CDM 4. (End)
Mulmed : Supernova-Sayang...
Lagunya sedaaappp
.....................
Ekstra part di KaryaKarsa @aprilthemoon
Cinta bisa datang saat kita justru tak menginginkannya. Gista Amora si wanita yang tak mau terlibat hubungan justru sekarang sedang berdandan demi pernikahannya yang akan berlangsung hari ini. Tepat tiga bulan saja ia mengenal Pierre. Cinta datang...
Di hari istimewa ini, Gista tampak cantik mengenakan gaun putih panjang membentuk tubuhnya. Tak lupa kain putih penutup kepala.
Perhatian, kasih sayang, berbagai pertolongan pernah, mengikut sertakan dirinya dalam berbagai pesta bisnis. Membuat rasa terbiasa itu datang. Ketika dua perias itu pergi. Irene masuk begitu saja. Sahabatnya itu mengenakan gaun less shoulders gold. "Gak nyangka pengantin kalau dandan lama banget." Ucap Irene dengan cemberut.
"Makanya coba kamu rasain." Goda Gista dengan melewek.
Irene hanya tertawa pelan. Dia mengusap kedua pundak Gista dengan sayang sambil menatap cermin. Dan wajahnya kembali berubah cemberut.
"Kenapa lagi?" Gista yang sedikit merapikan rambutnya mengernyit. Irene menarik kursi dan duduk di samping Gista.
"Hufftt... Gue lagi bete nih... Kemarin habis adu mulut sama sesama pembaca cerita online."
Gista tertawa keras. "Ya elah... Kamu juga baperan.. Ngapain sih kan itu cuma cerita."
"Masalahnya ini tentang cerita seorang cewek polos yang justru dibully loh sama readers. Padahal dia gak salah apa-apa." Irene menceritakan dengan menggebu-gebu sambil menepuk-nepuk ranjang. "Memang sih cuma cerita, tapi ya... Kok komentarnya pedas-pedas ya... Kalau tokoh antagonis yang di komentari pedas gak apa-apa. Lah ini... Ya padahal... Gue gak pernah loh menyudutkan tokoh wanita yang satunya walau dulu pendosa. Awalnya benci kan wajar. Tapi dia tobat ya ga masalah juga. Dasar! Malah aku dikatain sok bijak. Huh!"
Gista tertawa keras sambil melihat jam. Ya, pemberkatan masih agak lama. "Mungkin lebih aman kalau kita baca cerita seperti itu harus melihat dua sisi. Dan memang lebih baik netral aja deh."
"Iya sih, melihat dari dua sisi... Ya tapi jangan juga mengagungkan satu ehh... Merendahkan yang sebelah. Akhh kalau dipikir kesal loh. Teman sealirannya aja komentar kasar. Tapi di bela. Huh!"
Gista tampak memutar bola matanya, "Ssstt... Sudah... Ini kok kita jadi ngerumpi gak penting. Ini aku nih... Gista bentar lagi mau nikah. Ya udah, cara kamu supaya gak kesal lagi. Kamu banyak berkarya dari bakatmu yang fashion stylist itu. Lebih baik talk less do more."
Irene memanyunkan bibir sok imut lalu memeluk Gista dengan sayang, "Ihh... Sayaaanggg... Ya ini aku juga baru sadar yang aku ladenin kebanyakan ibu-ibu komplek rempong."
"Sstt... Sudah gak baik bilang begitu. Lihat ini aku acak-acakan... Tapi... Lucu aja ya... Baru kali ini aku dengar cerita kamu cewek yang sebenarnya baik dibully." Gista terkekeh geli mengingat cerita Irene.
"Sssttt..." Irene meletakan telunjuk di depan bibirnya setelah bergaya lebay. "Gue gak Kenal mereka. Oke... Gue tunggu di depan paling loe mau persiapan batin. Hehehe..."
.....................................
Pemberkatan pernikahan diadakan di rumah Pierre agar lebih nyaman. Gista mempersiapkan dirinya di dalam kamar luas milik Pierre. Si pria yang dia tak percaya mencuri hatinya begitu cepat.
Tanpa sengaja dirinya melihat ujung foto yang terlihat mata seorang pemuda remaja. Rasa penasaran tinggi menyelimutinya. Dengan gugup dan serius dirinya mengambil foto itu. Lengkap dengan nama Pierre.... Sadewa.
Dewa....
Gista langsung terkejut seolah jantungnya berhenti berdetak saar itu. Tubuhnya menegang, shock, air mata mengalir dengan mulut terbekap tangannya sendiri menahan isakan. "Jadi... " Gista ingin menyangkal. Tapi memperhatikan sekali lagi. Wajah yang sudah dia lupakan kembali membekas di otaknya bagai pita film yang diputar. Membandingkan wajah Pierre yang sekarang.
Seketika memory itu kembali terngiang.
12 tahun yang lalu...
Dewa menatap tajam pada Gista, "Kalau kamu mau pergi sana! Aku tetap disini! Tadi kamu sudah melihat hubunganku dengan tuan Awang yang sesungguhnya. Dan jika kamu tidak ingin merasakan sakit dipukuli lagi lebih baik pergi!!!" wajah Dewa tampak melotot dengan rahang mengeras mendorong Gista yang sendu menangis sesenggukan di atas rumput basah.
Mata cantiknya tampak memohon walau menyimpan rasa sakit. "Aku... Tahu sudah seminggu yang lalu... Tapi aku diam. Kamu selama ini sangat baik padaku. Kita sering bermain bersama diam-diam... Dan... Aku menyukaimu... Selamat tinggal." Ucap Gista remaja terisak.
Semenjak itu dia pergi demi melupakan masa lalu kelam dan meraih kebahagiaannya.
....................................
Di sebuah taman yang sudah di dekorasi dengan bunga-bunga putih, karpet merah dan gapura dengan hiasan daun emas. Pierre tampak gelisah di atas altar. Begitu pula para tamu, ibu Gista juga sahabat-sahabat yang lain.
Tak berapa lama Gista muncul dengan anggun dan Cantik di antar oleh salah satu wali pernikahan. Para tamu menatap bahagia dan takjub pada Gista, terutama ibunya dan Pierre.
"Terima kasih Tuhan, akhirnya... Semua akan terwujud." Ucapnya pelan sambil menatap Gista yang tersenyum manis.
Tapi....
Tapi... Kenapa semua bayangan ini memudar. Perlahan semua memudar dan...
Pierre tersadar dari lamunan satu tahun yang lalu. Dia berada di ruang kerja dalam rumah mewahnya. Di tengah mentari senja yang menembus jendela. Tangan itu masih menggenggam tudung kepala pengantin milik Gista. Setelah wanita yang ingin dia bahagiakan dan menebus kesalahannya pergi meninggalkan kamarnya kosong. Hanya gaun pengantin tergeletak rapi di atas ranjang yang sudah berhias.
Sekali lagi Pierre menangis tertahan. Berteriak lirih menggema seluruh ruang kerja yang hanya perkakas mewah saja yang menjadi saksi bisunya. Mata beralis tebal itu menatap lirih tudung pengantin yang masih dia genggan jika dia merasa rindu. "Gistaaa... Maafff..."
Kini hanya memori kecil kebersamaan mereka saat bertemu kembali yang akan dikenang. Ingatan saat, Gista menerima tawaran persahabatan, pertolongan dari wanita posesif yang mengejarnya hingga Gista dengan sikap berani selalu datang bersama di pesta-pesta bisnis yang dia datangi. Tertawa bersama, bahagia bersama. Dan saat dirinya menolong Gista yang hampir kecelakaan mobil. Cinta bersemi begitu saja.
Saat semua kenyataan terkuak, cinta hilang begitu saja.
Ku menangis tertahan lihat kau tak lagi bersamaku...
Ku teriris terdiam... Berharap kebahagiaan.... Datang.
Bagi Pierre yang dulunya seorang pria abnormal akibat pelecehan sesama jenis. Masih selamat dari hukum setelah membunuh Awang. Berusaha sembuh walau sesekali masih berhubungan dengan sesamanya. Namun... Gista... Adalah perempuan pertama yang menyentuh hatinya dulu, kini dan selamanya.
Gista menghilang di tengah karir yang bagus saat ini tepat sebelum pemberkatan pernikahan meninggalkan dirinya dan ibu Gista yang menangis.
Tapi tak apa bagi Pierre, dia akan tetap bahagia demi bertemu kembali dengan Gista.
Cinta dan Masa lalu itu sangat lekat mengentayangi mereka.
Semoga dimanapun kamu berada... Kamu bahagia. Tak apa... Aku akan menunggu lagi.. Kita sembuhkan luka ini dulu ya,
Aku mencintaimu Gista.
-Pierre Sadewa
Si pria pendosa.
Tamat
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top