Prolog
Haaiii... akhirnya Raisa-Putra tayang juga. Tes awal cerita ini saat kutunjukkan di grup gagal total. Banyak yang nggak suka. Mungkin karena karakter Raisa nggak cukup meyakinkan untuk dijadikan sebagai pemeran utama. Namun nggak ada salahnya mencoba. Hehehe... *otor keras kepala*. Jadi, aku akan mencoba sekitar 5 atau 6 part awal untuk melihat respons pembaca. Kalau bagus, akan dilanjut. Kalau nggak? Akan kuhapus dan mulai lagi dengan karakter yang benar-benar baru, bebas dari spin off. Jadi, tolong, tolooonnnggg banget umpan baliknya untuk menentukan ini layak lanjut, atau malah garing. Kalau garing, jelas nggak akan kupaksakan. Makasih. Lope-lope yu all...
**
"Ini sempurna!" aku berusaha meyakinkan Sani yang menatapku ragu. Aku sudah memikirkan ide ini sejak semalam, mencari celah dan kelemahan, tapi tidak menemukannya. Ini benar-benar ide sempurna.
"Ide sempurna pala lo peyang?" Sani melotot hingga bola matanya nyaris keluar. "Yang ada juga gue udah mual padahal baru ngebayangin. Beneran jijik gue, Sa."
"Jijik gimana? Lihat sebagai pendalaman karakter dong. Ini webtoon pertama gue, dan gue mau hasilnya bagus. Makanya gue harus total."
"Selama ini lo nulis novel best seller nggak perlu pendalaman karakter murahan gitu juga, kan?" Sani tetap menggeleng. "Kemaren lo makan apa sih sampe jadi aneh gini? Atau lo di kantor baru itu nabrak cowok kece sampe otak lo transmigrasi ke tumit?"
"Ya ampun, Sani, plis deh jangan ngomongin soal cowok kece. Cowok kece di dunia nyata itu omong kosong. Gue yakin sembilan dari sepuluh cowok kece di Jekardah bawa kondom di dompetnya. Persiapan buat ONS dengan cewek yang dipungutnya random di mana aja. Gue mah ogah."
"Karena itu lo nyiptain cowok-cowok sempurna dalam novel lo? Cowok yang bikin cewek-cewek diabetes dan ikutan hidup di dunia mimpi?" Sani menepuk pipiku keras. "Sebrengsek-brengseknya cowok di dunia nyata, masih lebih baik juga kali daripada cowok imajinasi lo. Yang nyata bisa dipeluk dan hangat. Nggak cuman dimimpiin doang."
Aku tertawa mengejek. "Iya, hangat. Sama hangatnya dengan air mata lo saat ditinggal selingkuh. Lemme tell ya, Honey, selingkuh itu ada dalam DNA laki-laki. Cetak biru kromosom mereka mengandung ketidaksetiaan. Lo silakan main-main sama laki-laki dunia nyata. Gue lebih suka ngejagain anak-anak lelaki dalam novel gue. They won't let me down, karena udah gue bikin sempurna. Dan tentu aja, ngasih duit royalti yang lumayan. Lelaki kesayangan yang bikin ATM gue gue berisi tanpa dibarter dengan buka kancing baju."
"Tipe pesimis dan parno." Sani mencibir. "Kalo lo udah bisa bikin karakter sempurna untuk novel, ngapain juga lo harus turun tangan mendalami karakter webtoon? Sama aja, kan? Lagian, nggak semua karakter juga harus dilakoni untuk dapatin feel-nya saat ditulis, kan? Misalnya kalo lo nulis tentang pelacur nih ya, nggak mungkin lo ikut menjajakan diri di lokalisasi juga, kan? Emang lo mau tidur dengan sembarang laki-laki untuk tahu gimana rasanya jual tubuh buat nyari makan?"
"Gue nulis cerita cinta-cintaan ringan yang remeh, Sani!" Aku berdecak. Bicara dengan Sani tidak pernah gampang. Dia tipe yang bisa menjadikan percakapan apa pun menjadi tema debat. "Karakter pelacur terlalu berat buat gue. Lo mau tahu kenapa gue ngebet banget pengen main peran? Karena gue udah memutuskan untuk memasukkan karakter real teman-teman kantor gue dalam cerita debut webtoon gue. Mereka sempurna banget untuk itu. Gue baru seminggu di kantor itu tapi udah bisa nangkap keunikan mereka. Ada Pak Freddy, bos gue, yang cakep, pinter, sok galak, tapi takut banget sama bininya. Sita, ketua tim gue, cewek cantik bermulut jamban, sok jago ngomongin sex tapi masih perawan." Aku tertawa keras membayangkan ketua timku yang mengira dapat menipu semua orang dengan omongan joroknya. Hampir semua memang tertipu, tapi tidak aku. Mulutnya seperti septic tank, tapi dia menghindari kontak fisik dengan laki-laki. Jelas terbaca kalau pengalaman seksualnya nol besar. "Dan ada dua laki-laki murahan. Sandro dan Putra. Serigala berkostum pink. Meneteskan liur sama semua tungkai yang dibungkus rok sepaha. Tipikal player. Mereka sempurna untuk karakter webtoon gue. Gue ngambil genre komedi, keluar dari zona nyaman gue, jadi karakter real akan bantu banget untuk dapetin feel-nya."
Sani mengarahkan bola mata ke atas. "Dan seperti kata lo tadi, lo akan menjadi Nona Lemot untuk melengkapi karakter itu?"
Aku tersenyum lebar. "Tepat banget. Gue akan menjadi perempuan paling lemot dan menyebalkan yang pernah ada. Gue jamin, lo akan berusaha membunuh gue setiap kali gue buka mulut. Mereka belum kenal karakter asli gue, jadi gampang banget membentuk persepsi mereka tentang otak gue yang nggak cukup sesendok."
Sani masih menggeleng. Ide ini belum masuk akal sehatnya. "Kerjaan lo gimana? Nona Lemot nggak mungkin kerjaannya bagus. Lo bisa dipecat, lho, kalo main-main. Itu bukan perusahaan abal-abal. Lo juga kan nggak gampang masuk situ."
Aku mengibas. "Itu gampang, Gue bisa pikirin caranya kelihatan bego tapi bisa kerja. Yang penting mimpi gue bikin komik dengan karakter nyata bisa terwujud. Gimana, rencana gue sempurna, kan?"
Sani bangkit dan berjalan menjauh. "Rencana lo bikin gue mulas. Otak lo beneran perlu dilurusin deh."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top