Bab40 | Hari yang Ditunggu

Allah lah Cinta tertinggi.
Cinta yang tak pernah menyakiti hati.
Sang Maha Cinta yang mencintai Makhluk tanpa tapi.
Yang tetap menerima cinta pada siapa yang kembali.
Dia pula, yang menganugerahkan kita cinta dari orang-orang yang mencintaiNya:)

_________________________________________________

Akhir-akhir ini, Fiany sering berkunjung ke rumab Syifa. Entah untuk bermain, mengobrol, curhat, atau bahkan belajar ilmu agama pada Syifa. Terkadang, mereka berdua pergi ke rumah Ustadz yang ada di komplek untuk bertanya perihal yang belum Syifa ketahui. Sudah beberapa hari ini Fiany juga ikut kajian rutin di Masjid At-Taqwa. Walaupun tak lama lagi Syifa akan melepas masa lajangnya, dia masih menyibukan diri untuk hal-hal lain. Terlebih dalam membantu proses hijrah Fiany yang tak disetujui Ibunya.

Hari ini, Syifa berniat untuk pergi ke Pesantren Al-Ikhlas. Ada beberapa barang yang lupa ia ambil kemarin. Fiany pun ikut. Mereka pergi ke Pesantren bersama Ilham juga sebagai supir pribadi Syifa. Walaupun Ilham tentu saja akan marah jika Syifa panggil sebagai supir.

Sesampainya di sana, tentu saja Syifa bersilaturahmi terlebih dahulu dengan Ustadzah Aisyah. Dia tidak mungkin datang tanpa diketahui pemilik Pesantrennya. Dengan sopan, Syifa mencium tangan Aisyah. Tangan yang seharusnya kelak ia cium ketika pernikahannya dengan Azam itu kini tinggalah khayalan lalu yang tak akan pernah terjadi. Fiany pun ikut mencium tangan Aisyah yang saat itu merasa bingung dengan sosok asing yang datang bersana Syifa itu.

"Ustadzah, kenalin, ini Ka Fiany. Dia temennya Syifa," ucap Syifa sambil tersenyum.

Fiany mengangguk sambil tersenyum ramah pada Aisyah.

"Oiya, Syifa mau ngambil beberapa barang yang tertinggal di Asrama. Ka Fiany tunggu aja di sini, ya?" ucap Syifa.

"Iya, Fa. Aku tunggu," jawab Fiany.

Lantas Syifa pun pergi ke Asrama Ustadzah. Sedangkan Fiany saat itu disambut hangat oleh Aisyah dan mereka pun larut dalam perbincangan.

Fiany duduk di kursi yang berada di teras rumah Aisyah setelah dipersilahkan Sang pemilik rumah. Saat itu Aisyah duduk di kursi samping Fiany.

"Kamu cantik. Namanya tadi siapa? Fiany, ya?" ucap Aisyah memulai obrolan di antara keduanya.

Fiany mengangguk. "Iya, Gu- eh, Saya Fiany, Ustadzah." Hampir saja Fiany memanggil dirinya dengan kata Gue.

"Sudah lama berteman dengan Syifa?" tanya Aisyah.

"Belum lama sih. Dulu Saya nakal, Ustadzah. Saya  benci banget sama Syifa. Dulu juga Saya tidak pake kerudung. Sekarang, mungkin allah telah menyadarkan Saya dengan cahaya hidayahNya. Saya sebut Saya ini sedang berada dalam proses hijrah, Ustadzah. Rasa benci pada Syifa pun kini sudah hilang, entah kemana. Mungkin sudah terhapus, karena Maha Baiknya Allah."

Aisyah mengangguk paham. "Kamu benar-benar ingin menjadi baik?"

Fiany mengangguk mantap. "Iya, Ustadzah. Saya ingin mengubah semua yang buruk pada diri Saya. Yaa, walaupun sedikit-sedikit, tapi semoga Allah suka dengan perubahan ini."

"Iya, Ustadzah mengerti. Pasti ada saatnya seseorang sadar akan kesalahannya di masa lalu. Dan sebaik-baiknya kita adalah yang tidak ingin tinggal diam di dalam kesalahan. Justru kita harus membenarkan kesalahan-kesalahan itu. Semoga Allah mudahkan selalu proses hijrahmu, ya."

"Aamiin. Doain Fiany ya, Ustadzah."

Aisyah pun mengangguk sambil tersenyum. Tak lama setelah itu, Syifa mulai terlihat dari kejauhan sedang berjalan bersama Zahra dan Azam. Sepertinya mereka sedang asik membicarakan sesuatu. Terlihat sekali ada tawa di antara mereka. Tawa ringan mereka baru terhenti ketika sampai di halaman rumah Aisyah.

"Oh iya, Syifa!" Azam memanggil Syifa.

Syifa menoleh ke arah Azam. "Kenapa, Ka?"

Zahra yang berada di samping Azam membisikan sesuatu, "Inget loh, dia udah mau nikah!"

Azam tidak menggubris bisikan Zahra. "Emm..." Azam menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Seperti tengah memikirkan apa yang akan ia utarakan, "Walaupun tidak lama lagi Ukhti akan mendapatkan pasangan halal, Saya harap, pertemanan kita tidak putus. Secara kan, dari kecil kita deket banget dan Bagas pun sahabat seperjuangan saya. Nanti, setelah Saya mendapatkan pasangan halal, kita agendakan pertemuan kita dengan pasangan masing-masing, gimana? Siapa tau kita bisa bekerja sama dalam hal apapun."

Syifa tersenyum. "Ide yang bagus, Kak. Makannya, Kakak cepetan cari Bidadarinya, hehe."

Masih terasa sakit memang, saat mengingat betapa mirisnya hal ini terjadi pada Azam. Tapi dari sini ia mencoba kuat.

"Syifa, ayo pulang!" Fiany tiba-tiba menghampiri mereka bertiga.

"Eh, iya, ayo, ka!"

Azam menatap gadis yang mengajak Syifa pulang ini. Terlihat tak berani untuk menatap wajah tampan Azam sedikitpun. "Siapa?" tanya Azam.

Fiany berbisik pada Syifa, "Jangan dibalas. Ayo pulang."

"Syifa pamit dulu ya, Ka Zahra, Ka Azam, dan Ustadzah. Assalamualaikum. "

"Waalaikumussalam. "

Di perjalanan pulang, Syifa menanyakan perihal sikap Fiany yang terlihat begitu beda dari biasanya. Jika bertemu lelaki, Fiany biasanya tidak pernah segugup ini.

"Kenapa, Kak? Kok kaya yang takut?" tanya Syifa saat mereka sedang berada di mobil.

"Entahlah. Sebelumnya gue *eh, aku, maksudnya, gak pernah sedeg-degan ini kalo ketemu cowo. Ustadz yang tadi itu adem banget, Fa. Tapi aku harus segera menepisnya," jawab Fiany sambil mengipas-ngipas wajah dengan tangannya.

___________________________________________________

Hari H. Adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh siapapun. Termasuk oleh gadis bernama Syifa ini. Kurang dari 24 jam, dia akan SAH menjadi milik seseorang. Rasa gugup, takut, senang, sedih, semuanya campur aduk. Telapak tangan dan telapak kakinya berkeringat dingin karena gugup. Jantungnya berdebar hebat, seperti tengah lari marathon.

Saat itu ia sedang berada di dalam kamarnya bersama Fiany. Nisa, Shilla, Ilham dan yang lainnya berada di ruang tamu untuk menyaksikan proses ijab kabul yang akan dicucapkan oleh Bagas.

"Aku tau gimana perasaan kamu, Fa. Pasti deg-degan banget," ucap Fiany.

"Iya, Kak. Aku gugup banget."

Tak lama setelah itu, terdengar lah suara riuh orang-orang di ruang tamu sana mengucapkan kata tiga huruf yang penuh makna. Tiga huruf yang dengan ajaibnya bisa merubah status dua insan. Yang membuat setiap kebersamaan keduanya adalah ibadah dan pahala. Setelah inilah dimulai ibadah terpanjang bagi keduanya.

SAH, SAH.

Alhamdulillah. Tak henti hati Syifa mengucapkan Syukur kepada Allah atas kemudahan proses ijab kabul ini. Air matanya seketika meleleh di pipi. Entah ia harus bahagia atau sedih karena terharu. Yang pasti semuanya bercampur aduk.

__________________________________________________

Dari acara resepsi dimulai, Syifa tidak melihat Fiany lagi. Semenjak Syifa dijemput Bagas ke tempat pelaminan, Fiany pergi entah kemana. Hari itu adalah hari yang sangat indah bagi Syifa. Kebersamaannya dengan Bagas kini tak akan berbuah dosa lagi. Syifa semakin dibuat gugup saat Bagas mengenggam tangannya dengan erat. Jantungnya berdegup kencang. Bagaimana tidak? Sudah lama sekali Syifa tak pernah berdekatan dengan Bagas, apalagi sampai digenggam dengan erat tangannya. Meleleh sudahlah hatinya.

Hampir saja Syifa pinsan saat Bagas mencium keningnya dengan khidmat. Apalagi saat Bagas mendoakannya. Air matanya tak sanggup ia tahan. Ia pun menangis sejadi-jadinya. Tak peduli apakah bedak tebalnya akan luntur atau tidak. Dia benar-benar tak menyangka akan berada di posisi ini. Yaitu ketika ia sungguh-sungguh menghijrahkan diri dan hati karena Allah, Allah takdirkan orang yang selama ini mencintainya dengan cara yang salah. Hingga ketetapan Allah membuat keduanya sama-sama hijrah. Fokus berubah menjadi baik, agar kelak saat Allah persatukan, keduanya juga sama-sama baik. Kalaupun tidak dengannya, Allah ganti dengan yang lebih baik.

"Alhamdulillah, kita halal juga," gumam Bagas yang saat itu duduk di samping Syifa.

Mereka saat itu tengah menyaksikan para tamu undangan yang sedang makan-makan dan mengobrol ria. Mereka duduk berdua saja di atas panggung pelaminan. Orang tua mereka juga tengah makan bersama keluarga yang lainnya.

Syifa hanya diam dan menunduk dalam. Saat itu dia masih gugup hingga tak bisa berkata apa-apa. Canggung.

"Fa!" panggil Bagas.

"Hmm."

"Uhibbuki fillah," ucap Bagas.

Ya Allah. Entah semeleleh apa lagi hati Syifa saat itu. Apalagi saat Bagas merangkul pundaknya. Bolehkah Syifa pinsan dulu?

Ternyata, masa lalunya bersama Azam hanyalah bumbu ujian bagi hatinya. Perlu ia sadari, bahwa ada Yang Maha Membolak Balikkan Hati di atas sana.

Cinta tidak harus bersama dia yang kita harapkan hari ini. Tapi cinta itu adalah ketika kita bisa mengikhlaskan karena Allah. Sesakit apapun itu ikhlas. Karena yang menurut kita jodoh, eh bisa jadi menurut Allah itu jodoh temen kita. *kok nyesek ya?

Jadikanlah cintamu hanyalah untuk Allah semata. Maka kau tak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Mintalah agar senantiasa dicintakan pada orang-orang yang mencintai Allah. Minta pula, agar orang yang mencintai kita adalah karena Allah.

Allah lah Cinta tertinggi.
Cinta yang tak pernah menyakiti hati.
Sang Maha Cinta yang mencintai Makhluk tanpa tapi.
Yang tetap menerima cinta pada siapa yang kembali.
Dia pula, yang menganugerahkan kita cinta dari orang-orang yang mencintaiNya:)

Iringilah hijrahmu dengan niat dan tujuan karena Allah. Ujian di dalam hijrah itu pasti! Kadang memang harus mengorbankan apa yang kita cinta. Apa yang kita suka. Tapi sebuah pengorbanan tak akan sia-sia begitu saja. Karena Allah akan menggantinya dengan yang jauh lebih baik.

Ikhlaslah dalam berhijrah, teman.
Jadikanlah niatmu hanya karena Allah semata.  Bukan karena dia. Bukan karena disuruh.
Sabarlah dalam berhijrah, teman.
Terkadang itu memang menyakitkan,  tapi surga janjiNya untukmu, wahai yang bersabar.

_________SATU BAB MENUJU ENDING__________


__________________________________________________

Alhamdulillah atas segala hal. Akhirnya cerita ini mau ending juga huaa😅
Tetep ikutin terus cerita ifa ya.
Oiya, kalian wajib tulis kesan pesan dan saran ya buat cerita ini. Buat perbaikan dan penyemangat ifa:) Boleh kirim di pesan pribadi, WA, story IG atau di komentar.

Ini formatnya.
Kesan pesan saran selama baca Cinta Dalam Hijrah.

Kesan:..........

Pesan:..........

Saran:........

Byee, sampai ketemu lagii di bab terakhir❤😊

Salam,
Saifa Hunafa 💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top