3 - Daryl

Beredar kabar bahwa direktur CIA, Allen Dulles adalah otak tewasnya John F. Kennedy dan jatuhnya Soekarno. Dikatakan bahwa Dulles bermaksud menguasai Papua untuk menguras sumber daya alamnya. Kemudian Greg Poulgrain menuangkan keyakinannya dalam buku hasil risetnya selama 30 tahun yang diberi judul The Incubus of Intervention Conflicting Indonesia Strategis of John F. Kennedy and Allen Dulles.

Sejak sejam yang lalu, mereka bertiga meributkan hal yang sama sekali tidak dibutuhkan. Bukan sehari, sebulan atau setahun mereka menjadi agent tapi baru kali ini mereka benar-benar bodoh. Ketiga orang itu terdiri dari si ahli IT, ahli senjata, dan yang ke terakhir si ahli penyamaran serta pengamatan.

Sedangkan Daryl? Sang ketua dari ketiga anak buahnya, hanya duduk dengan rileks seraya meminum kopi luwak dari Indonesia yang menurutnya sangat enak dan baunya harum menenangkan ditemani oleh sepotong cake red velvet yang sangat cocok untuk cuaca hujan seperti sore ini.

"Ini sangat tidak masuk akal menurutku. Allen Dulles menjabat sebagai Direktur CIA pada tahun 1953 sampai 1961. Sedangkan sekarang adalah 2017. Lalu menurut kalian, untuk apa kita ditugaskan mencari kebenaran cerita ini? Dulles pun telah meninggal tahun 1969. Kita harus mulai darimana?" Tanya Luke, si ahli IT. Daryl menutup mata, mencoba istirahat karena ia baru kembali dari penyelamatan di Palestina.

"Menurutku pun begitu. Lalu untuk apa sekarang Greg Poulgrain menerbitkan penelitiannya? Apa dia ingin menimbulkan perang antara Indonesia dengan Amerika?" Suara yang mengalun lembut dan berat itu adalah Louis, si ahli penyamaran dan pengamatan.

"Berita baru!" Daryl segera membuka mata lalu menatap Luke, "16 Agustus 2017, CIA Bermain di balik New York Agreement. Tidak sekedar kesepakatan status politik orang asli Papua. Namun di lain sisi ada permainan kepentingan ekonomi antara Amerika, Indonesia dan Belanda." 

Daryl menggelengkan kepalanya kecil kemudian menghisap kuat kuat rokok yang ia bakar tadi lalu menghembuskannya dengan pelan. Ia menyenderkan punggungnya di sofa dan mencoba menutup matanya kembali.

"New York Agreement kan perjanjian yang tidak sah, baik secara yuridis maupun moral. Perjanjian itu terkenal bahkan sampai sekarang-pun. Itu adalah perjanjian paling menyusahkan menurutku. Latar belakang perjanjian itu kan untuk perebutan Papua bagian barat dari tangan Belanda. Lalu untuk apa CIA ikut campur?" Gumam Harry dengan pelan yang hanya dapat didengar oleh Daryl, karena memang Daryl memiliki pendengaran yang tajam.

"Lebih baik kita mengadakan rapat dengan Mr. Nero. Untuk mengenyahkan semua pertanyaan yang menyita waktu ini." Putus Harry 

Ceklek

Daryl yang masih memejamkan matanya hanya tersenyum kecil saat pintu terbuka. Ia sudah tau siapa yang masuk dan apa yang akan terjadi.

"Tidak bisa. Baru saja tadi aku dari ruangannya namun aku tidak menemukan siapapun disana lalu aku bertanya pada Divisi 02 karena ruangan mereka bersebelahan tapi kata mereka, Mr. Nero pergi sejak kita keluar dari ruangannya." Ucap Phi dengan wajah menyesal. Ketiga junior itu hanya bisa menghela nafas namun Harry memasang wajah menyelidik ke Phi.

Kemudian Phi duduk di sebelah Daryl, sembari membisikkan dengan suara yang amat pelan, "Ini terlalu lama. Selesaikan," Daryl hanya mengangguk memberi kode bahwa ia mengerti.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Luke dengan rambut yang acak - acakkan

"Merenung?" Tanya Louis

"Bersantai?" Timpal Luke

"Mencari informasi?" Tambah Louis

"Makan?" Tanya Luke dan Louis serempak

"Menurutmu memang kita harus mencari informasi kemana?" Tanya Harry pada Louis

"STIN?" Pertanyaan yang diberikan Harry, dijawab oleh pertanyaan kembali oleh Louis dengan tampang ragu sembari cengengesan

Harry mendengus kesal, "Yakinkah kita akan menemukan informasi disana? Apa yang akan kita tanyakan kepada mereka? Sedangkan mereka masih junior. Apa mereka juga tau kejadian tah-"

"Aku menemukan berita baru. Paspor palsu dimiliki oleh anggota CIA yang bermarkas di Okinawa, Jepang. Tapi tahun domisili-nya 1963 – 1972. Sedangkan New York Agreement tahun 1962."

Phi menyenggol Daryl, memberi kode bahwa Daryl harus memberhentikan sekarang. Namun lelaki berpakaian kemeja dengan dua kancing yang dibiarkan terbuka itu hanya memberi kode dengan mengangkat satu jari yang artinya satu menit lagi.

"Apa dia ada hubungannya?" Tanya Louis pada dirinya sendiri.

"Astaga. Ini rumit sekali." Louis mengerang, rasanya ia sudah berpikir keras namun tidak nampak jalan keluarnya.

"Wow wow. Dengarkan! Cina tangkap dan eksekusi mati 20 Intelijen CIA. Katanya sistem CIA diretas oleh Beijing, Cina." 

Hening untuk beberapa saat, sampai akhirnya Harry membuka suara.

"Kapan berita itu terjadi?"

"21 Mei 2017."

Kini mereka semua menatap Daryl dengan lelah. Sejak awal, mereka bertiga sepakat akan menyelesaikan misi ini tanpa melibatkan Daryl. Namun nyatanya, misi ini lebih susah dibanding terjun di lapangan.

"Dar, bagaimana menurutmu?" Tanya Harry dengan keningnya yang berkerut.

Daryl membuka matanya, matanya melihat ketiga juniornya yang menunduk. Ia tidak langsung membuka suara namun memilih menghabiskan segelas kopi nya dengan santai membuat Phi menghela nafas karena sikap tenang Daryl.

"Menurutku?" Tanya Daryl sambil menunjuk dirinya sendiri, dan mereka semua mengangguk.

"Kita tidak usah membahas ini." Lanjut Daryl dengan nada malas, sukses membuat ketiga juniornya melongo antara bingung dan kesal.

"Maksudmu?" Daryl hanya diam, dan Phi mengambil inisiatif untuk menjawab.

"Berpikirlah kalian? Kita diberikan tugas untuk menyelidiki tentang CIA? Ini hanya buang buang waktu saja. Dia hanya sedang mengecoh kita."

"Maksudmu mengecoh?" Guratan kebingungan masih menyelimuti ketiganya.

"Apa maksud perkataanmu, Phi? Ini adalah tentang CIA, yang berarti tentang kita semua." Ucap Louis tidak setuju.

"Mengecoh? Sepertinya itu benar. Tapi mengecoh dari sisi mana?" Mereka bertiga tampak berpikir keras kembali setelah pertanyaan Harry.

Daryl bangkit dari duduknya lalu sedikit berdeham, "Ikuti aku." Titahnya yang langsung pergi dari ruangan diikuti Phi. Sedangkan Luke, Louis dan Harry masih berdiri menatap kepergian kedua seniornya.

oo00oo

08/01/2018

Salam manis,
Mantan pembokatnya Zayn.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top