Bab39 | Fiany

Happy Reading ❤

menjadi pemaaf itu adalah
mulia di mata Allah

Siang itu cuaca sangat panas. Teriknya membuat keringat menetes di dahi. Syifa menyempatkan diri untuk Sholat Dzuhur sebentar di Masjid At-Taqwa. Saat itu ia baru pulang dari super market untuk membeli sayuran dan bahan makanan yang lainnya. Ilham yang mengantar juga ikut Sholat. Ilham merasa jadi ojeg pribadi Syifa akhir-akhir ini. Kemanapun Syifa pergi, seakan menjadi kewajibannya untuk mengantar dan menjaga. Karena bagaimanapun juga, Ilham adalah seorang Kakak lelaki. Sudah seharusnya dia menggantikan posisi ayahnya.

Namun tak lama lagi, akan ada yang menjadi Penjaga Abadi Syifa. Tak lama lagi Bagas akan mengikrarkan janji sucinya di hadapan penghulu dan wali. Hanya menunggu beberapa hari saja.

"Alhamdulillah. Di masjid ini adem banget, Kak," gumam Syifa setelah mereka selesai Sholat Dzuhur. Saat itu mereka duduk berdampingan di tangga teras masjid. Sepoi angin panas membelai wajah mereka.

"Iya, alhamdulillah. Adeknya Ilham udah gede ya?" ucap Ilham tiba-tiba.

Syifa menoleh ke arah Ilham. "Adeknya Ka Ilham yang imut dan lucu ini bakalan tetep jadi Adek kecil yang nyebelin dan ngangenin kok. Syifa jadi inget zaman-zaman jahiliyah kita dulu. Kita nakal banget loh, Kak."

"Haha, iya, Fa. Masih inget, dulu kita pernah kabur bareng karena benci Umi Nisa? Terus kita diusir sama pacarnya Bunda. Terus kita pisah deh. Terus Kakak tabrakan dan masuk rumah sakit deh." Ilham memutar kembali masa lalu kelamnya.

"Ih, Kak Ilham nakal banget sih. Dulu Syifa khawatir Kakak mati, haha. Soalnya Syifa gak punya siapa-siapa lagi selain Kakak waktu itu."

"Tapi, Fa. Kita udah berhasil ngelewatin kegelapan itu. Allah udah baik banget mau ngasih kita hidayah, padahal kalo dipikir-pikir, dosa Kakak gede banget. Allah memang Maha Baik. Gak kerasa, nikmat Allah yang paling indah itu adalah iman. Seandainya iman itu gak ada, hati kita bener-bener dalam masalah," ucap Ilham.

"Iya, Kak. Harusnya kita gak berhenti bersyukur sama Allah karena hingga saat ini, kita masih dijaga dengan iman dan islam. Kadang, Syifa yang tak pandai bersyukur ini malu minta sama Allah. Tapi, harus kepada siapa lagi kita mengadu, selain kepada Allah?"

Mereka larut dalam perbincangan mengenai kisah hijrah dulu. Ternyata, sudah cukup jauh mereka melangkah dalam hijrah. Setelah hijrah, mereka menemukan sebuah pengalaman berharga bahwa, hijrah itu tidak terlalu berat dibandingkan mengistiqomahkannya. Perlu perjuangan dan kesungguhan agar bisa bertahan dalam kebaikan.

Setiap orang pasti akan menyadari masa lalunya dan kemudian berubah. Hanya tinggal masalah waktu dan kemauan orang itu mengubahnya. Semakin cepat dia berubah, maka itu semakin baik baginya. Karena ajal itu tidak memandang umur. Apakah masih muda atau sudah tua. Yang muda pun sudah banyak yang Allah panggil untuk menghadap. Maka sebaik-baik orang adalah yang menggunakan masa mudanya untuk selalu mendekatkan diri pada Allah, memperbaiki diri, meningkatkan takwa dan mempersembahkan karya terbaik di hadapan Allah Swt. Karena masa muda, akan dipertanyakan di akhirat kelak.

Tak lama setelah itu, tiba-tiba seorang gadis melewati Masjid At-Taqwa. Gadis itu melihat ke arah Syifa dan lantas menghampirinya. Syifa seperti mengenal gadis yang rambutnya terlihat kusut itu. Itu seperti... Fiany. Apa kabar dia? Setelah sekian lama menghilang di hadapan Syifa.

"Syifa, kan?" tebak Fiany.

Syifa bangkit dari duduknya dan menghampiri Fiany. "Iya. Ini Fiany, kan?"

Fiany menganggukan kepalanya. "Gue mau ngomong sama lo!"

Syifa sempat berprasangka buruk pada Fiany. Dia takut, Fiany akan mencacinya kembali. Dia juga takut, Fiany akan berbuat sesuatu untuk membatalkan pernikahannya dengan Bagas. Tapi, Syifa segera beristigfar dan menepis segala pikiran-pikiran buruk di hatinya.

Fiany tampak melirik ke arah Ilham. "Gue mau kita ngobrol empat mata." Fiany mengacungkan empat jarinya ke arah Syifa dan Ilham.

"Kak, mending Kakak tilawah aja di dalem masjid. Nanti kalo obrolan kita udah selesai, Syifa panggil Kakak," ucap Syifa.

Ilhampun mengangguk paham dan lantas masuk kembali ke dalam masjid.

Syifa menatap ke arah Fiany dan mengajak Fiany untuk duduk di tempat Ilham tadi. "Ada apa, Fiany?"

Fiany terdiam dan menunduk. Wajahnya seperti menyiratkan sebuah kesedihan. "Lo mau nikah ya, sama Bagas?"

Syifa tersenyum tipis. Dia berfikir, apakah Fiany akan menyuruhnya untuk membatalkan pernikahan? Astagfirullah, lagi-lagi Syifa beristigfar dari pikiran yang tak seharusnya. "Emm, iya. Beberapa hari lagi. Kenapa?"

"Tenang aja, gue gak bakal ngerebut Bagas lagi kok. Gue ke sini cuma mau ngobrol sama lo," ucap Fiany yang membuat Syifa menghembuskan nafasnya lega.

"Ngobrol apa?"

Fiany tampak berfikir sejenak untuk merangkai kata. "Syifa. Gue nyesel se-nyesel-nyeselnya. Gue jahat banget sama lo. Dulu, bahkan gue udah ngeluarin lo dari sekolah."

"Gapapa kok. Mungkin itu cara dari Allah, agar hijrahku lebih mantap di pesantren," jawab Syifa.

"Nah, itu yang mau gue tanyain."

Syifa mengernyitkan dahinya bingung. "Nanya apa?"

"Gue mau hijrah kaya lo! Jadi orang jahat tuh cape, Fa, haha." Fiany tertawa pahit.

"Alhamdulillah."

"Sebelumnya gue mau cerita sama lo."

"Boleh. Cerita aja," respon Syifa dengan senang hati.

"Gue mau hijrah, jadi orang yang baik kaya lo. Tapi, Mamah gue ngelarang keras. Makannya gue kabur dari rumah."

"Hah? Kabur? Caranya bukan gitu juga, Fiany."

"Tapi gue gak suka dilarang-larang kaya gini! Masa gue mau jadi baik malah dipersulit gini sih, Fa?" Wajah Fiany tampak murung.

"Kamu gak boleh ngomong gitu. Masih inget gak dulu, aku aja dicaci-maki, dihina, diejek sama kamu? Sebenernya aku gak tahan. Aku pengen bales kamu. Tapi aku sadar, bahwa sabar itu jauh lebih indah, Fiany."

Fiany mengingat kembali masa dimana ia menghina Syifa. Dia merasa malu. "Iya juga ya, gue jahat banget sama lo. Maafin gue, Fa."

"Iya gapapa. Ini hanya ujian di dalam hijrah, Fiany. Setiap orang pasti diuji dengan kemampuannya masing-masing dan Allah tak akan menguji kita sekiranya kita tak mampu. Allah uji kita, karena Allah ingin tahu, siapa yang akan bersabar dan pantas menggapai surgaNya. Oh iya, kalo Allah uji kita, Allah tau bahwa kita mampu menghadapinya."

Fiany tersenyum dan lantas mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah kain kerudung berwarna pink. "Gue punya kain cantik ini, tapi gue gak bisa makenya. Mau gak, makein ini ke kepala gue?" Fiany menyodorkan kain kerudung itu dan diterima dengan senang hati oleh Syifa.

Dengan cekatan, Syifa memakaikan kain itu ke kepala Fiany. Sebelumnya, rambut Fiany diikat seperti ekor kuda. Terakhir, Syifa memakaikan peniti di kain bagian leher Fiany. Saat itu Fiany terlihat sangat cantik dengan senyuman manisnya.

"Cantik," gumam Syifa.

Fiany tersenyum dan tak terasa air matanya meleleh, merobohkan benteng pertahanannya selama ini. Dia terharu bisa melakukan ini. Dia tak menyangka bisa melangkah menjadi baik walaupun sedikit. Tangisnya semakin menjadi.

"Gue tau gue cewe yang gak baik, tapi gue juga pengen jadi baik. Gue pengen berubah. Karena gue sadar, hidup ini cuma sebentar. Gue takut, Fa."

Syifa tersenyum tipis. "Allah Maha Baik. Allah selalu memberi kita semua kesempatan untuk berubah. Semuanya kembali lagi pada diri kita, apakah kita akan memilih jalan hidayah, atau justru sebaliknya."

"Gue gak bisa hijrah sendiri, Fa."

Syifa mengenggam erat tangan Fiany. "Kita hijrah sama-sama." Syifa tersenyum. "Kita kuatkan ketaatan kita pada Allah. Kita bersahabat karena Allah hingga surga nanti."

"Setelah dulu kamu dihina sama aku, kamu masih mau nemenin aku hijrah?"

"Pencipta kita selalu memaafkan dan mengampuni kita. Aku tak mau jadi manusia yang sombong. Dan menjadi pemaaf itu adalah
mulia di mata Allah."

Fiany memeluk Syifa dengan erat. Dia membiarkan air matanya mengalir kembali di pipi.

Allah memang Maha Baik. Tak pernah memandang dalam memberi hidayah. Manusia hebat adalah yang mengambil jalan hidayah dan siap menghadapi berbagai macam konsekuensinya dengan hati yang penuh keyakinan, bahwa di setiap langkahnya, ada Allah yang menemani. Jikalau kesulitan, dia punya Allah yang Maha Penolong.

__________________________________________________

Assalamualaikum.
Sebelum walimahan Syifa, kita menyaksikan dulu hijrahnya Fiany, hehe. Ada yang tertarik buat menjadi lebih baik lagi??
Yuk, kita hijrah:)

Salam,
Saifa Hunafa💖

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top