🎶 Chapter 05 💞

Satu hari sebelumnya.

Nakula berjalan dengan diikuti dua punggawanya. Tangannya masih memainkan bola basket. Sekolah sudah sangat sepi hari itu, karena jam pulang sudah berbunyi tiga puluh menit yang lalu. Benar, hari ini dia dan teman-temannya akan bermain basket.

"La, bukannya itu Yuta? Sepupu lo," ujar Gery yang berjalan di belakang Nakula. Cowok itu menoleh dan mengikuti pandangan Gery.

Nakula tersenyum sinis. "Udah lama gue enggak gangguin dia," ucapnya.

"Katanya dia juga suka sama Naomi." Adrian menimpali. Tertarik dengan ucapan temannya, Nakula segera meminta penjelasan pada Adrian.

"Lo yakin?" Nakula tak percaya.

"Lo enggak tau? Cewek gue bilang gitu, katanya Yuta suka sama Naomi. Jelas kali, cara Yuta memperlakukan Naomi itu beda," ujar Adrian.

"Wah, menarik! Dia mau saingan sama gue," ujar Nakula tersenyum tipis.

"Yang jadi pertanyaan, sejak kapan lo naksir tuh cewek? Bukannya Bianca lebih menggoda?" Gery penasaran. Adrian mengangguk setuju.

"Udah lama gue tertarik sama dia," ucapnya. Wajahnya penuh ambisi. "Ayo!"

Mereka berjalan menuju lapangan. Tampak Yuta sudah berada di depan mereka. Cowok itu membuang muka setelah melihat Nakula dan teman-temannya. Hingga dia bisa melewati Nakula begitu saja.

"Besok kita tanding," ucap Nakula tiba-tiba. Awalnya Yuta tak tertarik dengan ucapan Nakula, tetapi tiba tiba langkahnya terhenti ketika cowok itu mengatakan, "Yang menang itu yang dapet Naomi."

Yuta segera memutar kepalanya. Menatap tajam Nakula, dan tersenyum kecut.

"Lo suka sama dia?" tanya Nakula. Yuta tak menjawab.

"Jadi, sama. Kita suka sama cewek yang sama." Nakula memperjelas. "Gimana kalo kita bertanding? Buat dapetin dia," ujarnya.

"Dia bukan piala yang didapat setelah pertandingan." Yuta memutuskan untuk kembali melangkah.

"Lo takut kalah? Oke, besok gue bakal nyatain perasaan gue di depan anak-anak," ujar Nakula. "Gue bakal buat dia jatuh cinta sama gue dan ..."

Yuta menghentikan langkahnya, dia menoleh seraya berkata, "Lo mau mainin dia?" Nakula tersenyum sinis.

"Tentu," jawab Nakula pasti.

"La, urusan lo sama Naoki, bukan Naomi. Lo enggak usah gangguin dia," ujar Yuta sedikit memohon.
Nakula hanya tersenyum sinis menanggapinya.

"Oke, kita tanding. Tapi, kalo gue menang, lo jauhi Naomi," ujar Yuta bernegosiasi. Nakula tampak berpikir, sebelum akhirnya cowok itu kembali tersenyum.

"Setuju," jawabnya, dia meninggalkan Yuta dengan rasa kesalnya.

____

"Gue serius, suka sama lo," ujar Nakula lagi. Yuta mendekati Nakula.

"La, gue yang menang!" pekiknya tegas. Nakula tersenyum sinis.

"Kenapa? Ini perasaan gue, daripada gue pendem, mending gue nyatain," jawab Nakula santai.

"Tapi," sela Yuta.

Naomi semakin malu, banyak suara-suara sumbang di sekitarnya. Menandakan mereka iri, memperlihatkan mata tajam terhadap Naomi, ada juga yang jelas memberi kekaguman kepada Naomi.

Terlebih saat Nakula mendekat kepada gadis itu, membuat Naomi semakin malu.

"Gue suka sama lo, Naomi," ucap Nakula mempertegas. Gadis itu terlihat gugup, dia malu. Tersenyum sangat terpaksa saat berhadapan dengan Nakula.

"Kenapa tiba-tiba?" tanyanya ragu.

"Tiba-tiba? Enggak, gue udah lama suka sama lo," ujar Nakula meyakinkan.

"Tapi ..." Belum sempat meneruskan ucapannya, bel masuk sudah berbunyi. Membuat semua penonton yang menyaksikan mengeluh. Mereka penasaran akan jawaban dari Naomi.

"Oke, gue bakal bikin acara resmi buat nembak lo," ujar Nakula. Dia tersenyum dan meninggalkan lapangan. Kepergian Nakula membuat Naomi bernapas lega. Ren hanya mengedikkan bahu tak mengerti, membuat Naomi semakin bingung.

Sesampainya di kelas, Naomi lebih bingung, ketika melihat Hiko dan Naoki memiliki luka pada wajahnya. Segera dia menyerbu Ren dengan pertanyaan.

"Apa mereka berdua berkelahi?" bisik Naomi.

"Mereka berdua? Siapa?" Ren yang tengah menyiapkan buku pelajaran menghentikan gerakan.

"Hiko sama Kak Naoki," ujarnya cepat. Ren menoleh ke arah belakang, memperhatikan Naoki dan Hiko secara bergantian.

"Ah," ujarnya setelah memastikan. "Kenapa?"

"Heh!" Naomi bingung.

"Kenapa mereka bertengkar?" Ren bingung. Pasalnya dia tak pernah melihat interaksi antara Naoki dan Hiko. Apalagi tentang masalah mereka. Lagi-lagi Ren menoleh dan memperhatikan kedua laki-laki itu. Hingga mata mereka bertemu. Membuat Ren segera kembali duduk dengan posisi semula.

"Apa yang mereka masalahkan?" tanya Ren lirih.

"Tapi, kenapa tiba-tiba Nakula nembak gue? Kenapa tiba-tiba dia suka sama gue?" Naomi bertanya-tanya.

"Apa mungkin ...." Ucapan Ren terhenti ketika sang guru masuk ke kelas.

Pelajaran dibuka dengan evaluasi hasil tugas mereka, guru juga menulis jawaban dengan rumus yang beruntun serta menjelaskannya. Semua murid bersikap tenang. Memperhatikan apa yang tengah guru itu sampaikan. Berbeda dengan Naoki, dia tidur di bangkunya dan Hiko hanya memandang jendela kelas yang memantulkan sinar matahari.

Kelas berakhir saat bel istirahat berbunyi. Sebagian siswa sudah hilang bersama bunyi bel itu, dan sebagian perlahan meninggalkan kursi panasnya.

"Ayo!" Ren berdiri dari bangkunya. Naomi. Masih terdiam seperti tengah memikirkan sesuatu. "Kenapa?"

"Gimana kalo gue ketemu Nakula?" tanya Naomi ragu. Ren tersenyum, dia menarik lengan Naomi paksa.

"Ada gue," ujarnya.

"Lo cuma bisa diam kalo ada apa-apa sama gue," ucap Naomi, akhirnya gadis itu bangkit. Ren tersenyum.

"Karena gue pengen lo bebas berekspresi," ucapnya ngawur. Membuat tatapan Naomi kesal.

Lagi-lagi keduanya dibuat heran. Kali ini pemandangan luar biasa yang terjadi di depan mereka.

"Ayo!" Gaya Hiko dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan berjalan santai menuju meja Naoki yang masih bersandar pada mejanya, membuat Naomi dan Ren benar-benar terkejut.

"Apa mereka mau berantem lagi?" bisik Naomi segera. Dengan inisiatif, Naomi berjalan ke arah mereka.

"Ini sekolah! Jangan sampai kalian membuat masalah," ujarnya tegas. Membuat pandangan Naoki dan Hiko mengarah padanya secara bersamaan.

"Apaan?" tanya Hiko bingung. Naoki bangkit. Dia melihat adiknya datar.

"Kak, sebenarnya kalian punya masalah apa?" Naomi mewawancarai.

"Ayo!" Cowok itu tak menjawab. "Gue traktir lo hari ini," ucap Naoki. Dia melewati adiknya dan memberikan sentuhan lembut pada rambut Naomi sembari sedikit mengacaknya. Jelas, Naomi tambah bingung. Melihat kakaknya berjalan bersama Hiko dengan senyum dan sedikit candaan dari Hiko.

Naomi menatap Ren, cowok itu hanya mengangkat bahu tak mengerti.

"Ayo!" ajak Ren.

Dalam perjalanan ke kantin, Naomi dan Ren sibuk dengan perasaan masing-masing. Keduanya tampak tengah berpikir.

"Kenapa gue sakit hati, saat lihat sahabat terdekat gue memiliki teman baru," batin Ren.

"Kedekatan mereka buat gue curiga akan satu hal," batin Naomi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top