13. Insiden
Suatu keinginan yang terkadang tak bisa di dapatkan,
saat itulah kesabaran di uji.
Menahan Rasa yang terkadang hanya memberikan kegelisahan dalam hati tak dapat terhindarkan
karena hati tak bisa di bohongi.
Kerinduan mendera dalam rasa
karena suatu sebab yang berawal.
Cinta makhluk yang pernah tak teraih
meski harap tak kunjung sirna.
Mungkin kan bisa terobati dengan datangnya
Cita dari cintaNya.
Semangat tuk meraih cita itu bisa menggilis kekecawaan
dan kegelisahan yang pernah meraup diri ini.
Langkah demi langkah harus selalu di jalani
tanpa Ada asa yang menyelimuti,
meski tak ayal aral melintang di setiap halauan langkah yang baru saja bermula.
Semangat karena Allah lah yang harus senantiasa terkobar tuk menggapai ridho hanya dari Nya...
*Akhwatul_iffah*
🌟🌟🌟
Suara panggilan Ahmad yang sempat memekik di telingaku dan kak syifa, membuat kami kaget dan langsung menoleh ke arahnya.
"Kenapa, Dek?" tanya kami berdua.
"Itu-itu, Kak. Kak Ishaq pingsan di ruang tengah," jelasnya masih dengan nafas yang belum teratur.
"Innalillahi."
Langsung saja kami beranjak dengan penuh rasa khawatir menuju ruangan di mana Kak Ishaq terbaring, di sofa panjang yang terletak di depan televisi.
Di sana sudah ada Kakek dan Nenek yang menemani Kak Ishaq dengan wajah yang benar-benar cemas.
Kak Syifa pun segera mengambil minyak kayu putih di kotak obat yang terletak di dekat dapur.
Aku langsung meraih telepon genggam di atas meja lemari yang terletak di belakang sofa guna menghubungi nomor Abi yang memang telah aku hafal.
Sedari pagi. Memang Abi, Ummi, Bibi dan Paman sudah keluar untuk belanja katanya sekalian jalan-jalan pagi.
Tuut... tuuut .... tuuut...
Kemana sih Abi kok lama angkat teleponnya. Gerutuku penuh kegelisahan, kakiku saja tak mau diam menepuk-nepuk lantai.
Tuuut.... tuuuut
"Assalamu'alaikum Abi. Kak Ishaq, Bi. Kak Ishaq pingsan," ucapku panik.
/..../
"Iya, Bi.. cepetan ya. Hati-hati."
/..../
"Wa'alaikumsalam warohmatullah."
Klek... kuletakkan kembali gagang telpon ketempat asalnya.
---***---
Tak lama, Abi dan lainnya datang bersamaan dengan Kak Ishaq yang baru saja siuman.
"Abang kenapa, Sayang?"
Tanya tante Zulfa yang langsung duduk bersimpuh di dekat Kak Ishaq. Membelai pucuk kepalanya penuh kekhawatiran.
Kulihat Kak Ishaq tersenyum seraya satu tangannya memegang punggung mamanya lalu menggelengkan kepalanya.
"Abang gak papa kok, Ma.
Uhuk... uhuk ...
Tadi tiba-tiba pusing aja," ucapnya disela-sela batuknya.
"Enggak. Enggak.. ini kulit kamu panas. Batuk batuk lagi. Kita ke dokter ya. Mama hawatir kamu kenapa-kenapa."
"Iya Ishaq... lebih baik kita mastiin dulu keadaan kamu dengan periksa ke dokter. Periksakan sejak dini kalau ada gejala-gejala aneh dalam tubuh. Agar tak terlambat penanganan yang menjadikan penyakit semakin parah," timpal Om Ismail yang berdiri di belakang mamanya Kak Ishaq.
-**-
Ishaq Pov
Rumah Sakit,
Yah... di sinilah aku terbaring lemah, di salah satu ruang inap pasien dengan tangan yang sudah terpasang selang kecil ke tabung infus.
Badanku lemah, karena sedari pagi aku enggan mengisi perutku. Benar-benar gak ada nafsu makan, lidah ini hanya merasakan pahit.
Dokter menfonis diriku mengidap penyakit types. Jadilah aku harus dirawat di sini sampai keadaanku benar-benar pulih kembali.
"Assalamu'alaikum."
Terdengar beberapa suara yang bersamaan dari balik pintu yang hanya sedikit terbuka. Tak lama muncullah salah satu di antara mereka. Sosok seorang gadis, yang selama ini masih aku cintai, Fathimah.
"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh."
Aku dan mama kompak menjawab salamnya. Ku lihat mama segera beranjak dari tempat duduknya ke arah pintu menyambut mereka yang datang. Fathimah, Ahmad dan syifa.
Akupun tersenyum ke arah mereka yang berjalan mendekat dan membawa satu parsel yang berisi beraneka ragam buah-buahan.
"Gimana keadaannya sekarang, Bang?" tanya Syifa yang memang langsung berdiri di dekatku. Sedangkan Fathimah menemani mama yang duduk bersandar dengan wajah lelahnya di sofa.
"Alhamdulillah udah mendingan, Dek. Uhuk uhuk," jawabku sembari menutup mulut kemudian tersenyum.
Kulihat Ahmad yang mulai menarik kursi untuk duduk di sebelah kananku.
"Kata dokter Kak Ishaq sakit apa?" Tanya ahmad.
"Kata Dokter, aku sehat-sehat aja kok, Yas." ucapnya mengangkat tangan kirinya memperlihatkan ototnya.
(Kak ishaq kalo manggil adik Fathimah bukan Ahmad. Tapi Ilyas. Kan namanya Ahmad Ilyas Maulana😉)
"Yeeee.. mana ada orang sehat malah di tusukin pakek selang kayak gini, Kak?" ucapnya memukul pelan lengan Ishaq sebelah selang infus.
"Hehe... biar lebih kuat, Bro." katanya masih ngeles.
"Hahaha... iya deh iya. Masih gengsi aja mengakui kalau diri sakit."
Berikutnya terdengar gelak tawa keduanya bersamaan.
"Gak gitunya, Yas. Bukankah sudah seharusnya sakit itu kita nikmati juga. Agar kita lebih bersyukur dikala kita sehat.
Karena nikmat sehat yang sering kita lalaikan, sehingga kita tidak memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Maka dari itu kita hidup perlu dengan yang namanya sakit. Agar kita lebih bersyukur dan kembali berusaha mempergunakan waktu sehat kita dengan amalan amalan yang diridhoi oleh Sang Pemberi Nikmat," tuturnya panjang kali lebar, membuat Ilyas mengangguk-anggukkan kepalanya berulang kali.
💌💌💌
Dua nikmat ini seringkali dilalaikan oleh manusia.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ﻧِﻌْﻤَﺘَﺎﻥِ ﻣَﻐْﺒُﻮﻥٌ ﻓِﻴﻬِﻤَﺎ ﻛَﺜِﻴﺮٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ، ﺍﻟﺼِّﺤَّﺔُ ﻭَﺍﻟْﻔَﺮَﺍﻍُ
” Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”.
(HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
💌💌💌
"Iya deh iya, Pak Ustadz Muhammad Ishaq Iskandar. Hehe, " timpal Ilyas yang mengakui kebenaran perkataanku.
Candaan kita terus mengisi ruangan ini. Sedangkan Fathimah, Syifa dan Mama masih asyik ngobrol sendiri di sofa yang tak jauh dari ranjang pesakitanku.
*-*
"Bang... Mama pulang dulu. Mereka bertiga katanya mau nginep disini malam ini. Besok pagi in syaa Allah Mama balik lagi kesini."
Mendengar suara Mama, akupun menoleh ke arah kiri. Terlihat mama yang telah berdiri menggantikan posisi tempat Syifa berdiri tadi.
Akupun tersenyum kearahnya,
"Iya, Ma. Mama gak perlu hawatirin Abang. Abang udah mendingan kok.
Mama pulang sama siapa?"
"Assalamu'alaikum."
Tiba-tiba terdengar suara berat dari arah pintu yang terbuka memutus percakapan kami.
"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh."
Kami yang berada dalam ruangan dengan serempak menjawab salam itu dan teernyata sosok papa lah yang muncul masuk.
"Nih, Papa kamu sudah datang. Jadi Mama pulangnya sama Papa."
Ku lihat mama tersenyum setelah Papa mendekat ke arahnya.
"Gimana kabarnya, Nak?"
"Alhamdulillah udah lebih baik, Pa," jawabku tersenyum melihat ke arahnya.
"Alhamdulillah.."
"Yaudah yuk, Pa. Kita pulang, biar nggak kemaghriban nyampek rumah," ajak Mama yang langsung membuat Papa menganggukkan kepalanya.
Setelah keluarnya Papa dan Mama dari ruangan. Ahmad pun pamit keluar katanya mau beli minuman hangat. Sedangkan syifa sedari tadi sudah ikut Papa dan Mama keluar, mengantar mereka.
Kini aku di ruangan yang tak seberapa besar ini hanya berdua dengan Fathimah.
Kulihat dia sok sibuk dengan ponselnya. Dan aku di kacangin. Astaghfirullah nih anak ya. Ngegemesin banget kalau lagi diem, fokus gitu. Wajahnya keliatan polos banget. Tapi cantik. Batinku ku tak terasa bibirku tersenyum dengan sendirinya.
"Ehm...sebenarnya. niat gak sih jenguk orang sakit?. Masih aja sibuk dengan benda tipis yang tak bergerak itu," sindirku datar dengan memandang keluar pintu yang memang sedari tadi terbuka.
kulirik sedikit ke arahnya dia mendongak dan meletakkan hpnya di atas meja. Dan berjalan mendekat ke arahku.
"Maaf kak, tadi ada temen yang chat. Gimana keadaan kakak sekarang?"
"Ngak kreatif banget sih pertanyaannya. Sama aja dengan yang lain sedari tadi," jawabku judes tanpa melihat ke arahnya. Tapi sesekali meliriknya.
"iiih... judes amat sih jawabnya."
Ku dengar gerutuannya. Mungkin karena kesal dengan jawabanku, dia membalikkan badannya hendak keluar. Langsung saja ku raih lengannya, mencegahnya agar dia tak menjauhkan posisinya lagi dariku.
Jujur, aku kangen banget sama dia. kangen berdekatan dan berakrab ria dengannya seperti dulu. Dia yang begitu manja, sering aku jailin sampai sering bikin dia ngambek dan itu yang bikin aku sayang banget sama dia.
Sudah lama juga aku bersikap cuek dan galak kepadanya. Sikap yang ku kira bisa membuatku move on dari perasaan yang telah ditolaknya.
Tapi... perkiraanku masih tak sesuai dengan kenyataan. Perasaanku sejak dulu tak pernah berubah sedikitpun terhadapnya sampai saat ini. Aku sebenarnya sangat frustasi karena tak bisa melupakannya.
"Sampai kapan Kak Ishaq akan terus mencandu rokok? Apa kakak gak kasihan sama badan kakak sendiri? Sampai menggunakan benda berbahaya itu?"
Pertanyaan itu muncul tanpa sedikitpun dia berbalik menatapku. Aku hanya diam, terkejut mendengar pertanyaan itu.
Aku tak habis pikir dari mana dia tau kalau aku suka merokok?.
Yah... setahun yang lalu aku mulai mengenal benda batangan yang bikin candu itu. Aku sangat frustasi dengan perasaanku yang belum juga bisa move on darinya. Selera makanku berkurang. Jadilah aku melampiaskannya pada benda hisap itu.
"Dari mana kamu tau itu?"
Tanyaku melepas genggamanku di lengannya.
"Ditanya malah balik nanya. Nyebelin banget sih." Rajuknya berbalik menatap ke arahku.
Aku tersenyum melihatnya. Aku sangat suka melihat wajahnya kalau lagi sebel dan merajuk seperti itu.
Aku Sangat kangen dengan wajah itu...Sangat manis dan cantik. Bikin gemes. batinku.
"Ihhh... sekarang malah senyum-senyum," ucapnya sembari memukul lenganku, kemudian membalikkan badannya hendak menjauh. Tapi urung, karena aku segera meraih lengannya kembali dan menarik tangannya ke depan agar lebih mendekat.
"Allahuakbar."
Ku dengar dia melafalkan takbir. Mungkin kaget karena aku menariknya, sedangkan tangan kanannya dengan kokoh berpegangan pada sisi ranjang. Menahan tubuhnya agar tak terjatuh kepelukanku.
"Kalau aku berhenti ngerokok. Apakah kamu bakalan mau nerima cintaku?. Lagian aku lebih sayang sama kamu dari pada badan aku sendiri, Fathimah." Jelasku saat wajah kami agak berdekatan, hanya berjarak 20 cm dari wajahku. Membuat jantungku berdetak lebih cepat saat posisi seperti ini.
Andai saja kamu mau ku halalkan. Aku pasti gak mau jauh-jauh darimu, Fath. Aku ingin selalu menatap wajah cantikmu ini setiap hari, berdekatan denganmu membuatku candu. Dan aku benar-benar akan berjanji berhenti merokok. Batinku
kulihat dia hanya diam sebentar, kemudian beranjak menyempurnakan posisnya untuk berdiri dengab tegak. Tampak ia menggerak-gerakkan lengannya, memberontak ingin melepas genggamanku. Akupun melepasnya.
"Dek... Kakak gak bisa membuang rasa cinta ini meski sudah 2 tahun lamanya kamu menolaknya. Kakak frustasi dengan perasaan kakak ini yang tak kunjung sirna. Makanya kakak memilih merokok terus agar pikiran kakak terhindarkan dari mengingatmu terus."
Ku lihat dia tertunduk.
"Maafin aku Fathimah. Jika selama ini sikapku kurang baik terhadapmu. Aku ingin membecimu agar aku bisa melupakanmu. Makanya semenjak waktu itu, sikapku menjadi cuek dan galak kepadamu. Tapi apalah daya. Usahaku masih bisa terbilang sia-sia. Sama sekali aku tak bisa menghapus cinta ini di hatiku untukmu sampai detik ini."
Tak ada satu suarapun yang keluar darinya setelah aku menunggu beberapa menit. Dia masih terdiam dalam tunduknya.
"Atau mungkin sekarang kamu udah bahagia ya dengan pacar di Madrasahmu?"
Dia langsung menoleh kearahku saat ku ucapkan pertanyaan itu.
"Assalamu'alaikum."
Terdengar suara lembut Syifa yang tiba-tiba muncul dari arah pintu.
Sontak aku membuang muka dari wajah Fathimah yang masih menatapku dan menjawab salam dari adikku yang disusul kemudian jawaban salam darinya.
fathimah Pov
"Kalau aku berhenti ngerokok. Kamu mau nerima cintaku? Lagian aku lebih sayang sama kamu dari pada badan aku sendiri. "
Perkataannya terngiang-ngiang dalam pikiranku.
Aku bingung, aku sama sekali tak tau harus menjawab apa atas pertanyaan kak ishaq yang benar-benar membuatku serba salah. Jika aku menjawab "menerimanya" berarti aku telah membohongi hatiku sendiri. Dan aku gak mau menyiksa hatiku.
Sedangkan jika menolaknya lagi, aku merasa sangat kasihan kepadanya. Gara-gara aku, sekarang Kak Ishaq menjadi perokok dan divonis dokter mengalami radang paru-paru. Dan bagaimanapun caranya dia harus berhenti merokok agar keadaan paru-parunya tak bertambah parah.
Aku baru mengetahui faktanya bahwa dia berubah sikap selama ini karena dia ingin menghindari rasa cintanya. Begitu besarkah cintanya terhadapku?. Sampai-sampai dia menjadi seperti ini sekarang.
Ya Allah.... hamba bingung. Kenapa laki-laki yang mencintai hamba adalah kakak sepupu hamba sendiri. Sedangkan hamba hanya bisa menyayanginya sebagai kakak hamba sendiri. Memang dia adalah sosok lelaki tampan dan cerdas, ilmu agamanya pun lumayan bisa diandalkan.
Sebenarnya aku tak pantas menolaknya. Tapi apalah dayaku. Rasa Cinta, tak bisa dipaksakan untuk bisa tertoreh di dalam hati ini. Cinta itu karunia dariNya. Hamba sebagai manusia biasa, tak mampu memunculkannya sekehendak hamba sendiri.
Ya Muqollibal Qulub. Berilah petunjukMu yaa Robb. Doaku dalam hati yang penuh dengan kegelisahan.
Suara salam dari Kak Syifa tiba-tiba terdengar. Menyelamatkanku dari pertanyaan konyol Kak Ishaq itu.
Baru saja Kak Syifa di kamar Kak Ishaq, Ahmad pun datang bersamaan dengan terdengarnya suara adzan maghrib. Karena Kak Syifa yang lagi datang bulan. Jadilah Aku dan Ahmad saja yang pergi ke Mushola yang terletak di ujung jalan depan Rumah sakit ini.
Selepas Sholat maghrib berjama'ah, Aku tak langsung balik ke ruang inap Kak Ishaq tapi menuju taman yang tersedia di rumah sakit ini. Duduk sendiri menikmati pemandangan senja yang akan mengikis keberadaan mega merah yang tadinya terlihat dengan jelas.
"Ehm.... " terdengar suara deheman lembut dari arah sampingku.
suara deheman siapa ya kira-kira???
Bersambung.....
10 Rojab 1439 H
Repost : 20 Robi'ul Awwal 1441 H
***
Assalamu'alaikum sahabat reader's
Jangan lupa perbanyak baca istighfar ya di bulan rojab ini.
gan lupa perbanyak baca isyighfar ya.!
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَـعْبَانَ وَبَلِّـغْنَا رَمَضَانَ
Artinya : "Yaa Allah berkahilah kami di Bulan Rajab dan Sya'ban, serta perjumpakanlah kami dengan bulan Ramadhan
Alhamdulillah part 20 bisa terselesaikan hari ini.
💌 jangan lupakan nikmatnya waktu luang dan sehat.
Semoga bisa menambah ilmu dan bermanfaat ya.
Ditunggu vote dan komentarnya. 🌟😉😉
Wassalam....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top