Bagian 6: The Future
Tak lama kemudian terdengar sirine polisi yang tiba disekolah. Terlihat 2 polisi masuk melalui pintu depan, mereka langsung menerobos kerumunan orang tersebut dan memberi peringatan pada mereka agar tidak melewati batas kuning polisi.
Polisi tersebut mulai memberikan batas polisi pada TKP agar tidak ada yang mengganggu penyelidikan. Tak lama setelah itu tim forensik datang dengan 5 anggotanya, Wah baru kali ini aku melihat tim forensik.
Kemudian tim forensik diberikan ijin untuk masuk ke TKP agar bisa mengambil sampel darah atau mencari berbagai macam jejak yang ada di TKP.
Sedangkan polisi, polisi yang terlihat seperti seorang inspektur polisi pergi ke ruang kepala sekolah, sedangkan polisi satunya masih berjaga di TKP sambil bertanya pada beberapa murid untuk menanyakan siapa yang pertama kali melihat tulisan ancaman tersebut.
"Umm.. kalian ngapain disini?" tanya seorang pria yang sangat jelas ini adalah suara Vin.
"VIN!" teriak kami berdua berbarengan.
"Kemana aja sih lo? Kok berangkat duluan tanpa ngabarin dulu?" tanya Milly.
"yah, tadi temen gue nelpon. Tuhh, yang lagi di introgasi. Dia yang menemukan tulisan ini duluan, dia tim basket. Mereka ada jadwal latihan hari ini, jadi Vey menyuruhnya untuk menyiapkan lapangan karena di pertandingan sebelumnya dia melakukan pelanggaran. Yah, karna Cuma gue yang dia pikir bisa cepat sampai, makannya dia nelpon gue" jelas Vin.
"kenapa ga bilang dulu sih? Bikin khawatir gue aja. Gue kira lo disekap alien" ujarku mengada-ngada.
"ah elo yang ada-ada aja! sia-sia donk alien sekap gue yang punya teleportasi hahaha " ucap Vin geli.
"umm.. kak Teya, perasaanku ga enak dehh. Sepertinya bakal terjadi sesuatu yang besar dari peringatan berdarah ini." sela milly ditengah percakapan kami sambil menunjukkan kekhawatirannya dengan terror ini.
Kami melihat ke arah Milly dengan wajah yang sama khawatirnya dengannya.
"iya, Sama mil, semua yang disini warna perasaannya sama kok. cemas semua. Cuman elo deh Vin, yang beda warna. Huh!" ujarku sambil mengerucutkan bibirku.
"beda gimana? Gue juga cemas kok!" jawab Vin.
"Ya, warna lo itu nyampur antara cemas sama ungu. Warna perasaan lo deh yang paling aneh." jawabku menjelaskan dengan jengkel.
"Hahaha! Nyerah dehh Tey. Nga capek apa mata lo liat warna punya gue mulu."
"gue juga pengen ga usah ngeliat warna lo. Cuman kan gue ga bisa ngelak."
"umm.. kak, Gue balik ke kelas dulu deh yaa. Tas gue berat banget." Sela Milly lagi sambil memegangi tasnya.
"Oke Mil, hati-hati yaa."
Melihat kepergian Mily, membuatku tersadar bahwa aku juga sedang mengangkat beban berat dipundakku.
Ah sial! Ini kan hari senin, hari dimana pelajaran menumpuk.
"jadi menurut lo, siapa pelakunya Vin? Udah ada yang lo curigai?" tanyaku penasaran.
"menurut gue sihh. Kayaknya anak tim basket juga. Soalnya, mungkin dia sengaja mau nakut-nakutin si Benny. Soalnya kan gara-gara Benny, Tim basket kita kalah dironde terakhir. Jadi mungkin ini peringatan buat Benny." Jawab Vin sekenanya.
"kayaknya jawaban lo kurang masuk akal deh. Masa cuman gara-gara itu, Benny diterror kayak gini? Dilingkungan sekolah lagi, lagian kan itu tulisannya "Kalian" berarti mereka semua yang di tim basket donk." Ucapku.
"ada benarnya sihh. Tapi.. mungkin aja itu Cuma alibi doank. Bisa aja kan itu sebenarnya ditunjukkan buat Benny tapi sengaja dibuat "Kalian" biar bukan cuma Benny doank yang merasa dan pelakunya ga ketahuan dengan mudah" jawabnya sekenanya.
"gue ga tau deh Vin. Gue mau kekelas aja, tas gue berat, yukk." ucapku sambil menarik Vin.
Dalam sekejap mata, kami sudah berada didalam kelas. Suasana kelas masih seperti sebelum masuk jam pelajaran padahal waktu sudah menunjuk pukul 8.30, mungkin karena Guru-guru diintrogasi polisi.
Teman-teman sekelas juga sedang menggosipkan apa yang sudah terjadi pada sekolah kita, bahkan ada yang bilang sudah menginst*storykan kejadian pagi ini. Bahkan ada yang berselfie-ria di depan TKP, dan juga banyak yang mengajak polisi tadi berfoto bersama. Zaman sudah berubah, sosial media sudah sangat mendunia. Sehingga mereka juga ikut eksis meskipun ini bisa saja merupakan ancaman bagi kita semua.
Vin hanya melipat tangannya dan menyandarkan kepalanya di atas tangannya dia sudah membuat posisi untuk tidur dikelas, tanpa menghiraukan satupun dari mereka.
Selagi jam pelajaran belum dimulai, ini adalah waktu yang tepat untuk tidur. Aku juga ikut membuat ancang-ancang seperti Vin untuk tidur di atas meja.
Ketika aku terbangun, dan hanya membuka sedikit mataku. Aku melihat warna biru di depanku, tapi setelah aku membuka seluruh mataku. Didepanku adalah Vin, dia melihatku selagi aku tidur di sampingnya.
Tapi setelah sadar bahwa aku sudah terbangun dari tidurku, dia langsung memalingkan wajahnya dan berubah ungu lagi. Lalu dia berkata "gue baru aja mau bangunin lo. Tapi, lo udah bangun duluan."
Apa itu tadi? Vin membuat warna biru? Aku sangat ingat wajahnya yang meskipun sekilas itu, wajahnya sangat tenang. Aku ingin sekali melihatnya sekali lagi, hingga tanpa sadar aku mengucapkannya secara langsung.
"Vinn...."
"hah? Ada apa tey?" tanyanya bingung.
"Lakukan sekali lagi" pintaku.
"apanya yang dilakukan tey?" tanyanya heran.
"wajah tadi, biru tadi. indah sekali."
"lo ngelantur ya tey? Bangun WOY" teriaknya di telingaku.
"Iyaa iyaa! Gue gak tungkik!" jawabku nyolot.
Vin hanya tersenyum melihatku yang mengerucutkan bibirku, seakan pura-pura tidak tau maksudku.
Wali kelas kami sudah tiba dikelas kami, sehingga Vin hanya terfokus pada wali kelas kami yang sedang menjelaskan. Aku yang tanpa sadar, melihat kearahnya terlalu lama sambil membayangkan wajahnya yang tenang tadi.
"Lo kenapa sih? Belom bangun?" tanyanya heran.
"ng... ngak kok" jawabku gelagapan sambil memalingkan wajahku kedepan. Mengganti perhatianku pada wali kelas yang sedang menjelaskan masalah tadi.
"Anak-anak. Sepertinya kita sedang diterror dengan orang yang tidak bertanggung jawab, tapi kami harapkan kalian agar bisa tenang menghadapi situasi ini, jangan sembarangan menyebar rumor yang tidak benar, kami selaku guru akan mencari solusi agar ini bisa dituntaskan sesegera mungkin. Tapi jika ada diantara kalian yang melihat sesuatu sebelum kejadian ini terjadi atau ada sesuatu yang mencurigakan setelah kejadian ini terjadi, diharapkan semua dari kalian untuk bekerja sama dengan kami agar memberikan keterangan kepada polisi atau detektif yang akan hadir sebentar lagi untuk menyelidiki kasus ini. Jadi kami bisa sesegera mungkin mendapatkan pelakunya dan memberikan sangsi seberat-beratnya untuk pelaku terror tersebut. Sementara ini, jika ada polisi yang bertanya-tanya kepada kalian, diharapkan kerjasamanya dan jangan mempersulit penyelidikan polisi. Tapi jika salah satu dari kalian merupakan pelaku dari peneroran tersebut, saya bisa membantu kalian. Saya akan meringankan sangsi kalian, jadi jika memang benar salah satu dari kalian merupakan pelakunya, temui saya pada jam istirahat di ruangan saya atau jika kalian ingin berfikir terlebih dahulu, silahkan. Ibu akan memberi waktu kalian untuk berfikir sekitar 1 minggu ini ibu akan menerima siapapun yang berani mengaku atau jika kalian merasa lebih nyaman untuk mengaku lewat telepon atau sms, sms ibu di nomor yang sudah kalian simpan di telepon kalian masing-masing lalu ibu akan mendengarkan cerita yang sebenar-benarnya kenapa kalian melakukan hal tersebut. Saya tidak bermaksud mencurigai anak-anak saya, aku selaku wali dari kalian berusaha sebisa saya untuk membantu kalian. Dan ingatlah, jika mengaku. Hal ini tidak akan sampai pada orang tua kalian dan saya akan menyembunyikan identitas bagi murid pemberani yang akan mengaku. Tenanglah anak-anak, aku tidak mencurigai kalian. saya harap, kalian bukanlah pelakunya. Jadi itu saja yang bisa saya sampaikan. Apakah ada pertanyaan?" Jelas Wali kelas kami.
Seseorang mengangkat tangannya tanpa ragu, dan dia adalah si kutu buku Tery.
Dia pemilik kemampuan penyerap buku, dia tinggal menyerap isi buku saja, semuanya sudah berada diluar kepala. Siapa pula yang bisa mengalahkan juara satunya itu.
"Bu, darah yang ada dilapangan itu apakah itu adalah darah manusia?" tanyanya yang menyadarkan kami, benar juga itu merupakan pertanyaan yang bagus.
"tim forensik sudah memastikan itu bukanlah darah manusia melainkan darah ayam, tetapi jam diletakkannya darah itu perkiraannya adalah jam 4.30 pagi." Jelas Bu Rita.
"berarti sebelum gerbang sekolah dibuka, sudah dituliskan tulisan tersebut dong buu" ucap salah seorang magneto yang bernama Maggie. Dia pemilik kemampuan magnet.
"ya. Betul. Sebenarnya banyak sekali yang bisa menjadi pelakunya karena sekolah ini merupakan sekolah tempat belajarnya anak-anak yang memiliki kemampuan masing-masing seperti kalian, jadi segala sesuatu bisa menjadi mungkin, siapapun bisa menjadi pelakunya. Tapi itu tidak bisa menjadi alasan kalian untuk saling mencurigai. Jika keadaan semakin kacau, saya akan meminta pemilik kemampuan menghapus memory untuk menghapus ingatan kalian tentang kejadian hari ini, kalian mengerti?" tegas bu Rita.
"ngerti buu" sahut kami serempak.
"baiklah, pelajaran akan dilanjutkan seperti biasa. Tetapi les satu dan dua sudah terlewatkan, jadi pelajaran dimulai dengan les ke tiga, selamat belajar ya." ucap bu Rita sembari meninggalkan ruang kelas.
"baik bu" sahut kami bersamaan.
Setelah Bu Rita meninggalkan kelas, seisi kelas heboh membicarakan kejadian tadi pagi. Bahkan mereka terlihat cemas dengan peringatan tersebut.
Sayangnya digenerasi kami tidak ada "The Future" sang pembaca masa depan. Karena kejadian tahun 1987 banyak pemilik kemampuan yang meninggal.
Orang yang merupakan keturunan "The Future" dan kemungkinan besar menjadi "The Future" generasi kami meninggal diusia yang sangat belia, disaat kemampuannya masih belum terlihat jelas. [Para pemilik kemampuan hanya bisa menggunakan kemampuannya diusia sekitar 7-9 tahun, itulah sebabnya diusia 5 tahun kami para pemilik kemampuan seperti anak-anak netral. Terkadang kemampuan masing-masing orang bisa lebih cepat dan terkadang bisa lebih lambat munculnya. Biasanya para pemilik kemampuan yang langka, mereka baru bisa menggunakan kemampuannya diusia 9 tahun, tetapi Vin sudah bisa menggunakannya diusia 7 tahun. Padahal dia pemilik kemampuan yang langka.] Seharusnya dia seusia kami sekarang. Sialnya ibunya yang merupakan "The Future" meninggal karena melahirkan.
Ibunya sudah tau akan meninggal ketika melahirkan anaknya. Tetapi demi kelangsungan hidup anaknya dia sengaja tidak memberi tau suaminya tentang ramalannya soal masa depannya. Sehingga istrinya membuatkan surat wasiat untuk suaminya, agar suaminya tidak membenci buah hati mereka, dan istrinya menjelaskan bahwa dirinyalah yang memilih jalan ini agar buah hatinya bisa menjalani hidup seperti biasa dan istrinya juga memberi pesan agar menjaga anak mereka dengan baik sehingga dia bisa pergi dengan tenang dan dia juga mengatakan bahwa "di dunia ini tidak perlu ada 2 orang "The Future"".
Tetapi sayangnya ibu dari The Future generasi kami itu tidak bisa meramalkan bencana tahun 2006 itu, karena dia sudah meninggal sebelum kejadian 2006. Sedangkan anaknya yang berada ditahun itu masih sangat belia, dan ia bahkan belum tahu bahwa dia merupakan salah satu penerus "The Future". Aku mengetahui ini semua karena sang ibu pemilik "The Future" tersebut merupakan teman dekat ibuku dulu.
Itulah alasan kenapa digenerasi kami tidak ada "The Future" yang merupakan kemampuan yang sangat langka.
Seandainya ada "The Future" digenerasi kami, maka kami pasti akan mengetahui kejadian seperti apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dan kami pasti akan mengetahui peringatan semacam apa ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top