🎶 Chapter 01 💞


💞💞💞💞

Bagaikan langit di sore hari

Berwarna biru sebiru hatiku

Menanti kabar yang aku tunggu

Peluk dan cium hangatnya untukku

Oh ...

Tiba-tiba satu tembang dari Melly Goeslaw berhenti, dengan sengaja penghuni lain di rumah berlantai dua itu mematikan ponsel yang tergeletak manis di atas meja.

"Kak!" protes gadis bersurai panjang yang sedang sibuk menata buku di lemari televisi depan kamarnya. Dia tak terima lagu yang membuat moodboster-nya kembali, dihentikan begitu saja oleh kakak semata wayangnya.

"Berisik!" Cowok bernama Naoki dengan judesnya merespon protes saudara kembarnya, Naomi.

"Aish," umpatnya kesal. Netra coklat itu masih menatap cowok berdagu tirus itu, yang sudah duduk di belakangnya.

Naoki tampak biasa saja, dia hanya bisa tersenyum sinis melihat kekesalan adiknya. Hubungan mereka sebagai kakak-adik memang terbilang kurang akur, terlebih kepribadian keduanya yang berbanding terbalik.

Naoki meraih remote TV dan menyalakannya, menambah volume suara yang membuat Naomi terbakar emosi.

"Kak!" protes gadis itu lagi. "Berisik! Kenapa enggak nonton di lantai satu aja!" bentaknya kesal.

"Lo aja yang turun! Gue males, lagian lantai dua itu wilayah kekuasaan gue!" ujar Naoki tegas.

"Sama Adik enggak mau ngalah," ujar seorang cowok yang tiba-tiba muncul dari anak tangga, dia menebar senyum manisnya pada gadis yang sudah mengerucutkan bibirnya kesal. Dialah Ren.

Cowok itu berjalan menuju sofa yang diduduki Naoki. Tetapi, Naoki malah menampakkan wajah kesal dan memilih masuk ke dalam kamarnya. Naomi tampak lega dengan kedatangan Ren.

Ren mengecilkan suara televisinya.

"Lagi apa?" tanya Ren duduk dengan menyilangkan kakinya.

"Beresin ini, perasaan setiap Kakak yang ngambil berantakan terus," ujar Naomi menunjuk buku-buku yang masih bertumpuk di lantai. Itu adalah koleksi komik dan novel milik Naomi dan Naoki. Ren tersenyum. Cowok itu melirik pintu kamar Naoki yang sudah tertutup rapat.

"Apa dia lagi kesal?" tanya Ren. Naomi mengedikkan bahu.

"Bukannya kalo lo datang selalu seperti itu?" Naomi tersenyum. Ren mengangguk.

"Mau makan eskrim?" tanya Ren lagi. Seketika Naomi bersemangat. Dia mengangguk cepat sebagai jawaban.

"Ayo!"

Naomi dan Ren berjalan menuju toserba. Satu tangan cowok itu dimasukkan ke dalam saku celana, dan satu tangan yang lain merangkul Naomi.

"Ren, seandainya Kakakku tidak mengalami hal buruk, pasti dia akan baik-baik saja, 'kan?" tanya Naomi. Ren mengangguk.

"Dan kalo bukan karena gue, dia juga bakal baik-baik aja," ucap Ren lemah. Naomi menghentikan langkahnya. Dia menoleh dengan tatapan paling tajam seperti mata elang.

"Berhenti menyalahkan diri!" protes Naomi. Ren tersenyum, ia mengacak rambut gadis itu hingga sedikit berantakan. Lalu kembali melangkahkan kakinya.

[[]]

Cahaya mentari pagi itu begitu cerah. Semua siswa berjalan dengan semangat menuju gerbang sekolah. Berbeda dengan Naomi yang sudah menekuk wajahnya karena Ren hari itu tak menjemputnya dan Naoki yang seperti biasa berangkat seorang diri tanpa menawarkan tumpangan untuk adiknya.

Langkahnya terhenti ketika seseorang menabraknya kasar. Tentu saja gadis itu oleng dan hampir terjatuh, untungnya dia segera menyeimbangkan tubuhnya hingga bisa kembali berdiri tegak.

"Kalo jalan pake mata!" gumam cowok yang hari itu memakai hoodie berwarna abu-abu. Naomi semakin kesal, dia memang bersalah karena tidak melihat keadaan jalan, tetapi Hiko cowok yang menabraknya dengan jelas. Gadis itu mendengkus.

Hiko melanjutkan langkahnya kasar. Membuat Naomi menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Ada apa dengan hari ini!" gerutunya kesal. Ia melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Suasana kelas tampak ramai seperti biasa. Sebelum bel berbunyi, ada saja aktivitas siswa yang membuat kelas semakin gaduh. Berbeda dengan Ren yang sudah sibuk dengan buku-bukunya. Naomi segera duduk di samping Ren meminta pertanggung jawaban. Dia merajuk karena pagi ini harus berdesak-desakan menggunakan bus umum.

"Lagi? Dia enggak ngasih tumpangan?" tanya Ren, dia sangat mengerti keadaan yang dialami sahabatnya itu. Naomi hanya mengembuskan napas kasar.

"Kenapa enggak bisa jemput?" rajuknya manja. Ren tersenyum, dia mengusap rambut Naomi sebentar lalu kembali menarik tangannya lagi.

"Tadi Nyokap minta anter ke kantor. Dia harus rapat pagi-pagi. Daripada nunggu Bokap lama, mending gue anter," ujar Ren menjelaskan.

Percakapan mereka terhenti ketika seorang cowok yang juga dari kelas itu mendekat.

"Permisi, tadi Pak Zidan bilang, habis ini kelas kosong. Beliau minta lo ngambil tugas di mejanya." Cowok berpapan nama Yuta menjelaskan. Naomi tersenyum dan mengangguk mengerti.

"Memangnya Pak Zidan ke mana?" celetuk Ren.

"Ah, Beliau ada rapat." Yuta tersenyum dan pergi meninggalkan Naomi dan Ren.

"Gue harus ambil tugasnya sekarang," ujar Naomi. Dia bergegas meninggalkan mejanya. Sebelum bel masuk berbunyi. Naomi adalah ketua kelas 2-3, dia yang memiliki tanggung jawab penuh pada saat jam kosong.

Tepat sampai pintu, dia kembali bertabrakan dengan Hiko, membuat cowok itu kesal.

"Minggir!" perintah Naomi datar.

"Sengaja? Nabrak gue," ujar Hiko ketus. Belum sempat Naomi menjawab, Naoki melewati keduanya dengan sedikit menyenggol lengan Hiko. Tanpa meminta maaf, dia berjalan begitu saja.

Hiko mendengkus. Naomi segera pergi dari hadapan Hiko.

"Kakak-Adik sama saja," ujarnya sinis.

Naomi kembali dengan sebuah tugas di tangannya. Dia berdiri di balik meja guru dan mulai mengumumkan tugasnya.

"Dikerjakan sampai jam istirahat lalu dikumpulkan, mengerti!" Suara lantang Naomi menggema ke seluruh penjuru kelas.

"Iya," jawab sebagian siswa kompak. Naoki sudah dalam posisi telungkup. Hiko, seperti biasa memandang jendela menatap luar kelas. Hanya dua siswa itu yang membuat Naomi menggelengkan kepala tak mengerti.

Naomi kembali duduk di bangkunya. Ia melihat jadwal piket untuk hari ini. Nama Naoki, Hiko, Herlan, Yeji tertulis di sana. Naomi hanya menghela napas.

"Hari ini sungguh sangat aneh!" gerutunya lirih.

"Kenapa?" Ren yang duduk sebangku dengan Naomi penasaran.

"Enggak, ini hari paling sial di hidup gue," ucap Naomi lemah.

"Kutukan? Tanggal satu!" Netra Naomi membulat. Gadis itu tampak terkejut.

••••

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top