pertanyaannya.

Setelah menjawabnya. Tak terasa kami jadi asyik ngobrol sendiri persoalan liburan yang telah kami lewati beberapa hari ini. Mulai dari tempat yang kami kunjungi dan kegiatan apa saja yang kami kerjakan selama liburan yang tinggal sepekan lagi.

"Plak ... plak... merananya diriku di cuekin. Sampai nyamuk-nyamuk ini mendekatiku ingin menemani," protes kak diyah menepuk kedua tangannya berpura-pura memukul nyamuk. Membuat kami berdua terkekeh menatapnya.

"Hehe.. lebay deh lebay," ucap Mukhlis setelah habis tawanya.

"Abisnya dari tadi asyik ngobrol sendiri. Kakak dikacangin."
Kali ini sikap manja Kak Diyah muncul. Merajuk bersedekap dengan bibirnya memanyun.

Aku hanya bisa tersenyum melihat interaksi dua bersaudara itu yang baru ku ketahui kalau Kak Diyah merajuk gitu, seolah terbalik. Kak Diyah jadi seperti adiknya Mukhlis aja. Hihi.

"Iya deh.. maaf maaf. Nih Mukhlis punya cokelat. Mau???".

"Waaahhh. Mau mau... kalau gitu lanjutin deh ngobrolnya. Aku mau habisin dulu."
Dengan girangnya Kak Diyah akan meraih kedua cokelat yang ada di tangan Mukhlis.

"Eiiiittsss.... satu aja kali, Kak. Yang satu lagi buat Fathimah ya," ucap Mukhlis yang langsung menyerahkan cokelat di tangan kanannya ke arahku.

"Gak apa-apa deh, Lis. Buat Kak Diyah semua," timpalku menggeleng dan tersenyum, menolak secara halus pemberian Mukhlis.

"Hehe... gak deh. Buat Fathimah aja deh. Kak Kiyah nggak rakus kok dek." Jawab Kak Diyah tersenyum kepadaku. Akupun membalasnya dan menerima coklat dari tangan Mukhlis.

"Kakiku pegel nih, Kak. Bagi tempat duduk dooong. Tega amat sih dari tadi gak ada yang nawarin aku duduk," ucap mukhlis saat aku dan Kak Diyah menikmati perpaduan manisnya cokelat dengan gurihnya kacang ini. Hmmm yummi.😜

Tak lama setelah Mukhlis duduk.
Terdengar kumandang adzan dari masjid sebelah Rumah sakit ini. Kami bertiga pun segera beranjak. Segera memenuhi panggilan pertanda masuknya waktu sholat isya' ini.

Selepas sholat. Kamipun berpisah, Kak diyah dan Mukhlis berpamitan untuk pulang duluan. Setelah cipika cipiki dengan Kak Diyah. Aku pun segera menuju kamar tempat Kak Ishaq dirawat.

Di sepanjang koridor rumah sakit. Aku merasa sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan Kak Diyah dan Mukhlis. Dengan kehadiran mereka hatiku saat ini sedikit lega dan tak segelisah tadi sebelum aku mencurahkan isi hatiku.

Alhamdulillah... gumamku dalam hati.

Bugh....

Innalillahi... tak terasa aku sedikit berteriak karena tiba-tiba saja ada seorang gadis tergeletak jatuh tepat di sampingku.

Seketika orang-orang di sekitarku mendekat dan dengan segera gadis itu di bawa masuk kedalam sebuah kamar. Tampak dari baju yang di pakainya yang berwarna biru, aku bisa menyimpulkan bahwa dia seorang pasien. Tapi tadi aku tak melihat ada selang infus di tangannya? Pikiranku mulai bertanya-tanya.

Sayup-sayup terdengar suara orang-orang di sekitarku mengatakan bahwa gadis itu akan kabur dan saat ini tak ada keluarga yang menemani.

Astaghfirullahal'adhzim. Kasihan ya.
gumamku.
Segera ku melanjutkan langkahku ke tujuan semula.

"Assalamu'alaikum," ucapku sembari memutar knop pintu dan membukanya.
Terdengar jawaban salam yang bersamaan.

"Dari mana aja, Kak?" Timpal Ahmad begitu aku duduk di sampingnya.

"Dari mushola tadi dek sholat isya'."

"Oia.... malam ini kita pulang ya, Kak.
Soalnya kata susternya tadi yang boleh menginap di dalam hanya satu orang saja."

"Oh ya udah kalau gitu. Kita mau pulang jam berapa?"

" 15 menit lagi ya, Kak. Ahmad mau sholat dulu."
Akupun menganggukkan kepala dan kini laki-laki yang tingginya hampir menyamaiku itu beranjak meninggalkanku menuju keluar ruangan.

Penglihatanku tertarik ke arah benda pipih di atas meja yang baru ku sadari kalau hp ku ternyata sedari tadi ku tinggal di ruangan ini.

"Setelah sholat maghrib tadi ke mana, Dek?"
Tanya kak syifa menghampiriku mengurungkan niatku yang akan membuak kunci layar ponselku. Akupun menaruhnya di saku gamisku.

"Duduk-duduk di taman depan, kak."

"ooo...."

"Gimana perkembangan keadaan Kak Ishaq, Kak?"

"Tuh.. nanya sendiri sama orangnya. Dari tadi dia nanyain kamu mulu," ucap Kak Syifa yang sudah mulai sibuk dengan ponsel ditangannya.

Akupun menoleh ke arahnya. Kulihat dia mengangguk, memanggilku untuk duduk di kursi yang sudah kosong di samping ranjangnya.

"Kakak sudah minum obat?"
Tak ada suara yang menjawab. Hanya anggukan yang terlihat olehku. Akupun hanya bisa diam, entah... aku bingung mau ngomong apa lagi.

"Tadi di taman sama siapa? Kayaknya asyik banget ngobrolnya?"

Degh.. Serasa hati ini terhujam. Kok Kak Ishaq tau sih. Gumamku dalam hatiku.

"Kamu bingung? Aku tau itu dari mana?"
Pertanyaannya berhasil mewakili kata hatiku.

"Coba kamu lihat jendela itu." Akupun menoleh mengikuti arah pandangnya.

Ya Allah... pantas saja Kak Ishaq tau. Lewat jendela itu aku bisa melihat keadaan taman yang aku tempati tadi saat bersama Kak Diyah dan Mukhlis.

Meski pandangannya tak terlalu jelas. Tapi netra ini bisa melihat lalu lalangnya apapun yang berada di sana. Pasti Kak Ishaq tau aku tadi bersama 1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.

"Tadi gak sengaja ketemu teman sama kakaknya. Jadi ngobrol-ngobrol di sana," jawabku sekenanya.

"Kenapa tadi gak langsung kesini?"

"Lagi ingin aja, duduk ditaman," jawabku singkat.

"Gara-gara ucapanku tadi, kamu mau menghindariku lagi?"
Aku melirik ke arah Kak Syifa sebelum menjawab pertanyaannya. Takut saja Kak Syifa menyimak obrolan kami, Karena aku nggak mau yang lain sampai tau masalah diantara kita.

"Nggak usah khawatir. Syifa udah tau semua kok."
Katanya membuatku benar-benar kaget sehingga langsung melotot ke arahnya.

"Hahaha...."
Dia malah tertawa lepas melihatku. Aku benar-benar kesal sekarang. Kenapa sih kok malah cerita sama Kak Syifa?. Kalau mama dan papanya juga tau gimana? Pikiranku mulai berkeliaran menduga-duga.

"Yaelaaaah... bercanda kali, Dek." Katanya sembari memegang perutnya setelah puas menertawakanku.

Bugh... akupun memukul kakinya yang terbungkus selimut.
"Gak lucu kali, Kak," ucapku kesal.

"Ayo jawab dulu pertanyaanku. Mau aku ulangi lagi dengan suara keras biar semua orang tau?"
Ucapannya sekarang malah memaksaku untuk menjawab setelah tawanya benar-benar berhenti.

"Lebih tepatnya bukan menghindar, Kak. Fathimah hanya ingin sendiri aja, untuk berpikir dan nenangin diri."

"Jadi???"

Aku mengerutkan keningku saat mendengar pertanyaannya yang sangat singkat itu.

"Diterima atau ditolak?" Tanya Kak Ishaq dengan wajah penasarannya.

"Apanya sih kak yang diterima atau ditolak?" Suara Kak Syifa tiba-tiba menengahi obrolan kami. Yang membuat Kak Ishaq sedikit salah tingkah, menggaruk-garuk belakang kepalanya., bingung mau menjawab apa...

Bersambung......

[{{Kira kira rahasia Ishaq dan Fathumah akan terbongkar apa nggak ya???

ayo dong di jawab... 😉😉😉



22 Rojab 1439H.
Repost : 21 Robi'ul Awwal 1441 H

**Assalamu'alaikum reader's

Maaf ya baru update.
Semoga gak lupa dengan jalan ceritanya ya.

💌 adab bersin.

semoga bisa menambah ilmu dan bermanfaat setelah baca cerita ini. aamiin.

Jangan lupa tuk baca Al Qur'an setiap hari ya.

"Allaahumma baarik lanaa fiirojaba waa sya'baana waballighnaa romaadhona. aamiin"

Di tunggu vote dan komentarnya di kolom bawah 👇☺☺

Wassalam...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top