10. Hasil Rapor

"Perjalanan hidup di dunia sudah seharusnya dijadikan sebagai titian yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat.

akhwatul_iffah

Gelapnya malam menemaniku saat ini, Aku berdiri menatap ke luar jendela yang tak tampak bulan dan bintang menghiasi karena tertutup awan mendung.

Angin berhembus perlahan, membawa hawa dingin yang menerpa wajahku menembus ruang jendela yang tak berkaca.

Dalam diamku, kembali ku teringat kejadian tadi. Pikiranku pun masih saja bertanya-tanya perihal tuduhan Zainab terhadapku.
Ya... sekarang posisiku seakan menjadi tertuduh. Karena aku sama sekali tak merasa melakukan apapun padanya.

Ya Allah.... berilah jalan keluar atas masalah hamba ini. hamba tak ingin membuat sakit hati orang lain yang membuatku berdosa dan akan menerima akibatnya kelak. Jika memang hamba salah. Ampunilah hambamu yang dhoif ini yaa Robb. Doaku dalam batin.

"Aamiin." Kuusap wajah dengan kedua tanganku dan segera kututup jendela ini, karena dingin di tubuhku telah kurasakan.

-**-**-

"Fathimah berangkat dulu ya, Mi.
Nanti jangan lupa ke Madrasah untuk ambil raport Fathimah ya, Mi.
Assalamu'alaikum," ucapku pamit dan mengingatkan Ummi seraya mencium tangan Ummi setelah menjabat tangan Abi terlebih dahulu.

"Iya, Sayang, in syaa Allah.
Wa'alaikumsalam warohmatullah," ucap Ummi sebelum aku berlalu.

"Bismillaahitawakkaltu 'alallaah laa hawlaa walaa quwwata illaa billaah." Doaku mulai melangkah keluar dari rumah.

💌💌💌

Hadits Qutuful Falihin min Riyadhus Sholihin Ke-11

ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ
ﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲٍ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪ ﻋَﻨْﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢ
َ ‏( ﻣَﻦْ ﻗَﻞَ ﻳَﻌْﻨِﻲْ ﺇِﺫَﺍ ﺧَﺮَﺝَ ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﺘِﻪِ
ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﻮَﻛَّﻠْﺖُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَ ﻻَ ﺣَﻮْﻝَ ﻭَ ﻻَ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇِﻻَّ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ
ﻳُﻘَﺎﻝُ ﻟَﻪُ ﻫُﺪِﻳْﺖَ ﻭَ ﻛُﻔِﻴْﺖَ ﻭَ ﻭُﻗِﻴْﺖَ ﻭَﺗَﻨَﺤَّﻰ ﻋَﻨْﻪُ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ‏)
ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭ ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ ﻭ ﻏﻴﺮﻫﻢ ﻭ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ

Artinya : Dari Anas bin Malik ra.
Rasulullah SAW bersabda
"Barang siapa mengucapkan yakni jika keluar dari rumahnya
-Dengan Nama Allah aku telah bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan upaya terkecuali atas kuasa Allah-
maka kepada orang itu dikatakanlah :
Engkau telah diberi petunjuk, telah dicukupi,
dan telah diberi penjagaan.
Setan pun akan menyingkir dari orang tersebut"
(HR. Abu Daud, Tirmidzi, Annasaai dan lainnya,
berkata Tirmidzi hadits hasan.)

💌💌💌

Pagi ini, aku sudah janjian untuk berangkat sekolah bersama Maryam. Kebetulan ia dari rumah neneknya, tempat ia menginap semalam searah dan melewati depan rumahku.

10 menit sudah aku berdiri sendiri di sini. Namun tuh anak belum kelihatan juga batang hidungnya. Padahal 5 menit yang lalu, Abiku menawarkan untuk berangkat bersama. Tapi aku dengan sopan menolak, karena tak enak sudah terlanjur janji berangkat dengan Maryam, pikirku.

"Tuh anak kemana sih. Lama amat," gerutuku sendiri dengan suara lirih seraya menengok ke arah jam yang bertengger di pergelangan tanganku.

"Assalamu'alaikum, Fathimah."

Suara maryam kok beda ya? batinku.
Merasa penasaran, kepalaku yang masih fokus membenahi letak jam di tanganku akhirnya langsung mendongak.

"Eh.." suaraku seakan tercekat disaat kuketahui dia bukan Maryam. Tapi Mukhlis.

"Wa'alaikumsalam warohmatullah," jawabku dengan sedikit gugup. Dia tersenyum ke arahku.

"Tumben jam segini masih berdiri di sini? Biasanya juga aku lewat sini udah sepi aja nih rumah kamu."

Ternyata dia segitunya ya perhatiannya sama aku. Sampai-sampai keadaan rumahku setiap harinya pun dia tahu. Aku tersenyum tipis. Merasa Ge Er sendiri jadinya 😄

"Kamu ini lucu ya. Ditanyain malah bengong dan senyum-senyum gitu," ucapnya lagi karena aku tak kunjung menjawab pertanyaannya. Malah asyik dengan pikiranku sendiri.

"Eh, itu. Nunggu Maryam nih. Belum juga datang," ucapku agak kesal, karena sudah lebih 10 menit aku menunggunya.

"Ya udah aku temenin ya. Aku ajak bareng pasti kamu gak akan mau kan?" ucapnya tersenyum sembari mencabut kunci motor, mematikan mesinnya.

"Hehe itu kan kamu udah tau.
Tapi, kamu gak apa-apa kok, Lis. Kalau mau duluan, entar malah kamu telat loh," ucapku segan karena sejujurnya merasa kurang nyaman berdua di tempat ini.

"Gak apa-apa, Fath.
di halte ini ramai kan. Bukan hanya kita berdua."

Aku menoleh kesekitar. Memang benar. Ada beberapa orang yang masih nunggu kedatangan bis dengan jurusan yang sesuai dengan tujuan mereka masing-masing.
Akupun tersenyum mengangguk.

"Ehm... ehm... Assalamu'alaikum." Suara Maryam tiba-tiba memecah keheningan beberapa detik diantara kami.

"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh," jawabku bersamaan dengannya.

"Dari mana aja sih kamu, Mar. Lama amat," tanyaku agak kesal mendekatinya.

"Maaf, aku bangun kesiangan. Lagi datang bulan, jadi gak bangun subuh. Hehe," ucapnya berbisik setelah membuka kaca helmnya.

"Ih... kebiasaan deh. Kalo janjian selalu telat," aku mulai menggerutu kesal.

"Tapi kamu seneng kan? Ditemenin sang pangeran pagi pagi gini." Godanya sambil melihat ke arah Mukhlis.

"Udah yuk berangkat. Sudah kesiangan nih," ucap Mukhlis tiba-tiba yang sudah menyalakan mesin motornya didepan kami.

Aku hanya mengangguk dan menerima helm yang disodorkan maryam kearahku.

"Oke..." ucap maryam menutup kaca helm memencet tombol gas yang memang sedari tadi mesin motornya tak dimatikan.

"Hati-hati bawa motornya, Mar. Titip Fathimah jangan sampai lecet ya," ucapnya lalu terkekeh.

"Yeeee. Emang Fathimah siapanya situ? Pakek titip-titip segala."

"Calon makmum masa depan, in syaa Allah," kalimat yang Mukhlis ucapkan dalam hatinya saja.

Dia hanya tersenyum, lalu melajukan motornya mendahului Maryam.

-***-***-

Acara Pengambilan raport semerter ganjil ini diikuti oleh semua wali murid. Baik dari siswa atau siswi kelas X,XI dan XII. Hal ini dilakukan setiap akhir semerter, sekaligus diadakan acara rapat bersama wali kelas masing-masing di setiap ruang  kelas sesuai tingkatnya.

Tampak siswa-siswi berkeliaran di luar kelas. Ada yang setia menunggu di depan kelas, di kantin, di mushola ataupun di bangku-bangku yang terletak di pinggiran lapangan sekolah. Semua terlihat sibuk bergerombol.

Termasuk aku yang memilih berada di ruang perpustakaan bersama Maryam, Aisyah dan Sofiyah. Kami tenggelam dengan buku yang berada di depan kami masing-masing.

teeeet teeeet...

Suara bel berbunyi menandakan pembagian raport telah usai dan semua siswa-siswi diperbolehkan pulang bersama orang tua masing-masing. Kamipun segera beranjak mengembalikan buku di rak, tempat semula kami mengambilnya tadi.

"Kira-kira siapa ya yang peringkat pertama dikelas kita?" tanya maryam saat kami mulai berjalan melewati koridor menuju kelas XII IPA 2.

"Fathimah," tebak aisyah

"Kayaknya Mukhlis," tebak sofiyah

"Aisyah kali," jawabku.

Karena memang ke tiga nama tersebut pada tahun lalu meraih peringkat pertama di kelasnya masing-masing sebelum naik ke kelas XII. Dan sekarang orang-orang berperingkat ini semuanya berkumpul dalam satu kelas. Jadi persaingan ketat banget kan 😉. Jadilah kelas ini disebut-sebut sebagai kelas unggulan.

"Dari pada hanya nebak-nebak. Yuk cepetan. Kita buktikan siapakah sang juara di kelas kita tahun ini."
Ajak maryam mempercepat langkahnya. Dan kamipun hanya mengikutinya seraya tersenyum bersama.

*-*

Hanya beberapa menit menunggu, akhirnya satu persatu wali murid yang hadir keluar secara bergantian. Sesuai dengan nama yang dipanggil oleh Bu Vina selaku wali kelasku.

"Alhamdulillah Sayang, kamu dapat peringkat kedua," ucap Ummi begitu aku menghampirinya yang baru saja keluar dari dalam kelas dan kami berjalan beriringan.

"Hmm iya, Mi," jawabku tak bersemangat. Karena peringkatku lebih rendah dari pada tahun kemarin.

"Syukurilah apa yang kamu dapatkan hari ini, Sayang. Karena kamu sudah berusaha semaksimal mungkin kan. Lagian memang kelas kamu sekarang kelas unggulan.
Jadi memang persaingannya ketat. Nilai Rata-rata dari yang diperoleh oleh anak yang peringkat 1 sampai 10 itu selisihnya cuma sedikit-sedikit. Begitu kata Ibu wali kelas kamu tadi menjelaskan.

Lagi pula, yang penting itu bukan nilai, Sayang. Tapi yang penting itu semoga ilmu yang kamu dapatkan itu bermanfaat.

Dan ingat satu lagi, Ummi dan Abi tetap bangga kok ke putri cantik Ummi ini."
Jelas Ummi seraya mengusap-usap punggungku, menenangkanku agar tak bersedih lagi.

"Aamiin yaa Robbal'alamiin.. iya Mi. Alhamdulillah," ucapku mengusapkan kedua tangan ke wajahku kemudian tersenyum bahagia.

Langkah kami pun segera menuju tempat parkir untuk menunggu Abi yang akan menjemput kami. Akhirnya kami memilih duduk di bangku yang tersedia di samping kanan tempat masuknya kendaraan beroda 2 ataupun beroda 4.

Drrrtt 📲📲📲

Ponsel Ummi berdering tanda telpon masuk. Ummi pun segera mengambilnya dan segera menyambungkan panggilannya.

/..../

/.../

/.../

/.../

/.../

"Ada apa, Mi?" tanyaku langsung begitu Ummi mengakhiri obrolannya yang sudah ku ketahui panggilan itu dari Ummi. Karena Ummi sempat memanggil Abi tadi saat ngobrol.

"Abi kamu masih ada urusan penting fath. Jadi agak lama baru bisa jemputnya," ucap Ummi seraya meletakkan handponenya kembali ke dalam tas jinjingnya.

"Assalamu'alaikum Fathimah, tante." t
Terdengar suara lembut ciri khas seorang wanita dari samping kanan kami duduk. Akupun menoleh ke arah sumber suara yang sepertinya aku kenal.

"wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh.
Eh Kak Diyah, apa kabar kak?" ucapku bersalaman dan bercipika cipiki ria bersamanya penuh dengan aura kebahagiaan.

"Alhamdulillah baik. Kamu gimana?" Tanyanya kembali setelah Kak Diyah berjabat tangan dan mencium tangan Ummi.

"Alhamdulillah baik juga, Kak," jawabku tersenyum.

"Kenalin, Mi. Ini Kak Kiyah dan ini adiknya Kak Diyah teman sekelasku, Mukhlis," ucapku berdiri memperkenalkan mereka. Dan mempersilahkan Kak Diyah duduk. Karena memang bangku ini hanya cukup untuk dua orang.

Mereka pun menyambut Ummi dengan tersenyum ramah dan menjabat tangan Ummi serta menciumnya penuh hormat.

"Lagi nunggu jemputan ya tante?" Tanya kak diyah yang sudah duduk disamping Ummi.
Aku dan mukhlis masih setia berdiri mengawal keberadaan mereka dalam diam.

"Iya nih, Nak. Nunggu Abinya Fathimah. Katanya sih masih ada urusan dulu tadi," jawab Ummi dengan ramah.

"Mmm kalo gitu barengan Diyah aja yuk tante. Soalnya saya sendirian aja  tadi kesini bawa mobil."

"Gak usah, Nak. Ummi nunggu aja di sini. Ntar malah ngerepotin kamu lagi."

"Ya nggak repot lah tante. Lagian rumah kita searah," ucap Kak Diyah yang membuat Ummi bingung dari mana Kak Diyah tau rumahku. Padahal Ummi baru kali ini bertemu dengan Kak Diyah.

"Saya pernah nganterin Fathimah waktu dia kerja kelompok di rumah tante," ucap Kak Diyah langsung yang mengerti kebingungan Ummi. Ummiku akhirnya tersenyum mengerti menanggapinya.

"Owh ya ya. Bolehlah kalau gitu," ucap Ummi tampak tersenyum seraya mengangguk.

---()---

Di sisi lain. Fathimah dan Mukhlis pun sedang ngobrol berdua, masih setia dengan posisinya berdiri.

"Selamat ya, Fath. Kamu meraih peringkat dua," ucap Mukhlis membuka percakapan diantara kami.

"Hehe iya Alhamdulillah
makasih.
Kalau Kamu peringkat berapa?" Tanyaku kepadanya yang memang aku penasaran akan hal itu sejak tadi dan aku belum sempat menanyakan kepada Ummi siapakah peringkah pertama di kelasku.

"Hehe... nih kamu lihat aja sendiri.
Tapi aku juga lihat punya kamu ya," jawabnya menyodorkan raportnya ke tanganku dan akupun tersenyum menyetujuinya kemudian menyerahkan rapotku kepadanya.

" Masyaa Allah... ternyata  kamu yang mendapatkan peringkat pertama di kelas kita. Selamat ya, Lis," ucapku menoleh ke arahnya. Dia tersenyum dan mengangguk berterimakasih.

Hening... kami sibuk masing-masing melihat isi raport yang ada di tangan kami sekarang.

"Foto kamu imut dan cantik ya, Fath." tiba-tiba kata-katanya membuatku menoleh

"Iiih...kamu lihat apa sih, Lis?" Dengan segera ku raih raport yang ada di tangannya. Tapi tak berhasil, karena dia lebih cepat mengangkat tangannya sehingga cukup sulit untuk aku meraihnya.

Aku melompat-lompat berusaha menggapainya, hasilnya nihil karena memang tinggiku hanya sebahunya.
Dia tertawa puas saat melihatku menyerah, lelah juga lompat-lompat gini. hufh.. ku menghembuskan nafas panjang.

"Maaf ya fath. Nih," kuambil dari tangannya dengan muka cemberut dan tak menjawab permintaan maafnya.

"Fath..." tak kusahuti panggilannya sok sibuk meletakkan rapot kedalam tasku.

"Fathimah.... afwaaan." ucapnya memelas sembari melihat ke arah wajahku kemudian menangkupkan kedua tangannya. Tapi tetap saja aku enggan meresponnya.

"Yuk Fath. Kita pulang bareng."
Ajak Kak Diyah tiba-tiba muncul dari arah belakang kami berdiri. Dan aku hanya melihat ke arah ummi ku yang kemudian mengangguk.

Akhirnya akupun mengekor di belakang keduanya dan Mukhlis mengiringiku agak menjauh karena aku sengaja meninggalkannya tanpa kata.

"Fathimah" kudengar suara lirih dari Mukhlis yang sepertinya berjalan lebih cepat.
Tetap saja aku tak menoleh ke arahnya. Enggan menghiraukannya.

Tiba-tiba dia menahan lenganku. Akupun menoleh, tampak dia mengucapkan kata "Maaf" tapi tanpa mengeluarkan suara tetap dengan wajah memohon dan menangkupkan kedua tangannya.

Tak tega juga melihat muka melasnya. Akhirnya akupun tersenyum mengangguk memaafkannya. Ku lihat dia pun tersenyum penuh arti syukur dan berterima kasih.

Dengan segera aku mempercepat langkahku yang sempat tertinggal karena ditahan olehnya. Menyusul Kak Diyah dan Ummi yang sudah bersiap masuk ke dalam mobil.

"Tante gak duduk di depan?" Tanya Kak Diyah kepada Ummi yang berdiri di samping pintu belakang.

"Gak usah nak, biar Fathimah aja  yang duduk di depan sama kamu ya." Kak Diyah pun kemudian mengangguk dan mengajakku.

Saat kami telah siap di dalam mobil, ku lihat Kak Diyah membuka kaca mobilnya.

"Kamu hati-hati ya, Dek bawa motornya," ucap Kak Diyah sebagai wujud perhatiannya terhadap sang adik.

"Iya. Kakak juga hati-hati ya," balasnya. Kemudian dia menyapaku tersenyum dan mengangguk ke arah Ummi berpamitan sembari tersenyum sopan sebelum dia benar-benar melangkah ke arah motornya yang masih terparkir.

*

"Fathimah punya saudara berapa tante?" Kak diyah membuka obrolan dengan masih menatap ke arah depan, fokus akan jalan yang ditelusurinya.

"Fathimah masih punya 1 adik laki-laki nak. Sekarang masih madrasah tsanawiyah. Kalo nak diyah berapa saudara?"

"Kalau saya sebernarnya.3 bersaudara tante. Cuman kakak laki-lakiku meninggal sewaktu dia kecil. Jadilah sekarang aku hanya punya satu adik laki-laki yang tadi."

Obrolan pun tercipta di antara kami bertiga dengan saling bersahutan, sehingga tak terasa waktu 15 menit seakan begitu cepat. Tibalah kami di depan rumah yang telah di bukakan pintu pagarnya oleh mang Asep.

"Nak Diyah mampir dulu yuk ke rumah." Ajak ummi. Setelah turun dan keluar dari mobil.

"Maaf ya tante. Diyah gak bisa mampir dulu sekarang. Karena Diyah masih mau jemput ummah dulu di toko kuenya.
Kapan-kapan saja ya, Tante. in syaa Allah Diyah akan main kesini," ucap Kak Diyah yang ikut keluar dari mobilnya.

"Oh ya udah kalau gitu. Tapi Beneran ya, Nak kapan-kapan kesini," ucap Ummiku tersenyum.

"In syaa Allah, Tante. Ya udah Diyah pamit dulu ya Tante, Fathimah. Assalamu'laikum."
Pamit Kak Diyah segera membuka pintu mobilnya, setelah mencium tangan Ummi.

"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh."

Mobil kak Diyah tampak berjalan pelan mulai meninggalkan halaman rumah kami.

Belum juga langkahku dan Ummi memasuki pintu.
Terdengar.

praaakkkk.. praakkk..

Suara itu terdengar keras dari arah jalan raya membuat Aku dan Ummi menoleh. Saling melempar tanya lewat tatapan.

Apakah yang terjadi???

Bersambung......

in syaa Allah lanjut di part selanjutnya ya... 😉

19 J. Akhir 1439 H.
Repost : 27 Shofar 1441 H

***

Assalamu'alaikum reader's.

Alhamdulillah masih bisa bertemu lagi disini part ini.

💌 hadits tentang doa keluar rumah.

💌 http://www.majelisrasulullah.org/2016/04/doa-yang-diajarkan-oleh-rasulullah-saw-ketika-keluar-rumah/

Semoga bisa menambah ilmu dan bermanfaat.Aamiin..

Jangan lupa voment nya ya... 😉😉😉

Tolong diingatkan jika ada kesalahan dalam tulisan ini.

Syukron.
Wassalam.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top