09.Puncak

Brakk!!

Suara tas yang ku lemparkan di sofa terdengar kuat.

Kakakku,kakak laki-laki ku yang sedang duduk sambil melihat tv itu tersentak kaget.

"Kenapa sih? Kumat?"Ucapnya.

"Iya! Kumat karena kamu! Kakak macam apa  yang ninggalin adeknya?!!"ketus Ku.

Dia nyengir, dan itu semakin membuat ku kesal.

"Nyengir teroooosss..masuk lalat baru tau rasa!"ketus ku.

"Udah deh! jangan ngomel terus, mending kamu shalat, bentar lagi waktu ashar habis loh"

Aahh..iya benar!

"Yaudin!"ucapku, lalu segera pergi ke kamar ku yang berada di lantai satu.

"WOIII...TAS KAMU INIIII..."teriaknya.

"Tinggal letak di kamar aja! Susah banget sih"Dengus ku.

Aku tetap melanjutkan langkahku untuk ke kamar.

Aku 3 bersaudara.

Edo Alhendra Raihan.
Adalah anak pertama, yang berarti dia adalah kakakku.

Orang tua ku,dan yang lain memanggil dia Al,tapi aku lebih suka manggil dia Edo.

Dan yang kedua aku, Aika Alhena Raihan.
Aku anak kedua.

Dan yang terakhir masih kecil,masih berusia 8 bulan.
Namanya Alnaira Alhera Raihan.
Adikku itu sangat cantik dan imut,memiliki mata yang bulat,hidung mancung,pipi tembem.

Terkadang, kalo gak ada Mama di dekat Alnaira, sudah aku gigitin itu pipinya.

Orang tua kami masih muda.
Umur aja masih  35.
Orang tua kami dulu itu menikah mudah, karena di jodohkan.

"AIKAAA...ALNAIRA NANGIS INIII"teriak bang Edo.

Ishh..baru juga mau mandi! Mana gerah lagi!

Dengan malas,aku pun turun ke bawah.

Di bawah aku melihat kakak ku lagi menggendong adik ku itu.

"CK! Gimana mau jadi ayah Lo kalo ngurus gini aja gak bisa!"Dengus ku.

"Enak aja! Masih muda ini oii.."Ucapnya.

Sekarang aku sudah menggendong adikku.

"Ya..mana tau, secara kan umur kamu udah mau masuk 19"Ucapku, lalu aku menimang-nimang adikku.

"Mama sama papa kapan balik?"tanya ku.

Kak Edo menggedikan bahunya acuh.

Lalu dia berjalan ke kursi makan.
Sebelum itu, dia mengambil susu kotak di kulkas.

"Gak tau"Ucapnya.

Aku mendengus.
Ku lirik adikku ini,dia udah tidur.

Aku pun meletakkan nya ke box bayi yang ada di kamarnya.
Kamar Alnaira kamarnya berada di sebelahku.

***

"Oii...berduaan aja,setan tau! Setann"peringat Dini.

Aku memperhatikan dari jauh.

Arif dan Fatia lagi bakar jagung.

Karena kami akan libur selama  beberapa hari, kami memutuskan untuk berlibur ke puncak.

Saat ini kami sedang mengadakan pesta BBQ.

Sebelum mengadakan BBQ ini kami sempat mengadakan ngaji bersama.

Aku sedang menyiapkan piring-piring di tikar yang di gelar di rumput ini.

"Iya! kamu setannya"ucap Fatia, dan ku lihat dini mendengus kesal.

"Nih,udah siap"Ucap Afrian, dia meletakkan ayam panggang di tikar yang selesai aku dan putri gelar.

Aku mengangguk.

Aku baru selesai menata piring-piring ini untuk satu-satu orang.

Saat tiba bagian piring Fatia yang ingin ku letakkan, Afrian mencegatnya.

"Why?"tanya ku.

"kamu gimana sih? Ini masih berdebu tau! Kalo Fatia sakit gimana?"omel nya pada ku.

Fix!! Aku sakit hati!

Aku meletakkan piring Itu dengan kuat di tikar.

"Silahkan di lap!!"ketus ku, lalu aku pergi ke dapur.

Sebegitu perhatian nya Afrian sama Fatia??

Hah..aku hanya bisa tersenyum miris.

"Kenapa Aika?"tanya putri.

"Eh? Engga..aku gapapa kok,itu minumannya kan? Sini, aku yang bawa! kamu gelas-gelas nya aja"Ucapku, dan putri mengangguk.

**

Semua sudah selesai.
Kami semua berkumpul di tikar, duduk dengan melingkar.

Aku mengelap gelas yang akan di pakai untuk Fatia supaya Afrian puas.

"Kok pake di elap Ka?"tanya Fadilah.

Aku menoleh ke fadilah yang ada di samping ku ini.

"Ha? Engga..supaya ga berdebu aja ,ntar sahabat ku yang satu ini SAKIT lagi!"Ucapku sambil menekan kata 'SAKIT' Lalu tersenyum manis.

"Alahhh..lebay ah! Udah bersih kok"Sentak Fatia.

"Aku kan sayang sama kamu Fatiaa"Goda ku, lalu aku mengerjap-ngerjapkan mata ku ke Fatia dengan maksud menggodanya.

Mereka semua tertawa melihat interaksi ku antara Fatia, kecuali Afrian dia hanya diam sambil menikmati makannya.

Saat Afrian mau meminum minuman nya, aku tak sengaja melihat ada Sesuatu di minuman Afrian.

"Af, tunggu!!"Pekikku

Dia terhenti, lalu melihat ke aku.

Semua juga begitu, mereka melihat ke arahku.

"Kenapa?"tanya Afrian

"Em..itu, minuman kamu udah jorok deh, pasti kena arang, arangnya terbang"Ucapku.

Dia melihat ke minumannya.
"Iya bener"Ucap Alfa.

"Terus aku minum apa? Mana minuman nya udah habis lagi, mau ke dalem mager"Ucapnya.

"Pedes iniii"gerutunya lagi.

Aku menghela nafas.

"Minum punya aku aja, masih ada setengah"Ucap ku.

"Tapi Aika..kamu juga kepedesan itu"Ucap Maulidia.

Aku tersenyum.
"Gapapa, aku minum punya Afrian aja" Ucapku, lalu menukar minuman kami.

Afrian mau mencegatku tapi sudah telanjur, minuman itu sudah masuk ke kerongkongan ku.

"Demi sahabat? Iyakan?" Ucapku, lalu tersenyum manis.

Miris, inilah aku dengan kebucinan yang membodohi.

******

Aku merasakan sakit pada tenggorokan ku.

Hingga membuat ku tak bisa untuk tidur.

Ku lihat samping ku, Fatia dan Dini udah tidur.

Mau bangunin mereka gak tega.

Akhh..keluar aja lah.
Cari asam Jawa  mana tau ada di kulkas.

Apa ada ya??

Aku memakai hijab masukkan ku lalu keluar.

*

"Loh? Belum tidur ka?"tanya sebuah suara.

Membuat aku menghentikan menggeledah lemari gantung ini.

Alfa..

"Iya fa, tenggorokan aku sakit! gak ada asem Jawa ya?"tanya ku.

Dia menggeleng.
"Pasti karena minum minuman Afrian kamu kaya gini, gak ada asem Jawa, di puncak lagi"Ucapnya.

Aku terduduk lesu.
"Jadi gimana dong?? Sakitt"tak terasa aku menangis.

Alfa berjongkok di hadapan ku.

"Andai kata kita muhrim, udah aku elus kepala kamu"Ucapnya.

Uuhh..
Pipi ku memanas.

"Muhrimin dong"goda ku.

Dia terkikik kecil.

"Duduk di pantry sana"Suruhnya.

Aku mengangguk, lalu duduk di pantry.

Ku lihat Alfa membawa jeruk nipis, lalu kecap.

Dia membelah jeruk nipis itu lalu memeras ke sendok, dan di kasih kecap.

"Minum nah"Ucapnya, tangannya menyendokkan larutan itu ke aku.

Aku menerimanya.
Terasa hangat..

"Gimana? Lumayan?"Tanya nya.

Aku mengangguk.
"Makasih, baik banget sih..gimana aku gak suka coba sama kamu"Lirih ku.

"Eh? Apa?"tanya nya.

Aku tersentak.
"Ng...gapapa, udah ah! mau tidur ngantuk! kamu juga tidur,Udah jam 2 loh itu"Ucap ku.

Dia mengangguk.
"Iyaa"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top