12. Masa Lalu

"Cinta yang buta itu akan merusak kesucian cinta karena mengundang murka dariNya."

Akhwatul_iffah

Flashback on 2 tahun lalu.

Aaa... aaaa .... aaaa

Terdengar teriakan-teriakan itu secara bergantian saat aku baru masuk ke rumah hantu yang merupakan salah satu bagian dari area hiburan yang tersedia di tempat wisata "Multi area" ini.

Kami berempat memutuskan untuk berkeliling sendiri meninggalkan kedua orang tua kami masing-masing yang lebih memilih berkeliling terlebih dulu di area ilmu, tepatnya di museum wali songo.

Tempat wisata "Multi Area" ini terdapat berbagai area-area yang bisa dinikmati pengunjungnya.
Ada area ilmu, area hiburan, area Alam dan area bermain.

Kami sekeluarga pada liburan kali ini, memutuskan hari ini untuk rekreasi bersama. Mengingat memang rumah kami masih dalam satu area perumahan. Jadi keluargaku dan keluarga paman sering saling berkunjung dan liburan bersama. Meski hanya sekedar jalan pagi bersama.

Aku hanya menutup mata, saat tiba-tiba sekilas cahaya terlihat dalam kegelapan ruangan ini. Aku memang penaku, tetapi nekat masuk ke area ini akibat paksaan dari ke tiga saudaraku ini. Tanganku tak sama sekali terlepas dari tangan Kak Syifa yang dia lebih berani dari pada aku.

Aaaa....

Jeritku refleks ... saat muncul tepat di sampingku hantu wanita berbaju putih penuh darah dan berambut panjang.

Iiih... seremm. Aku menutup mata dan langsung memeluk punggung Kak Syifa. Sontak tawa Ahmad dan Kak Ishaq terdengar, membuatku menoleh kearahnya kesal.

"Sini, Dek. Sama Kakak." Kata kak Ishaq mengajakku bersamanya.

"Enggak, ah. Pasti Kak Ishaq isengin Fathimah entar," jawabku menolak ajakan Kak Ishaq yang memang suka jail dibalik setiap perhatiannya.

Kulihat dia terkekeh, kemudian  akupun meninggalkannya mengikuti langkah Kak Syifa dengan cepat. sedangkan Ahmad sudah pergi lebih dulu paling depan.

Aaaa... aku kembali menutup mata saat netra ini menangkap sosok mumi yang tiba-tiba bergerak keluar dari petinya yang berada di dekatku. Aku benar-benar takut.

Aku hanya berdiri sendiri saat ini, tak menemukan keberadaan Kak Syifa.

Dag dig dug. Jantungku memompa sangat cepat. Dengan gemetar kubaca ayat kursi dengan kedua tangan yang menutup wajah. Dengan suara lirih bibirku terus berkomat kamit. Aku benar benar takut, otot kaki seakan lemas tak kuat menahan tubuhku untuk berdiri, dengan perlahan punggung ini terduduk dengan lutut sebagai tumpuan.

Tak terasa aku terisak, menangis saking takutnya.
Ya Allah ... Ya Allah ... sebutku lirih tak melepaskan tanganku sama sekali dari wajahku.

Degh ... kembali aku terkejut saat dua tangan memegang kedua bahu.

"Tenang, Dek. Ini Kakak, Yuk."
Suara berat itu yang kukenal pasti suara Kak Ishaq.
Dia membantuku berdiri dengan perlahan dan menuntunku berjalan pelan. Aku berpegang ke arah lengannya dengan sangat erat. Aku masih takut untuk membuka mata dan takut kalau ditinggal sendiri lagi.

Aku pun mulai membuka mata. Saat  terpaan angin sejuk kurasakan menerpa wajahku dan tak ada suara bising yang menyeramkan lagi.

Pasti aku udah nyampek luar ruangan nih. Batinku.
Akupun mengusap air dimukaku yang sempat menetes tadi dari pelupuk mataku.

"Alhamdulillah," ucapku seraya melepaskan lengan Kak Ishaq. Dan Kak Ishaq pun mengajakku duduk di bangku yang tak jauh dari pintu keluar "Rumah Hantu" yang baru saja aku lewati.

Kakiku kok kayaknya aneh ya.
"Astaghfirullahal'adhzim," pekikku saat kulihat satu kakiku yang tak bersepatu.

"Kenapa, Dek?"
Tanya Kak Ishaq tampak kaget. Aku hanya nyengir menanggapi pertanyaan Kak Ishaq yang membuatnya bertambah bingung, terlihat dari kedua alisnya kini beradu.

"Sebelah sepatu Fathimah ketinggalan di dalam, Kak," jawabku merengek manja dan malu-malu.
Memang sejak kecil Kak Ishaq sudah kuanggap sebagai kakak lelakiku. Jadi tak jarang aku manja terhadapnya jika ingin ini itu.

Hahaha... terdengar tawa Kak Ishaq memecah. Aku hanya diam melototinya kesal.

"Ya udah nggak usah melototin kakak kayak gitu.
Kakak yang ambilin  atau kamu mau ikut masuk kedalam lagi?" tanyanya menaik-naikkan kedua alisnya mulai usil menggodaku.
Aku langsung menggeleng cepat, menolaknya.
Udah sekali ini aja aku masuk ke situ. Dan gak akan lagi. batinku.

"Ya udah kamu tunggu di sini dulu." Akupun mengangguk menurutinya.

"Kak Syifa dan Ahmad kemana sih? Kok mereka malah ninggalin aku," aku bermonolog sepeninggal Kak Ishaq.
Karena tadinya aku berniat mengejar mereka yang berjalan duluan, tapi malah tertinggal sendiri. Sedangkan Kak Ishaq memang selalu berada di belakangku. Sejak aku melalui pintu masuk tadi.

Sekarang tuh orang dua malah sama sekali gak kelihatan batang hidungnya.

Aku yang duduk manis sibuk dengan lamunanku sampai tiba-tiba satu sepatu terlepar ke arah kaki kananku.
"Allahuakbar," pekikku terkejut.

"Iiihh. Kakak resek banget sih. Ngagetin Fathimah." Rengekku kesal kepada Kak Ishaq yang kini malah senyum-senyum.

"Habisnya kamu asyik banget ngelamunnya. Nih."
Tangannya menyodorkan sesuatu yang membuat kedua mataku berbinar-binar. Senang sekali.

"Makasih Kak Ishaq yang baik hati... bismillahirrohmanirrohiim." langsung aku mencomot es krim coklat yang kini telah berada di tanganku dengan tak sabar ingin menghabiskannya. Karena selain memang tenggorokan kering habis menjerit dan menangis tadi. Es krim rasa coklat inilah menjadi es krim favoritku.

"Dek... Kakak mau ngomong sesuatu sama kamu. Boleh gak?" 
Kata Kak Ishaq yang telah membuang bungkus es krimnya yang telah kosong dari isinya yang dingin dan manis rasa vanila.

"He'em,"  jawabku sembari mengangguk.

Tak lama aku terkejut, langsung diam saat ada tangan yang memegang selembar tisu mengusapkannya ke bibirku pelan.

"Kamu nih. Udah gedhe juga makan es krim nya pakek belepotan."
Ucapan Kak Ishaq yang membuatku tersenyum canggung dan malu.

"Yuk, Dek" ajak Kak Ishaq tiba-tiba berdiri. Beranjak melangkah ke arah taman bunga dan akupun hanya mengikuti langkahnya.

Hanya beberapa menit, tibalah kami di salah satu bangku dekat papan tulisan (jagalah cinta seperti duri yang selalu menjaga mawarnya).

Kami pun duduk di bangku itu dengan jarak sekitar setengah meter dan mulai menikmati indahnya bunga mawar merah yang terhampar banyak di depan kami.

"Nih Fath."
Kak Ishaq tersenyum dan menyodorkan sekuntum mawar merah yang sangat cantik.

Tanpa berpikir lama, aku pun meraihnya dengan senang hati dan berterimakasih.
Kemudian aku mencium aroma wanginya yang sangat kusukai. Begitu segar... hmmm


"Fath..."

hening.

"Fathimah," ucapnya lagi karena tak ada respon dariku. Aku masih terpesona dengan keindahan ciptaan Allah yang saat ini ada di genggamanku.

Subhanallah...
betapa indahnya bunga ini.
Sangat cantik.
Bentuknya begitu elok.
Warna merahnya begitu menawan.
Wanginya begitu menusuk kalbu
Menyenangkan....
batinku


"Iya, Kak?" jawabku segera berpaling dari bunga yang masih kupegang seraya tersenyum.

Hening... tampak dia gusar dalam duduknya.

"Aku sayang sama kamu, Fath." Perkataan Kak Ishaq yang sontak membuatku menoleh ke arahnya, kaget.

Aku hanya terdiam, masih mencerna kata-kata 'sayang' yang meluncur tiba-tiba dari lisannya.
Tapi pikiranku berjalan positif dan akupun tersenyum lalu menjawabnya.

"Fathimah juga sayang sama Kak Ishaq.
Kita kan saudaraan, Kak. Jadi sudah selayaknya kan kita saling menyayangi," jawabku apa adanya.

Kulihat dia menggeleng, membuatku menarik bibirku kembali tak tersenyum.

"Kakak sayang kamu lebih dari saudara, Fath. Kakak cinta sama kamu."
Ku lihat dia menatapku dengan intens, tak berkedip terlihat begitu serius. Langsung saja ku tundukkan wajahku.

Degh..
Astaghfirullahal'adhzim.. jantungku berdetak cepat. Sama sekali tak pernah terlintas dalam pikiranku jika sayangnya itu cinta. Sedangkan aku, sama sekali tak punya cinta  untuknya. Aku hanya menyayanginya seperti  sayangku terhadap Ahmad.

"Fathimah mau kan kelak jadi istri Kakak?" tanya nya kembali yang membuatku kembali kaget untuk kedua kalinya. Tundukku semakin dalam. Aku sangat bingung.

Aku harus jawab apa? Aku sama sekali tak pernah berpikir tentang pernikahan karena baru 6 bulan lalu aku masuk Madrasah Aliyah dan sekarang usiaku masih 16 tahun.

"Maafin Kakak Fath yang udah tak sabar untuk mengutarakan perasaan ini ke kamu. Karena kakak udah tak tahan memendam ini lebih lama lagi.

Kakak udah merasakannya sejak 2 tahun yang lalu dan baru sekarang Kakak katakan ke kamu. Karena Kakak gak mau kehilangan kamu Fathimah," jelasnya lagi saat aku memilih diam.

"Fath...." panggilnya lagi.

Ku tatap arah depanku, melihat bunga yang berwarna merah itu telah merekah sempurna dengan keindahannya. Tapi apalah daya, sama sekali aku tak menikmatinya untuk saat ini.
Karena pikiranku melayang kebingungan. Bismillah... batinku menyebut nama Allah. Setelah sejenak kuberpikir.

"Kak..." panggilku memberanikan mata ini balas menatapnya. Tampak sejuta pengharapan dimatanya, penuh kesungguhan dengan rasa cinta.

Aku tak kuat menatapnya lebih lama, akhirnya aku lebih memilih menunduk dan meremas-remas tanganku sendiri mencari ketenangan dalam kegelisahan yang begitu mendera hatiku saat ini.

"Maafin Fathimah, Kak. Fathimah sangat menyayangi Kakak. Tapi sayang Fathimah sebatas saudara, Kak dan gak bisa lebih," ucapanku berhenti sejenak, menghela nafas.

"Kita kan saudara sepupu, Kak. Udah deket lagi. Kayak adik kakak yang sekandung. Masak iya kita nikah," jawabku sekenanya dibalik kegugupanku tetap kuberusaha tersenyum.

"Tapi kan saudara sepupu itu bukan mahrom Fath. Jadi kamu halal buat kakak nikahin."

💌💌💌

Karena dalam Al Qur'an telah jelas dijelaskan dalam
surat Al-Ahzab 33:50

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ إِنَّآ أَحْلَلْنَا لَكَ أَزْوَٰجَكَ ٱلَّٰتِىٓ ءَاتَيْتَ أُجُورَهُنَّ وَمَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ مِمَّآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَيْكَ وَبَنَاتِ عَمِّكَ وَبَنَاتِ عَمَّٰتِكَ وَبَنَاتِ خَالِكَ وَبَنَاتِ خَٰلَٰتِكَ ٱلَّٰتِى هَاجَرْنَ مَعَكَ وَٱمْرَأَةً مُّؤْمِنَةً إِن وَهَبَتْ نَفْسَهَا لِلنَّبِىِّ إِنْ أَرَادَ ٱلنَّبِىُّ أَن يَسْتَنكِحَهَا خَالِصَةً لَّكَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَۗ قَدْ عَلِمْنَا مَا فَرَضْنَا عَلَيْهِمْ فِىٓ أَزْوَٰجِهِمْ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُهُمْ لِكَيْلَا يَكُونَ عَلَيْكَ حَرَجٌۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

(Hai Nabi! Sesungguhnya Kami telah menghalalkan
bagi kamu istri-istrimu yang telah kamu berikan maskawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki
yang termasuk apa yang dikaruniakan
oleh Allah kepadamu dan demikian pula anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu,
anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu, dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan Mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang Mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang istri-istri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang)

💌💌💌


"MAaf kak. Fathimah hanya menganggap Kak Ishaq sebagai kakak Fathimah sendiri. Gak lebih,"
Kembali ku tertunduk dalam, merasa bersalah atas penolakan ini. Bagaimana lagi, aku harus jujur dengan perasaanku sendiri.

"Ya udah. aku anggap inilah jawabanmu. ME-NO-LAK-KU. Terima kasih Fath," ucapnya tegas penuh penekanan. Kemudian langsung meninggalkanku seorang diri.

Entahlah dia mau kemana, aku memilih bergeming. Masih shok dengan keadaan ini. Aku merasa tak peduli dengan sekitar, karena pikiranku seakan masih tak percaya atas apa yang baru saja aku alami.

Ya Allah.... ampunilah hamba yang telah menyakiti hatinya.

Tak berlama-lama aku termenung dalam kegelisahan. Bunga-bunga yang berwarna warni dengan kemekarannya  tak mampu melenyapkan gelisahku, serta tak membuat indra penglihatanku enggan beralih dari tatapan kosong.

Akupun segera beranjak, melangkah menuju area ilmu yang terletak di samping taman bunga ini. Mungkin, di sana aku akan menemukan sesuatu yang membuat aku tenang. Mengingat disitulah keberadaan mushola, tempat yang kubutuhkan saat ini.

Begitu ku lalui pintu masuk. Suasananya sunyi meski banyak orang berlalu lalang. Karena mereka menghargai orang-orang sekitarnya yang tenggelam dengan buku di genggamannya masing-masing. Selain buku-buku tertata rapi di dalam lemari kaca di pinggiran taman. Disampingnya juga tersedia bangku-bangku yang tertata rapi tak jauh darinya. Tempat ini juga tampak mushola beserta kamar mandinya di pojokan.

Tanpa keraguan lagi, kaki ini melangkah menuju mushola yang berukuran lumayan besar itu. Segera aku menyucikan diri kemudian melaksanakan sholat dhuha dalam kesendirianku saat ini.

Ya Allah.. ya Muqollibal qulub. Tsabbit qolbiy 'ala diinik. Doaku berkali kali setelah membaca doa selepas sholat dhuha.

-**-

"Alhamdulillah udah kenyang semua kan? Setelah ini kita pulang ya?" Tanya Abi setelah semua menyelesaikan makan siang bersama. Aku hanya tersenyum mengangguk. Begitupun yang lain.

"Tapi kita foto bersama dulu ya, Bi. Foto di taman yang sebelum pintu keluar," usul Ahmad yang langsung di setujui oleh Abi dengan anggukannya.

"Jam tangan aku mana ya?. Kok gak ada," ucapku lirih, berhenti melangkah.

Tanpa ku sadari Kak Ishaq berdiri di belakangku dan memberikan sesuatu kepadaku tanpa mengucapkan satu katapun dengan wajah datarnya dan benar-benar tanpa senyum sedikitpun.

Aku terkejut, menerimanya  dengan pikiran yang berkelebat kemana-mana. Kenapa perubahan sikap Kak Ishaq menjadi dingin gitu?. Dari tadi juga selalu menghindar saat berpapasan denganku. Apa dia masih marah kepadaku???

Diapun segera berlalu lewat sampingku tanpa mempedulikanku yang masih berdiri, diam terpaku.

"Ayo Mimaaah," teriak Kak Syifa yang sudah siap berkumpul dengan semuanya.

(Mimah adalah salah satu panggilan khusus dari kak syifa buatku sejak dia masih kecil)

"Iya iya bentar."
Akupun berjalan menuju tempat mereka semua berkumpul dan ikut berfoto bersama.

Flashback off

'ya Allah... berdosakah diriku yang telah membuatnya berubah sikap terhadapku manjadi tak ramah lagi?.
Berdosakah aku yang telah menolak cintanya, meskipun  sebenarnya dia telah berniat baik untuk mempersuntingku menjadi istrinya, bukan mengajakku tuk bermaksiat dengan cara berpacaran.

Ya Allah... ampuni hamba yang telah menolak niatan baiknya jika ini memang kesalahan hamba dan tercatat menjadi dosa.

astaghfirullohal'adhzim..'
Doaku dalam hati merasa bersalah.
Mengingat Kak Ishaq yang telah benar-benar berubah sikap terhadapku saat ini.

dooor....

Bugghhh...

"Allahu akbar."
Suara cempreng dari Kak Syifa benar-benar mengagetkanku. Sehingga novel yang sedari tadi ku anggurin di tanganku terjatuh.

"Pagi-pagi udah bengong aja sih. Ngelamunin apa sih, Dek?" Tanya Kak Syifa yang turut duduk menemaniku di bangku yang terletak di balkon kamar kami.

"Hehe lagi baca ini, Kak," jawabku sembari memperlihatkan novel yang berada di pangkuanku sejak tadi.

"Emmm"
Kak syifa tampak mengangguk-anggukan kepalanya dengan tersenyum sedikit, kayaknya dengan nada nada ngeledek nih. 😆

"Kak Fathimaaaah. Kak Syifaaa..hff ...hff..." teriak Ahmad yang datang tergopoh-gopoh dengan nafas memburu, berlarian ke arah kami.

"Kenapa, Dek?" Jawab kami berdua kompak.

"Itu.. itu... Kak Ishaq, Kak." Jawabannya yang gagap malah bikin kami berdua panik..

kak ishaq kenapa ya??? 😢

Bersambung...

03 Rojab 1439 H.
Repost: 09 R. Awwal 1441H.

Assalamu'alaikum sahabat pembaca.

alhamdulillah kita saat ini berada dalam bulan Rojab, Syahrul Istighfar.

Jangan lupa perbanyak baca isyighfar ya.!

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَـعْبَانَ وَبَلِّـغْنَا رَمَضَانَ

Artinya : "Yaa Allah berkahilah kami di Bulan Rajab dan Sya'ban, serta perjumpakanlah kami dengan bulan Ramadhan".

Part 19.
💌  belajar tentang dalil tentang mahrom.
semoga bisa menambah ilmu dan bermanfaat.

Keterangan sepupu itu bukan mahrom bisa disimak video dibawah ini ya.

mari saling berbagi dengan Klik bintang dan komentarnya ya... 🌟😉😉

Wassalam.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top