CHAPTER 5
“Kenapa kita harus tinggal disini? Rumah Bapak kan besar!” protes Lea, saat Malik membawanya pergi melihat rumah yang ia beli secara kredit 2 tahun lalu bersama Seruni. Perumahan cluster terbesar di daerah Tajur Halang. Jauh dari rumah Bapak, tapi dekat ke tempat mengajar Malik.
“Aku mau kita mandiri Le. Kali ini aku ingin mengatur semua urusan rumah tanggaku sendiri tanpa campur tangan orang lain.”
“Oh, jadi Lo mau bilang kalau selama ini orang tua Gue mencampuri urusan rumah tangga Lo sama Uni? Gitu?”
Malik, mengangkat sebelah matanya “Kenyataannya begitu kan.”
Lea, tertawa hambar “Lo, nya aja kali yang enggak tegas jadi suami.” Ejek Lea, membuat wajah Malik Hakim memerah.
“Bisa enggak bahasa kamu diubah mulai sekarang. Aku suami kamu sekarang, tolong lebih sopan sedikit.”
Lea, melemparkan pandangan protes ke arahnya. “Wo-Hooo…. Baru juga seminggu sudah mulai ngatur-ngatur."
“Aku serius Le!”
Lea, mengangguk-angguk “Jadi, kapan kita pindah?”
“Bulan depan. Besok tukang baru akan datang untuk pasang gerbang dan kanopi depan. Rapihin dapur, sama bikin teras halaman.”
“Aku mau ada taman sedikit nanti di halaman, bisa?”
Malik menatapnya, “Bisa.”
Lea, mengangguk-angguk dan berjalan ke halaman depan rumah bentuk minimalis type 42/84.
“Cicilannya sebulan berapa? Lumayan kan pastinya rumah non subsidi seperti ini.”
“Itu tanggung jawabku, kamu enggak usah khawatir.”
Lea, mencibir “Ge-er, siapa juga yang khawatir!”
Malik, mengambil nafas panjang.
“Oh iya, Gue pulang agak larut malam ini."
Dahi Malik berkerut bingung, “Mau kemana? Enggak boleh!”
Lea, mencebik sebal “Aduhhh, udah deh Lik jangan mulai berlebihan seperti itu! Gue cuma pergi sama Anantah dan Ghaitsa sebentar.”
“Iya tapi kemana?”
“Nonton konser di Summarecon, enggak boleh?” tantang Lea.
Wajah Malik kembali memerah karena marah. Susah sekali rasanya mengendalikan wanita dihadapannya ini “Kalau aku bilang enggak, kamu tetap pergi?”
Lea bungkam dan membalas tatapan Malik dengan sama marahnya “Lik, Gue Cuma mau nonton konser Sheila on 7, bukan mau ngedugem!”
“Oh ya?”
Lea, membulatkan mata demi mendengarnya “Sudah ah, balik yuk nanti pulangnya kesorean. Gue harus siap-siap dulu!”
Malik, menahan tangan Lea. “Kamu boleh pergi, asal aku ikut!”
Lea, menatap pria dihadapannya ini dalam sesaat sebelum akhirnya tawanya pecah. “Ya ampun, mau ikut saja pakai muter-muter ngelarang. Bilang saja ‘aku ikut ya Le,’ gitu saja kok ribet.” Ejek Lea, membuat Malik Hakim lagi-lagi menahan nafas dan beristighfar.
“Yuk pulang,” Sambung Lea. “Mau nonton konser masa iya rapi banget pakai kemeja lengkap sama jas-nya”
Hari ini, memang Malik ada kelas mata kuliah sehingga setelah jam pelajaran usai barulah Lea menjemputnya di kampus dan mereka menuju Tajur Halang. Pria itu bahkan belum sempat membuka jas nya.
Malik, menyusul langkah Lea setelah mengunci rumah. Pria itu kembali menahan lengan Lea dengan lembut dan mengambil alih kunci mobil dari tangannya. “Biar aku yang nyetir.” Dan pria itu berjalan memimpin.
Lea, memandangi punggung Malik dari belakang. Ia membatin ‘jangan mulai lagi, Lik. Jangan mulai membuatku jatuh cinta lantas kembali terluka.’
--- Bersambung---
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top