Save You - Dreamyous

SAVE YOU

Sometimes I wish I could save you,

And so many things that I want you to know.

I won't give up 'til it's over,

If it's take's you forever I want you to know.

-SAVE YOU [MAEHARA HIROTO X READER]-

--

--GRAVEYARD—

Pemakaman, tempat dimana sesuatu yang berakhir ada disini, tempat dimana kebanyakan orang menangisi orang-orang yang pergi lebih dulu dari mereka. Ada yang penuh penyesalan ada yang merelakan yang telah pergi dengan mudah.

Tapi berbeda dengan dirimu, kau memegang nisan baru yang tanahnya masih sangat segar. Tangan mu mengelus nisan itu dan menunduk, berfikir bahwa yang seharusnya berada disini bukan orang yang namanya tercantum diatas nisan pualam itu, melainkan dirimu.

Rasa menyesal? Tentu saja sudah ada dalam hati juga fikiran mu, menghantui mu seperti penunggu hati mu. Kau benci dengan keadaan ini, kau benci karena kalian bertukar tempat.

"Dasar sok," gumam mu pelan, tidak suka dengan kematian yang datang tiba-tiba. Tidak mengerti kenapa kematian tidak pernah memberi kabar dan mengambil semua yang dirimu sayang secara tiba-tiba, tanpa permisi.

"Coba kau lebih tahu diri, kau tidak akan berakhir seperti ini," lanjut mu tanpa ampun, masih berusaha mencari kesalahan yang ada di dalam dirimu dan melampiaskannya keluar tanpa ampun. Mencoba mencari cara bagaimana menghilangkan si 'penunggu' hati mu itu.

"Apa aku harusnya mengulangnya lagi? Cih, itu hanya ada dalam novel. Mana ada orang yang datang menawarkan kepada ku untuk mengulang waktu untuk menyelamatkan mu," jelas dirimu sambil menatap nisan tersebut keki.

"Kalau kau ingin melakukannya kenapa tidak?" sebuah pertanyaan yang membuat mu mencari dimana suara tersebut ada, menengok ke kanan, kiri dan belakang namun tidak menemukan sang pemilik suara. "Aku disini," kau menunduk ke bawah dan menemukan—ah, kau bahkan tidak mampu mendeskripsikan jenis makhluk apa yang ada di bawah mu ini—seekor hewan? Atau monster? Kau tidak tau.

"Siapa kau?"

"Aku adalah dirimu, aku akan mengantar mu menyelamatkannya, menyelamatkan orang yang kau sayang. Atau bahkan, menukar tempat mu dengannya," kalimat yang diucapkan oleh hewan yang mengaku bahwa dia adalah dirimu sungguh menggiurkan, membuat mu berfikir panjang lebar.

"Tapi, kau harus mengorbankan dirimu sendiri."

Mendengar peryataan lanjutannya membuat mu terdiam. "Apa maksud mu?" tanya dirimu.

"Ya, korbankan lah dirimu. Jika nanti kau berhasil korbankan dirimu, jika gagal juga korban kan dirimu. Tapi yang harus kau ingat hanyalah, masa lalu tidak bisa berubah, seberapa keras diri mu mencobanya, tidak akan berubah," lanjutnya. Kau memandang nya kesal.

"Lalu untuk apa aku mengorbankan diri ku?" tanya mu kesal. Ia terkekeh pelan.

"Kau akan belajar banyak hal dari itu gadis kecil," ucap hewan itu sambil masih terkekeh, kau hanya memandangnya sambil berfikir. Terlalu mahal harga yang harus dibayar oleh dirimu demi mengarungi lautan waktu yang bisa menyelamatkan seseorang yang sangat berharga bagi mu. "Kau mau mencobanya?" tawarnya sekali lagi, kau hanya terdiam masih menimbang-nimbang apa kau harus menerimanya atau tidak, sampai pada akhirnya kau memutuskan untuk melakukannya saja, jika untuk menyelamatkannya kenapa tidak? Itu yang ada di dalam benak mu.

"Ku coba," tegas mu, yakin dengan pilihan mu. Senyum terkembang di wajah hewan tersebut—kau merinding melihat bagaimana seekor hewan bisa tersenyum seperti manusia—dan ia mengeluarkan sebuah bola yang langsung ia lempar ke atas.

"Kau akan memiliki dua kesempatan, setelah itu kau harus membayarnya. Selamat mengarungi lautan waktu."

Kau memandang bola tersebut yang mengeluarkan cahaya yang semakin menyilaukan tanpa ampun, dan kau berusaha menggapainya tapi cahaya itu menyelimuti mu dan hilang.

***

Kau terbangun saat pagi hari dan merenung seperti biasa, masih menyesali semua hal yang datang terburu-buru.

"[y/n]-chan!!"

Suara yang begitu kau hafal membuat mu menengok ke arah jendela yang terhubung dengan rumah sebelah, kau menatap seseorang yang memanggil nama mu dengan tatapan tidak percaya.

"Kenapa kau menatap ku seperti itu?" tanya nya sambil melompat masuk ke kamar mu. Kau masih mengikuti langkahnya tanpa melepaskan pandangan mu padanya. "Mou! Kenapa kau melihat ku seperti itu? Ada yang salah dengan ku? Rasanya aku masih tampan-tampan saja lah," lanjutnya. Kau masih menatapnya tanpa kedip lalu berdiri dan menghambur memeluknya erat.

"Whoa, kau kenapa???" tanya nya panik, sungguh tidak disangka bahwa kau akan langsung memeluknya erat.

"Kumohon, jangan pergi lagi dari ku ya?" pinta mu.

"Aku tidak pergi kemana-mana kok," jawabnya.

"Ya?"

"Hng.. meski aku tidak paham tapi baiklah, dan aku senang lho kau memeluk ku! Biasanya kau akan geli dan lari! Ini pengalaman! Aku akan mengabadikannya," lanjut nya. Kau memandangnya sekali lagi dan menatap kalender, kau menahan nafas saat mengetahui bahwa dirimu benar-benar kembali ke waktu sebelum ia meninggal.

kau menetapkan dalam hati bahwa kau akan menyelamatkannya dengan sungguh-sungguh.

Kau akan benar-benar menyelamatkan Maehara Hiroto.

***

"Kenapa kau melihat ke arah kalender terus?" tanya Maehara, kau menengok dan terkekeh pelan.

"Aku merasa ini mimpi," jawab mu. Maehara memandang mu bingung lalu mengedikkan bahunya tidak tahu. Kau mundur 5 hari sebelum kejadian perkara yang menewaskan Maehara, bahkan kau sendiri belum mempercayai hal yang kau alami ini, semua terasa seperti khayalan bukan realita yang sesungguhnya, bahkan kau tidak percaya bahwa yang disebelah mu, berjalan bersama mu adalah seorang Maehara Hiroto, yang dua jam lalu baru kau datangi makamnya.

"Kau seperti sehabis melalui mimpi yang sangat panjang," ucap Maehara. Kau menengok tidak mengerti dengan maksud perkataannya. "seperti melihat khayalan."

'aku memang sedang melihat khayalan.'

"Hanya perasaan mu saja kok," jawab mu masih tetap tersenyum senang.

"Dan bahkan, itu bukan seperti dirimu. Maksud ku, tersenyum seperti itu."

"Aku hanya terlalu senang, ada yang salah hanya dengan tersenyum?" kau bertanya balik pada Maehara yang hanya tertawa pelan.

"Ku rasa ini perubahan yang bagus."

Kau masih menatap Maehara penuh bahagia, ini lima hari sebelum kejadian, maka harusnya cerita ini dimulai pada kau bertemu dengan teman-teman Maehara yang membuat sesuatu diantara kalian terjadi.

Melewati fase ini? Tidak suka.

***

"Kau akan bertemu teman-teman mu?" kau mengulang pertanyaan yang memang seharusnya kau tanyakan, bahkan sebelum kau ingin menjawab yang lain jawaban itu mengalir bagai air.

"Iya, ini sejenis reuni, aku fikir acara nya akan membosankan jadi aku ingin kau ikut untuk menemani ku, kau mau?" tanya Maehara. Kau tau, Maehara tidak akrab dengan semua teman-teman SMA nya, mengingat teman-teman SMP nya adalah orang-orang aneh yang hanya pernah sekali kau temui.

"Kalau kau tau acara itu akan membosankan kenapa kau setuju untuk ikut?" lagi, jawaban mu mengalir lebih dulu, bahkan dalam fikiran mu kau sudah bersiap untuk mengganti jawaban.

"Karena aku sudah berjanji," jawab Maehara. Kau berfikir sekilas dan mengangguk—padahal sejujurnya kau ingin menggeleng—Maehara langsung tersenyum senang dan menepuk puncak kepala mu.

"Terimakasih [y/n]-chan, kau memang teman terbaikku!" ucap nya. Kau hanya tersenyum lemah, karena kau sudah tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

Maehara langsung menarik mu ke sebuah tempat seperti aula yang tak jauh dari tempat kalian. "Jadi itu hari ini?" tanya mu.

"Maaf aku tidak mengabari mu lebih dulu, habisnya kau hari ini seperti linglung jadi aku berfikir untuk mengajak mu langsung," jelas Maehara. Kau teringat bahwa Maehara mengajak mu pagi-pagi sekali, sesaat setelah ia lompat memasuki kamar mu.

"Begitu."

"Kau tidak marah kan?" tanya Maehara, kau menggeleng dan merapihkan sedikit penampilan mu dan melangkah santai di sebelah Maehara yang tersenyum melihat tingkah mu. "Ku ingatkan, jika mereka mengatakan sesuatu yang aneh, ku mohon jangan dengarkan," lanjut Maehara. Kau mengangguk sekilas dan membuka pintu aula seolah kau adalah tamu undangannya dan bukan Maehara.

"Oh? Maehara! Kau datang juga, ku kira kau tidak akan datang," ucap salah satu laki-laki yang berpas-pasan dengan kalian.

"Yah begitulah," jawab Maehara.

"Dan ini adalah...?"

Kau menahan nafas menunggu jawaban Maehara yang saat itu membuat mu menamparnya.

"[fullname] pacarku."

"HA?!" reflek, sebuah reflek yang waktu itu langsung muncul, kau sendiri merutuki jawaban mu yang sudah diatur sedemikian rupa oleh waktu.

"Sepertinya dia tidak setuju."

"Dia pacar ku, kami sudah jadian dari 10 bulan yang lalu," lanjut Maehara. Kau masih menatapnya sedih, kau tau rentetan kalimat yang akan disebutkan Maehara, dan akan menjadi pemicu perang.

"Benarkah?"

"Cantik bukan? Dia milikku lho, jangan kau sentuh. Bukan kah kami serasi, aku tampan dan dia cantik," ucapan Maehara sontak membuat mu merasa mau muntah.

"Aku tidak akan menyentuhnya, kalau itu Maehara si Pemain Wanita Kurang Ajar," ucap temannya yang lain.

"Wah, kalau begitu, kau harus mencobanya lain kali, dia benar-benar pacar ku yang sangat hebat dan luar biasa," ucap Maehara. Kau menunggu ucapan terakhirnya.

"Begitu ya?"

"Selain itu—"Maehara tampak mengambil jeda beberapa detik—dalam hati mu kau memohon Maehara tidak akan mengucapkan kalimat terakhir nya—"Dia adalah orang yang pertama untuk ku, dan juga—"

PLAK

Kau menahan nafas saat menamparnya, kau sesungguhnya tidak ingin menamparnya tapi semua sudah diatur.

Sekali lagi, kau tidak bisa merubah masa lalu.

***

Semua mengalir begitu saja tanpa henti, seperti waktu. Waktu tidak bisa di ubah, tidak bisa di cegat, waktu bersputar sesuai arahnya sesuai jalan cerita yang telah dibuat.

Kau sungguh menyesali perkataan yang kau ucapkan kepada Maehara, rasanya seperti ingin menarik semua perkataan yang kau ucapkan kepadanya

"Kenapa?" tanya mu kepada Maehara yang tiba-tiba datang di hadapan mu.

"Aku mau minta maaf," ucap Maehara. Kau menatapnya tanpa kedip.

"Kenapa?" tanya mu lagi.

"Karena perkataan ku waktu itu, aku menyakiti perasaan mu," lanjut Maehara. Kau tersenyum dan mengangguk pelan.

"Tidak apa ok, jadi ada apa? Tidak biasanya kau datang hanya untuk meminta maaf kepada ku, biasanya kau akan menunggu sampai aku muncul di dekat mu," ucap mu. Maehara menepuk puncak kepala mu dan mengelusnya pelan.

"Kalau aku bilang aku rindu pada mu bagaimana?" tanya Maehara. Kau menatapnya, bibir mu terbuka sedikit lalu tawa mu lepas begitu saja, Maehara merindukan mu? Wow! Triple Wow!

"Kau pasti bercanda," ucap mu.

"Tidak, aku benar-benar merasa kehilangan mu, maka dari itu ini sangat jarang, kau harusnya speechless dirindukan oleh orang tampan seperti ku," ucap Maehara panjang lebar.

"Pfft—apa-apaan? Kau aneh tau," ucap mu. Maehara menggaruk belakang kepalanya pelan lalu meringis.

"dayo nee."

"tonikaku, terimakasih karena sudah merindukan ku, Maehara-kun," ucap mu sambil memberikannya sebuah senyum manis.

"douita shimashite."

***

Waktu berjalan begitu cepat, sang pemilik waktu enggan melambatkan jalannya waktu yang terlewati, semua yang terlewati tidak akan pernah kembali.

Batas waktu mu tersisa 1 hari.

"Besok kau ada acara?" tanya Maehara. Kau menggeleng pelan dan terus memakan es krim yang dibelikan Maehara, "kalau begitu, ayo ikut aku? Aku mau pergi ke toko buku, membelikan Hinata hadiah ulang tahun," lanjut Maehara. Kau terdiam, melupakan satu hal penting sebagai pembatas hubungan mu dengan Maehara.

Okano Hinata, tunangan Maehara Hiroto.

"O-oh, okay. Apa Hinata-chan tidak akan apa-apa jika kita sering jalan berdua begini?" tanya mu yang kembali disadarkan kepada keadaan Maehara Hiroto yang sudah memiliki tunangan.

"Hmm.. as long she said okay, everything will be fine," jawab Maehara. Kau tersenyum kaku, lantas mengingat-ingat dimana letak dan apa yang kalian lakukan sebelum kejadian meninggalnya Maehara.

Di sebuah toko bunga, pukul 8 Malam.

--

Pertanyaan mu melintas hari ini, apa kah Maehara tau bahwa dia akan meninggal? Tidak sempat memberikan hadiahnya kepada Okano Hinata? Kau memikirkan jawaban atas pertanyaan itu sembari melihat punggungnya yang sedang memilih baju untuk Okano Hinata. Jika Maehara tau, apa dia akan menghabiskan waktunya lebih banyak untuk Okano Hinata dan bukan untuk dirimu? Kenapa kau tidak berterus terang bahwa Maehara akan mati? Tidak-tidak itu melanggar hukum waktu.

"[y/n]-chan?" panggilan Maehara membuat mu kembali kepada realita dan menatapnya canggung, "ada apa? Kau tidak enak badan?" tanyanya.

"Mmm, zen-zen. Kau sudah memilihnya?" tanya mu balik. Ia mengangguk dan mengangkan kantong kertas yang lucu, kau menatap kantong tersebut lantas mengangguk, "lalu? Mau kemana?" tanya mu.

"Aku mau membeli bunga untuk surprise," ucap Maehara lalu mendahului mu menuju toko bunga yang berada tak jauh dari tempat kalian sekarang. Kau menatap punggung Maehara sendu, waktunya akan datang.

Pertanyaannya adalah, apakah kau bisa menyelamatkan Maehara atau tidak?

"[y/n]-chaaannn," kau langsung berlari menyusul Maehara yang sudah jauh di depan mu

"Jadi mau beli bunga apa?" tanya mu sambil melihat-lihat isi toko

"Krisan," jawab Maehara, "Hinata-chan suka itu," lanjutnya. Kau menatap vas-vas yang berjejer rapih

8.55

Jam yang berada di atas dinding berdetik demi detik, membuat mu gugup. Kau menatap satu persatu benda yang bisa membuat kejanggalan.

"Pelan-pelan," gumam mu, Maehara menengok dan tersenyum lalu menurunkan vas yang dia pegang lalu menyerahkannya kepada petugas nya.

Kau melirik jam di dinding dan menghembuskan nafas lega.

8.05

--

"Sudah semua?" tanya mu pada Maehara saat kalian sudah keluar dari pusat perbelanjaan. Ia menatap semua belanjaannya dan mengangguk senang.

Meski terasa sakit, tapi ntah mengapa rasanya senang bisa menyelamatkannya.

"Sebentar," ucap Maehara membuat mu menatapnya bingung, tiba-tiba saja semua berlangsung begitu cepat.

Maehara yang berlari kembali ke dalam pusat perbelanjaan dan tiba-tiba sebuah mobil menabraknya.

Kau menatapnya tanpa kedip.

Bingung ber ekspresi seperti apa.

Semua orang mengerubunginya.

Menatap Maehara yang berada tak jauh dari dirimu.

Namun, kau hanya bergeming.

Otak mu memutar kilas balik yang terjadi.

"Maehara-kun..."

--

"Sebelumnya, seharusnya Maehara terkena jatuhan vas yang berada di toko bunga, pukulannya keras hingga membuatnya tewas, dua hari kemudian toko bunga itu di tutup karena tidak aman. Kau menjalani hidup penuh rasa bersalah karena tidak menyuruhnya hati-hati, meminta waktu untuk mundur kembali.

Sekarang, Maehara tertabrak mobil, terlempar jauh, tewas.

Kepentingan mu adalah mengucapkan kalimat sederhana pada Maehara yaitu pelan-pelan / hati-hati, kau melaksanakannya dengan baik, kau memenuhi tugas mu dengan baik, maka Maehara terhindar dari jatuhnya vas tersebut. Tadashi, sudah ku katakan pada mu bahwa masa lalu tidak bisa diubah, aku—waktu—memundurkan kejadiannya. Singkat cerita, kau menyelamatkan Maehara meski berselang 5 menit kemudian dia tewas, bukankah kewajiban mu sudah terpenuhi? Kenapa kau murung?"

"Bukan seperti itu mau ku kau tau? Aku ingin dia hidup dengan baik," ucap mu pelan.

"Tapi waktu tidak bisa diubah dear [y/n]," ucap nya.

Sekarang kau berada di lorong waktu bersama—yang mengaku—dirimu yang lain, di sekeliling mu banyak jam yang terus berputar tanpa henti, detik demi detik. Detik jadi menit, menit jadi jam dan terus berputar tanpa bosan, memberikan banyak kenangan untuk orang-orang yang melewati detik, menit dan jam itu. Memberikan hal-hal indah dan buruk, memberikan kehidupan juga kepastian. Yang hanya harus dilakukan adalah menghargai detik, menit dan jam yang telah berlalu.

"Baiklah, ku putuskan," kau menatap dirimu itu bingung, "tapi ini sangatlah riskan. Kau akan sangat menyesal bila salah menggunakannya."

"Apa?"

"Ku pinjamkan waktu ku," lanjutnya.

"Ha?"

"Duh, ini malasnya aku berurusan dengan manusia, mereka bodoh. Ku pinjamkan waktu ku, gunakan dengan bijak, arungi lorong waktu, berhentilah di waktu paling dekat dengan kejadian, pilih kejadian mana yang mau kau selamatkan, bawa dia jauh dari dirimu yang asli. Tapi, kau harus tidak terlihat."

"Lalu?"

"Setelah itu kembali lah kesini dan... bayar hutang mu pada ku."

"Hutang?"

"Pengorbanan mu," jawabnya. Ia pergi menjauh, "ingat ya! Kembali kesini!"

--

Kau berjalan mengarungi, mungkin lebih tepatnya menyusuri lorong waktu, menatap ratusan kenangan milik orang lain, kenangan baik, kenangan buruk, kenangan tentang kelahiran, kenangan tentang kematian, semua ada disini di hadapan mu, meski awalnya bingung memilih arah namun pada akhirnya kau berhenti di jam yang tepat.

07.45

Kau menatap dirimu yang sedang menemani Maehara jalan-jalan, rasanya sungguh aneh menatap dirimu yang sedang berjalan-jalan itu, sangat klise. Beda dengan realita, jauh dari realita. Sangat-sangat aneh.

Kau memegang jam tersebut dan melompati jam nya lalu menatap sekeliling mu, menatap Maehara yang mulai menjauh kau langsung mengejarnya, berjalan pelan-pelan mendengarkan tiap kalimat yang kalian ucapkan.

"Aku mau membeli bunga untuk Hinata-chan, sebagai surprise."

"Oh? Begitu, yasudah."

Lantas kau menyimpulkan ini adalah waktu pertama, jalan cerita pertama, kematian pertama.

"Bunga apa yang mau kau beli?"

"Krisan, Hinata-chan suka bunga itu."

Kau menatap dirimu dan Maehara yang sedang memilih bunga untuk dijadikan Bonquete bunga

"Pelan-pelan."

Ha?

Ini jalan cerita yang mana?"

Kau masih menatap mereka dari luar toko bunga hingga menyimpulkan bahwa ini jalan cerita kedua, .lantas kau berjalan jauh untuk menatap Maehara dari jarak jauh.

Namun, dia tidak memutar, tidak tertabrak.

Jalan cerita apa? Bagian mana? Nomor berapa? Apa dirimu salah jam?

Kau masih bergeming menatap Maehara yang berjalan di depan mu

Sepersekian detik.

Sepersekian menit.

--

"Kau tidak melaksanakannya dengan baik."

"Maaf."

"Kau bergeming di tengah jalan, apa kah kau lupa bahwa kau adalah manusia juga? Bukan sebuah roh?" tanya dirimu itu kesal.

"Aku kira bisa tembus," gumam mu.

"TENTU TIDAK! Tch, makanya aku tidak suka manusia karena mereka bodoh!" seru dirimu itu kesal.

"Aku tidak tau, karena aku melihat tubuh ku, ku kira aku hanya bayangan," ucap mu pelan.

"Makanya aku bilang aku sangat tidak menyukai manusia, sekarang apa yang harus kau lakukan? Tugas mu selesai? Begitu? Lihat Maehara itu itu hidup sehat? Penukaran jiwa mu sungguh luar biasa!" ucap dirimu itu.

"Aku tidak mengerti."

"Begini bodoh, yang diketahui oleh waktu adalah ada kecelakaan maka dari itu salah satu kecelakaan pada menit 08.05 bukanlah kecelakaan Maehara namun kecelakaan dirimu, secara otomatis diri mu yang disana hilang."

"HA?"

"Ya jelas, seandainya waktu itu kau menghilang kau akan aman disana dan hilang saat kembali pada ku, namun kau merusak waktu, kau yang disini mati, kau yang sedang berjalan bersama Maehara hilang dan kemana dia akan mencari mu? Jelas menuju jalan yang kalian lalui? Bagaimana Maehara mengerti bahwa sepersekian menit yang lalu dia berjalan bersama mu lalu tiba-tiba kau sudah tertabrak di jalan yang kalian lewati sebelumnya? Bagaimana kau menjelaskan hal ini?"

"Aku—"

"Ayo coba jelaskan pada ku, jika dia mencari tahu? Apa yang akan dia tahu? Penyelamatan mu berhasil, namun ke logisan mu tidak berhasil."

"Sekarang aku harus bagaimana?"

"Nanimo, tidak ada yang bisa kau lakukan. Kau mati. Itu final."

***

Maehara menatap diri mu yang hilang dan menatap gerombolan manusia yang mengerubungi seorang [fullname], meski bingung tapi dia tetap berjalan ke arah mu.

Kau menatap Maehara sedih, kau menyelamatkannya, berhasil kan?

Penyelamatan mu berhasil kan?

Yang kau lakukan berhasil kan?

Bukankah detik-detik terakhir bersama Maehara begitu membahagiakan?

Kau mengulang semuanya sebanyak dua kali dan itu bergunakan?

Yang kau lakukan baik kan?

Tidak.

Maehara menangis.

Tidak, itu bukan hal yang kau inginkan.

Kau memegang bahunya pelan, menggumamkan maaf.

"Maaf, karena meninggalkan mu."

Kau menyelamatkannya.

Kau membuatnya hidup dengan baik.

Meski kau hilang, tapi setidaknya kau bisa menyelamatkannya, membuatnya hidup.

"I'd save you Maehara-kun, I already save you."

"Aku menyelamatkan mu kan Maehara-kun? Dakara nee.. sayonara?"

***

Tell me you won't give up.

Cause I'll be waiting if you fall

You know?

I'll be there for you

Sometimes I wish I could save you

And so many things that I want you to know

I wont give up 'til it's over

If it's take you forever I want you to know.

I wish I could save you.~

-Simple Plan – Save You-

-Dreamyous-

"Selama mereka menghargai detikdan menit yang mereka miliki, mereka tidak akan meminta untuk mengulang waktu,yang pergi biarlah pergi. Karena pertemuan ada untuk kepergian."

[end]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top