Rindu yang Tak Hilang
Rindu yang Tak Hilang
By Honey Dieah
#BARAALIYYAH
"Aku kangen kamu, Li!"
Suaranya lembut, saking lembutnya hingga terdengar seperti desau angin. Wanita di sampingnya menatap sambil tersenyum. Senyum yang khas memunculkan lesung pipit di pipi kirinya.
"Sama."
Bara balas tersenyum. Rasanya sudah lama sekali ia tak berbincang berdua dengan wanita itu. Wanita yang sempat menjungkirbalikkan hidupnya. Bahkan, ia tak segan untuk menemani, mengurus hingga merawat Aliyyah. Namun, tetap tak bisa menyembuhkan luka hati wanita itu.
"Sekarang keadaannya udah beda. Kamu, udah bahagia sama hidupmu." Bara menengadah menatap langit. Kelap-kelip bintang di atas sana seakan sedang bersuka cita. Menemani bulan yang bersinar sendirian.
Aliyyah terus saja menatap Bara dengan binar ceria. Membuat Bara jengah pada manik hitam yang bersinar jenaka itu.
"Apaan, sih?"
"Aku seneng, kamu juga bahagia sekarang. Iya, kan?" tanya Aliyyah.
Bara mengangguk mengiyakan. Tak dipungkiri memang, dia benar-benar bahagia saat ini.
"Kayaknya, kamu benar-benar jatuh cinta. Buktinya, dia berhasil ngubah kamu."
"Ngubah apa?"
"Tatonya ilang." Aliyyah menunjuk lengan kiri Bara. Masih ada bekas laser penghilang tato, tapi ya... tato yang dibuatnya hampir sepuluh tahun yang lalu itu hilang.
"Kamu juga berhenti ngerokok. Dulu, berapa kali aku nyuruh kamu berenti dan cuma berakhir jitakan di kepala." Aliyyah merengut mengingat kejadian itu.
Sudah lama sekali, lamaaa sekalii. Saat perasaannya masih begitu polos. Saat pikirannya masih begitu lugu. Dan, saat semuanya baik-baik saja. Terkadang, Aliyyah merindukan saat-saat itu. Namun, ia sadar bahwa yang telah terjadi tak bisa diputar ulang.
"Heem, aku memang bahagia, Li. Aku jatuh cinta sama dia. May be, since i met her."
Bara tersenyum, tertunduk menatap kakinya sendiri mengingat saat pertama kali ia bertemu dengan belahan jiwanya saat ini. Semula ia hanya mengira bahwa desiran yang muncul akibat kerinduannya pada sosok Aliyyah. Namun ternyata, ia benar-benar jatuh cinta.
"Kita emang udah beda sekarang. Tapi, bukan berarti kita nggak boleh ketemu, kan?" tandas Aliyyah.
"Tentu. Kamu itu partner aku. Nggak ada yang bisa ngalahin duet kita di panggung."
"Ya, lalu membuat Arnold dan Alifia cemburu."
Keduanya terbahak. Sering kali Arnold diam seribu bahasa tiap menyaksikan Aliyyah berduet dengan Bara di panggung. Menyanyikan lagu cinta dengan saling melempar senyum. Pun dengan Alifia, yang kadang cemberut dan tak ingin menatap Bara.
Namun, lama kelamaan, Arnold mengerti bahwa Bara akan selalu ada di suatu sudut di hati Aliyyah sebagai seseorang yang berharga.
Begitu pun dengan Alifia. Meski jiwa mudanya selalu memberontak dengan ego yang masih cenderung tinggi, tapi dia mengerti bahwa Bara tidak akan melepas Aliyyah sepenuhnya. Kedua insan itu masih terhubung dengan seutas benang merah yang teramat tipis.
Ah, sungguh... hubungan keduanya memang rumit. Mereka saling peduli satu sama lain, meski ada sebuah benteng tebal di antaranya. Mereka saling terhubung satu sama lain, meski ada samudera luas yang membentang di antaranya.
Alifia, maaf, kalau keberadaanku sering kali membuatmu marah. Tapi percayalah, kamu tetap jadi penguasa di hati Bara. Bara milikmu sepenuhnya.
Arnold, sorry. Bukan gue egois dan nggak percaya sama elo. Gue yakin seratus persen kalo elo bisa bahagiain Aliyyah lebih dari siapa pun. Gue cuma seneng liat binar matanya kembali ceria. Jagain dia terus, jangan sakiti, atau lo bakal berhadapan sama gue.
#edisimamakkangen
Novel #Dalam_Asa_Lembayung_Senja masih bisa dipesan, ya.
Klik 👉 wa.me/6289662791503
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top