Bagian 3: I'll take care of it.
"Dia gagal Pak Yoshi!" ucap Retta.
Menyadarkanku pada kenyataan pahit bahwa aku Gagal kali ini.
Dari sekian orang yang kucoba selalu berhasil. Tapi kenapa gagal dengan Vin?
Biar gue ceritakan sedikit.
Meskipun kami teman dekat sejak kecil. Aku tidak pernah ingin menyentuh perasaannya dengan kemampuanku.
Entah kenapa aku hanya merasa tidak adil jika aku menyentuh perasaannya dan mengubahnya sesukaku.
Hanya saja, aku ingin dia merasakan kebahagiaan sesungguhnya. Aku ingin dia bisa menemukan apa yang bisa membuatnya merasakan apa itu kebahagiaan.
Meskipun berteman denganku. Tak pernah sekalipun aku melihat warna Ungunya menjadi warna Biru.
Meskipun dia tertawa lebar, warnanya selalu Ungu. Bahkan ketika aku melihat warnanya berubah, hanya warna yang tercampur aduk itu saja yang dimunculkan.
Sebelumnya kami juga tidak pernah sepasang saat tes kemampuan ini. Karena biasanya ditentukan dari segi absen kelas. Baru kali ini kami boleh menentukan siapa pasangan kami.
Sialnya saat Vin yang harus ku ubah perasaannya nilaiku anjlok. Dan ini cukup sialan bagiku karena aku salah memilih pasangan.
"Ada apa sihh? Kenapa gue gak merasakan apapun? Tau-tau udah gagal aja?" tanya Vin bingung.
"Vin, seumur-umur gue gak pernah gagal ngubah perasaan siapa aja. Tapi baru kali ini, gue merasakan kegagalan yang amat sangat menyakitkan. Gara-gara milih lo jadi pasangan gue, nilai gue anjlok."
"Lahh emang kenapa coba? Kenapa ga bisa ngubah perasaan gue?"
"Mungkin lo terlalu menutup diri, sehingga perasaan lo ga ngijinin gue buat ngubah perasaan lo. Itu sih hipotesaku, gue belom tau itu benar apa enggak"
Vin hanya diam setelah mendengar jawabanku. Gue anggap dia mengetahui kenapa ini terjadi. Dan bagaimana dia juga terkejut akan hal ini.
"Oke, sekarang Giliran Vin" panggil Pak Yoshi, menyadarkan Vin pada lamunannya.
"Baik Pak." jawab Vin sambil maju ke arah Pak Yoshi.
"Karena kemampuanmu teleportasi. Aku ingin menguji sesuatu yang menurutku sangat penting bagi seorang teleport. Yaitu, Speed.
Kecepatan sangatlah penting bagi seorang Teleport. Kalian tahu kan pahlawan yang pernah menolong kita semua pada tahun 2006 merupakan seorang Teleport. Sang Teleport itu berusaha menyelamatkan orang-orang yang berada pada gedung sekolah ini yang berjumlah hampir 10 juta orang. Saat Gempa berkekuatan 6-8 MSR." Ucap Pak Yoshi mengingatkan kami akan tragedi tersebut yang menewaskan berjuta manusia karena gempa bumi yang berlangsung.
Seketika banyak perasaan berwarna abu-abu yang artinya mereka ikut merasa berduka. Ada juga yang bahkan tidak peduli dengan apa yang diucapkan Pak Yoshi warna mereka Dark slate blue, yang sejauh ini kupelajari merupakan warna bosan dan jenuh.
Tapi bagaimana bisa Vin memunculkan warnanya yang bercampur aduk itu? Warna yang selama ini belum kupastikan perasaan macam apa itu.
" Baiklah Vin, berhubung ini adalah Speed. Kau harus bisa secepat mungkin dalam menyelamatkan Gerrald si Rock steel ini dari senapan Roxy. Roxy "The Sniper" julukannya. Si pemilik kemampuan yang bisa mengeluarkan peluru dari dalam tubuhnya dia adalah senjata yang cukup berbahaya. Dia bahkan bisa mengeluarkan bom nuklir yang bisa menyerang 1 negara sekaligus. Setelah sekolah, dia sudah dikontrak 10 tahun untuk menjadi tentara militer di negri ini. Ahh bapak jadi keenakan ngobrol, bapak hanya senang dan bangga dengan murid didikan bapak.
Oke, Roxy dan Gerrald silahkan berdiri di tempat masing-masing. Dengarkan aba-aba saya dan jangan gugup karena saya pastikan tidak ada yang akan terluka. Gerrald adalah Rock Steel dia tidak bisa ditembusi peluru panas. Tentu saja Vin akan memakai berbagai macam pengaman, seperti Helm anti beton sekalipun dan pakaian anti peluru, pokoknya bahkan rambutnya pun tidak akan terluka. Baiklah apakah semua sudah siap?"
"Siap pak!" jawab Roxy, Gerrald dan Vin serempak.
Roxy mengambil kuda-kuda seorang penembak, menunjukkan angka 7 pada jarinya seakan jarinya merupakan sebuah pistol. Mengenakan kacamata khusus penembak.
Sedangkan Gerrald, dia mengenakan helm khusus dan rompi anti peluru untuk berjaga-jaga dari setiap kemungkinan yang ada. Pak Yoshi sengaja menutup matanya, agar berjaga-jaga kalau-kalau dia melarikan diri karena peluru diluncurkan.
Sedangkan Vin, pada tempat yang bisa dibilang cukup jauh dari kami semua, tentu ini untuk menguji teleportasinya.
Vin sudah dipastikan bisa mendapat aba-aba dari Pak Yoshi, sang Ratu jujurlah yang membawanya ketempat yang bahkan kami sendiri tidak tahu dia berada di mana.
Dia dibawa kesana dalam keadaan mata tertutup, agar dia bisa menyelamatkan Gerrald hanya dengan membayangkan tempatnya saja.
Jadi, dia tidak perlu tahu dimana dia berada sebenarnya. Sebelum dia meninggalkan kami. Aku yang merupakan pasangannya pada latihan ini sudah memeriksa keamanannya dari segi segala kemungkinan. Dia sudah memakai helm anti peluru dan rompi anti peluru.
Setelah Pak Yoshi mendapat kabar dari Sang Ratu jujur melalui talkie-walkie aset sekolah itu. "Roxy dan Gerrald apa kau sudah siap?"
Roxy dan Gerrald menganggukan kepala, tanda mereka sudah siap.
Setelah itu, Pak Yoshi bertanya kepada Vin melalui talkie-walkie.
"Vin, apa kau sudah siap?"
"Siap pak!"
"Oke, semuanya dengarkan aba-aba dari bapak. Ketika saya sudah mengucapkan aba-aba 1-3 Roxy HARUS menembak! Agar tidak terjadi sang penyelamat yang datang terlebih dahulu.
Setelah itu Vin harus melakukan teleport untuk menyelamatkan Gerrald setelah hitungan ke 3. Apa masih ada pertanyaan? atau apakah masih kurang jelas?"
"Dimengerti Pak Yoshi!" Jawab Gerrald, Roxy dan Vin serempak.
"Bagus, saya akan memulainya 1....2....3!!"
"DOOORRRRRR!"
Seketika dalam hitungan detik suara tembakan itu mengheningkan kami semua dan aku hanya melihat Vin membawa Gerrald menghilang dalam seketika sebelum peluru menembus pada papan kayu yang berada di belakang Gerrald.
Mereka semua tepuk tangan dengan keras. Menandakan mereka takjub dengan pertunjukkan 3 orang luar biasa di sekolah kami ini.
Bagaimana tidak?
Vin seorang Teleportasi, murid satu-satunya pemilik Teleportasi di sekolah ini. Tidak perlu waktu lama untuk menjadi populer ketika memiliki kemampuan langka sepertinya.
Sedangkan Roxy, Murid populer yang berprestasi dan sudah menandatangani kontrak dengan pemerintah untuk menjadi tentara militer di negri ini.
Banyak gadis di sekolah ini yang mengidolakannya. Tapi sayang sekali, Roxy bukan seseorang yang Gila wanita seperti Gerrald.
Sehingga Roxy tidak pernah memerdulikan gadis di sekolah ini. Roxy sepertinya orang yang sangat menjunjung tinggi Cita-citanya.
Sedangkan Gerrald, Murid ter-malas, ter-bandal, ter-playboy, ter-tidak-mau-tau, ter-populer bandalnya dan yang ter-akhir rangkingnya ini sudah jelas merupakan orang yang populer juga. Dia juga digilai banyak gadis. Aku tidak mengerti dengan isi pikiran wanita di dunia ini.
Setelah Vin dan Gerrald kembali dengan selamat tanpa luka sedikitpun kearah kami, kami semua merasa lega.
Terlihat dari warna mereka yang berubah menjadi jingga. Gerrald dan Vin datang dengan wajah yang minta-di-tabok. Mereka dengan songongnya bersikap seakan "tidak terjadi apa-apa" atau "apa kami sudah keren?" atau "ini membosankan".
*Jingga = lega*
Aku datang kearah Vin dan..
"Pletakkkk!"
"Heiii! Lo ngapain sihh? Sakittt gobl*kk!" pekiknya yang merasa dirinya tidak bersalah.
"Lo yang ngapain! Kami disini khawatirin lo pada, takut ada yang terluka atau pendarahan, dan kalian ngebales kami dengan wajah tanpa dosa yang ter-amat-sangat-songong" bentakku nyolot.
"Hei cewek aneh, gue dilahirkan dengan wajah jutek, memangnya ada masalah apa dengan itu?" jawab Vin lantam.
"ahh sudahlah. Jadi lo baik-baik aja kan?" tanyaku khawatir.
"Teya, adikku tercintaa. Aku ini Vin, V-I-N! terlahir dengan multi talenta. Aku tidak akan mudah terluka hanya karena mainan Roxy. Lagian ngapain sih kita latihan ginian? Ini gak perlu ba.." omongan Vin terputus karena berada pada bekapan tanganku.
"ummmmhhhh!" gumam Vin dalam bekapan tanganku.
"Apaan sih lo! Dari tadi ada aja ulah lo!" tanyanya setelah aku membuka bekapanku.
"Lo lupa siapa Pak Yoshi?" pertanyaanku sepertinya menyadarkan Vin dengan perbuatannya. "Bisa-bisa lo jadi tikus dengan kemampuan Teleport satu-satunya di sekolah ini, mau?" tanyaku menakutinya.
"Yah, kagak la! Bego aja kalo mau."
"Sekarang berarti utang budi lo nambah yaa sama gua"
"Iya dehh. Makasih Rainbowku sayangg muahhh" jawabnya sambil memunculkan wajah yang sok imut dan menjijikan itu.
"ishhh jijayyy" ucapku sambil membuat gerakan seakan mau muntah.
*****
Vin selalu bersamaku kemanapun aku pergi. Dia selalu nempel padaku. Tentu saja kecuali ke toilet.
Padahal dia termasuk orang Populer no. 2 setelah Mind Reader sang Playboy no. 1 si Ravey Anggelo. Yupp, seperti julukannya. Dia merupakan seorang Pembaca pikiran.
Seorang pembaca pikiran tentu saja merupakan kemampuan Limited seperti teleportasi. Dia sangat Langka dan jika tak ada dia. Maka, seorang Mind Reader terancam punah.
Ravey biasa dipanggil Vey, tentu saja dia bisa menjadi seorang Playboy karena bisa membaca setiap pikiran wanita dengan mudah.
Ketampanannya juga termasuk di atas rata-rata, dia juga sangat ramah dengan semua gadis di sekolah ini.
Tentu saja, dia kan playboy. Hahaha. Vey memiliki tinggi sekitar 180cm, bertubuh atletis, Kapten Basket dan seorang yang sudah memiliki kontrak dengan pemerintah juga untuk dijadikan agen rahasia milik Indonesia.
Sudah dipastikan masa depannya terjamin. Dia juga sudah memiliki Fans Club yang didirikan oleh Fansnya sendiri. Fans itu bukan hanya dari sekolah kami, dari sekolah yang pernah dijadikan tempat bertanding basketnya pun sudah ada fans berat miliknya, dia sudah sangat terkenal.
Dia juga memiliki Haters sama seperti seorang artis, tentu saja memiliki fans dan haters. Meskipun dia sudah memiliki pacar, dia tidak pernah berhenti didekati para gadis disekolah ini.
Agar tidak diBully oleh para gadis di sekolah ini. Pacarnya juga tidak sembarangan.
Dia pemilik kemampuan bisa melihat masa lalu orang lain. Dia dijuluki "The Past" namanya adalah Barbie.
Memangnya ada? orang yang rela masa lalunya diungkap oleh si cantik Barbie? Bukankah masa lalu kalian akan sangat memalukan?
Barbie orang yang aku sendiri tidak mengerti. Entah kenapa dia tidak pernah terlihat tersenyum atau merasa bahagia sedikitpun.
Dia terlihat sangat dingin, pendiam dan tak punya banyak teman. Padahal dia cantik seperti namanya. Dia juga terlihat seperti Barbie.
Tapi bagaimana bisa seorang Ravey yang ceria berpacaran dengan orang yang pediam dan super duper jutek seperti Barbie?
Memang benar kata orang. Kalau sudah cinta, laut sedalam apapun diselami. Hahaha. kayak orang tua aja gue.
Ngomong soal Kepribadian sang Populer di sekolah, Vin yang merupakan orang no 2 sangat berbeda dengan Vey. Vin Tidak banyak gadis di sekolah ini, dia selalu terlihat gempet padaku.
Bahkan dia pernah berkata seperti ini. "Bagaimana bisa si Vey tahan meladeni para fansnya" tanyanya padaku saat itu. Sehingga aku hanya mengangkat bahu tanda "Gue gak tau".
Kepribadian Vin justru merupakan seorang yang ingin menyembunyikan dirinya. Dia dan Vey sangat berbanding terbalik. Tetapi Vin yang merupakan seorang teleportasi, selalu menghindari para fansnya.
80% fansny merupakan haters dari Vey. Vey di Bully di social media tapi Vey tak pernah peduli dengan anggapan para haters.
Sedangkan saat Vin yang baru-baru saja populer di sekolah, dia malah takut menghadapi fansnya.
Dia selalu menggunakan teleportasinya saat fansnya mendekat. Sejak saat itu, para fansnya hanya melihatnya dari jauh, ngestalk social medianya yang bisa dibilang "Tidak-ada-postingan" tentang dirinya.
Aku sebagai teman terdekatnya, berusaha sebisaku agar para Fansnya tidak membencinya. Atau kecewa padanya, Jadi aku memposting beberapa foto Vin tanpa sepengetahuannya. Karena dia sangat Kuper, dia tidak akan tahu tentang foto dirinya yang menyebar luas.
Perawakan Vin itu sangat jangkung, bertubuh sedikit berotot, berwajah yang lebih tampan dari Vey. berkulit putih dan memiliki hobi melukis.
Dia selalu pergi ketempat yang memiliki pemandangan indah untuk melukis. Saat hari Minggu atau saat sekolah libur dia selalu pergi ke tempat yang jauh hanya untuk melukis. Dia selalu menyempatkan diri memperlihatkannya padaku. Meskipun sudah jam 11 malam. Dia akan meneleponku untuk bertanya apakah aku sudah tidur apa belum.
Lalu, jika aku mengangkat teleponnya dia akan langsung berada di depan kamarku untuk menunjukkan lukisannya. Aku selalu terkesan dengan lukisannya. Dan ketika aku melihat lukisannya, aku melihat ada ketenangan di dalam lukisannya.
Sejak pertama kali Vin menunjukkan padaku lukisannya, aku baru mengetahui bahwa aku juga bisa melihat perasaan seniman di dalam karya seninya. Itu merupakan sebuah karunia dari Tuhan untukku, meskipun aku selalu melihat perasaan Vin yang ungu, aku masih bisa melihat warna biru di dalam karya seninya.
Bagaimanapun sebuah hobi merupakan sesuatu yang sangat di sukai oleh pelakunya. Siapapun yang melakukannya merupakan seseorang yang sangat menyukai aktivitas tersebut.
Mungkin Vin merasa sangat tenang ketika bisa melukis apapun yang ia mau. Terkadang lukisannya terlihat sangat damai, hangat dan begitu tenang.
Dia selalu meninggalkan lukisannya di rumahku, dia bilang. "Aku percayakan lukisanku padamu" ucapnya sebelum pergi.
Seperti biasa, aku seorang asisten social medianya, aku mengambil foto dari lukisan tersebut untuk dimasukkan ke social medianya tanpa menulis caption apapun.
Tak butuh 1 hari untuk dicomment fansnya, dalam sekejap saja foto itu sudah dipenuhi notif like dan comment. Seperti artis, aku tidak pernah membalas comment dari mereka.
Terkadang commentnya berisi seperti ini "wahh.. udah cakep, kalem, keren, seniman lagi" Hahaha.
Bagaimana yaa kalau Vin tahu soal apa yang dikatakan para fansnya?
Terkadang ada seorang lelang lukisan yang ingin membeli lukisannya dengan harga yang terlampau fantastis. Aku tidak membalasnya sampai dia mengirim DM untuk menanyakan berapa harga yang kuinginkan. Aku mengatakan, "I'm Sorry, I didn't sell it. I do it just for myself.". seperti katamu Vin, I'll take care of it.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top