Bab 11

Playlist: Bahagia – GAC (Gamaliél Audrey Cantika)

Anyelir duduk berhadapan dengan Devan. Tiga bulan berlalu, Devan dan Anyelir berusaha menata kembali hati masing-masing. Mencoba untuk berbahagia seperti pesan Nayla. Tapi, masih ada kesalah pahaman di antara keduanya.

"Dev ...." Anyelir mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja, menimbulkan suara gelisah yang mengganggu di telinga. "Aku memang benar pernah menikah, aku dijodohkan Dev. Statusku sekarang akan membebanimu Dev," tutur Anyelir pelan, dia tidak berani menatap mata Devan.

"Kenapa bercerai?" tanya Devan yang memang sudah mempersiapkan dirinya untuk mendengar semua pengakuan Anyelir.

"KDRT," sahut Anyelir.

Tangan Devan mengepal, dia marah mendengar Anyelir pernah mengalami hal yang mengerikan seperti itu. Mengenai perjodohan, Devan tahu Anyelir tidak bisa menolak. Dia anak perempuan dan anak tunggal, hanya memiliki seorang ibu yang bahkan sejak dulu sudah sakit-sakitan.

"Aku minta maaf, Dev. Aku punya alasan kenapa menghilang darimu. Kenapa menutup diri darimu, aku nggak mau membuatmu benci sama aku, Dev. Cukup dengan kamu berpikir aku lenyap, itu sudah lebih baik buatku. Tapi ...." Mata Anyelir berkaca-kaca, matanya kini bertemu pandang dengan Devan. "Aku juga manusia biasa. Aku masih mencintaimu sejak lama, perasaanku masih sama. Aku kalah Dev, aku kalah. Waktu nggak bisa menghapus kamu dari hati aku. Maafkan aku, Dev." Anyelir menundukkan kepalanya, dia menangis pelan.

Devan menggapai tangan Anyelir, menggenggam tangan tersebut lembut. Dia menepuk punggung tangan Anyelir dengan perhatian. "Lir, kamu selalu ada di hatiku. Tidak pernah tergantikan. Aku tidak masalah dengan masa lalumu, Lir. Selama kamu janji tidak akan pernah pergi dariku," kata Devan penuh pengertian.

Anyelir justru bertambah menangis pilu. Dia merasa sangat bersalah pada Devan. Membuat pria sebaik Devan menunggunya, mencarinya seperti orang gila. Mematahkan hati perempuan baik yang lebih pantas bersama Devan.

Devan bangun dari duduknya. Dia mendekat pada Anyelir, berdiri di sebelah Anyelir. Devan membawa Anyelir ke dalam pelukannya. Dia tidak akan pernah melepaskan Anyelir lagi, membuat wanita yang terlihat tegar namun rapuh ini menangis sendirian lagi.

∞∞∞

"Arlo mau ini?" Anyelir bertanya pada Arlo yang berdiri di sebelahnya, mereka sedang memilih ice cream di depan pendingin.

Devan dan Anyelir mendapat tugas menjaga Arlo, sementara orangtua bocah itu liburan ke puncak. Mereka pun sepakat untuk pergi berbelanja dan bermain di mall.

Selagi Devan mencari makanan ringan, Anyelir dan Arlo ingin membeli ice cream. Sudah tiga kali kepala Arlo menggeleng, dia menolak pilihan ice cream Anyelir. Karena memang Arlo yang bisa menjangkau pendingin ice cream mesti harus berjinjit, dia mengambil ice cream rasa susu pisang.

Arlo kemudian mengambilkan satu lagi ice cream dengan susah payah, rasa cokelat kacang. Anyelir yang mengerti, mengambil ice cream tersebut. "Ini buat aunty?" tanya Anyelir yang dijawab Arlo dengan anggukkan kepala.

Devan menghampiri Anyelir dan Arlo, dia menggendong Arlo dengan satu tangan. Ketiganya berjalan bersama menuju kasir. Tentu saja, cemilan pilihan Devan banyak, bahkan Anyelir sempat mendengus pelan saat membaca kripik pisang pilihan Devan.

"Ini mah namanya muter duit sendiri," protes Anyelir yang membuat Devan tertawa. Sementara Arlo dia sibuk membuka bungkus ice cream miliknya.

Kepala Arlo tertoleh ke belakang, dia melambaikan tangannya hingga membuat ice cream Arlo jatuh. Anyelir kaget, dia menunduk dan memungut ice cream milik Arlo. Lebih kaget lagi saat mendengar kata apa yang terlontar dari bibir Arlo.

"Nte Nay!" teriak Arlo menunjuk ke dekat rak display makanan ringan.

Devan dan Anyelir lekas melihat arah yang ditunjuk Arlo. Tetapi, dia tidak melihat sosok Nayla seperti yang diteriaki Arlo. Hanya ada banyak orang yang tidak mereka kenal berlalu lalang memilih makan ringan.

"Maju dong!"

Devan dan Anyelir tersentak kaget karena ada orang yang meneriaki mereka. Anyelir menundukkan kepalanya dan meminta maaf dengan sopan. Sementara Devan, dia mendorong maju troli belanjaan mereka. Anyelir membujuk Arlo untuk mengambil ice cream miliknya yang tidak begitu rusak, untunglah Arlo bukan anak yang rewel.

Nayla tersenyum tipis memperhatikan Devan, Anyelir dan Arlo. Dia tidak sengaja melihat mereka. Nayla kembali karena akan menjalani acara wisuda, dia bahkan bersyukur saat tahu Gilang cuti ke luar kota bersama Wenny.

∞∞∞

Enam bulan sudah Devan dan Anyelir kembali bersama, tetapi Anyelir masih menolak untuk melangkah ke jenjang lebih serius. Dia masih mencoba meyakinkan hatinya, bahwa apa yang pernah dialaminya dulu, tidak akan terulang lagi. Anyelir percaya pada Devan, pria itu tidak kasar padanya, tapi rasa takut tetap ada di dalam hatinya.

"Nayla sudah berkorban, memberikan Devan ke kamu. Tapi, kamu masih ragu juga?" Wenny bertanya pada Anyelir. Walaupun keduanya berteman baik, Wenny tidak bisa untuk tidak merasa Anyelir terlalu banyak berpikir.

Keluarga Devan tidak ada yang menentang hubungan mereka. Selama Devan bahagia dan Anyelir orang baik, tidak masalah. Cukup sekali mereka membuat kesalahan dengan mengorbankan perasaan seseorang yang tidak bersalah.

"Kak Wen ..." Anyelir menatap Wenny dengan tatapan merasa bersalah. "Please, kasih aku waktu sampai bulan depan. Aku mau menghubungi keluarga Mama," pinta Anyelir yang membuat Wenny memutar bola matanya.

"Bulan depan. Kalau kamu masih juga ragu gini, aku bakalan cari Nayla dan minta Nayla untuk merubah keputusannya. Dia salah menilai kamu, mengerti?" ancam Wenny yang membuat Anyelir menganggukkan kepalanya.

Devan diam-diam mendengar pembicaraan Anyelir dan Wenny. Mempunyai kakak ipar seperti Wenny, membuat Devan sadar bahwa kebaikan seseorang tidak bisa hanya dinilai dari luarnya saja. Devan ingat bagaimana dulu Wenny tidak begitu suka dengan keberadaan Nayla sebagai pembantu di rumahnya, tetapi lambat laun Wenny justru menyayangi Nayla.

Devan ingat, dia merasa bersalah pada Nayla. Dia kecewa dengan kepergian Nayla. Bahkan Wenny menyalahkannya atas kepergian Nayla. Membuat Devan mengirimkan sebuah email kepada Nayla.

Subject: Bagaimana kabarmu, Nay?

Hai Nay,

Mas nggak tahu email ini masih kamu pakai atau enggak, masih rajin kamu intip atau enggak. Mas berharap kamu membaca email ini. Mas nggak ingin menghalangi kamu Nay, Mas tahu sudah terlalu banyak menyakiti kamu.

Maaf jika Mas menorehkan luka yang sangat dalam untukmu. Mas hanya ingin kamu tahu Nay, bahwa kami semua di sini merindukanmu. Kami berharap masih dapat bertemu dan mengobrol bersamamu. Terutama Kak Wenny, dia terpukul sekali dengan kepergianmu yang diam-diam, Nay.

Kami tidak akan berusaha mencarimu, Nay. Kami tahu ini keputusanmu sendiri. Kamu berhak untuk bahagia, Nay.

Arlo, dia terus bertanya kemana Tante Nayla kesayangannya. Kenapa kamu tidak pernah menjaganya lagi, main dengannya. Jika ada waktu, mampirlah Nay. Bertemu Mas Gilang, Kak Wenny dan Arlo. Mereka merindukanmu, Nay.

Mas harap sekarang kamu bahagia dan mempunyai kehidupan yang lebih baik. Pilih kontrakan yang warganya baik-baik ya, Nay. Kalau bisa, jangan yang sepi penghuni, dekat dengan keramaian.

Bersama email ini, terlampir surat rekomendasi pekerjaanmu, Nay.

From: Devan Singgih

∞∞∞

Lega luar biasa aku, akhirnya Nayla milih buat bahagia guys. Kasihan dia tersiksa sama cinta sendirian ke Devan. Semoga Nayla, Devan dan Anyelir bahagia ya guys! Habis ini ada epilog. Aku bakalan masukin Nayla sebagai epilognya ya~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top