5
Hello
Good morning
Hope you are in good and health condition
Happy reading
🌹🌹🌹🌹🌹
“mas Firdaan sudah pulang?” tanya Aiza yang merasa canggung karena sudah setahun menikah dan baru bertemu lagi hari ini.
Firdaan hanya diam seperti awal mereka menikah. Firdaan tidak pernah bertegur sapa dengan Aiza kecuali ada kepentingan. Firdaan sangat irit berbicara atau memang dia tidak ingin Berkomunikasi dengan Aiza.
“hmm...” jawab Firdaan.
Suasana menjadi hening karena tidak ada pembicaraan.
“anak siapa itu?” tanya Firdaan memulai pembicaraan
“i-ini aanak kita mas” jawab Aiza dengan nada takut
“anak kita? Benarkah itu anak kita? Kapan kamu hamil?” tanya Firdaan sedikit terkejut bercampur curiga.
“i-iya mas, iini a-anak kita. Saya hanya melakukannya dengan mas Firdan saja tidak dengan laki-laki lain.” Jawab Aiza dengan jujur.
“benarkah? Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu hamil?” tanya Firdaan masih curiga dengan istrinya itu.
“iya mas, ini anak kita. Saya hamil setelah 3 bulan saya bekerja di luar kota. Saat itu saya ingin memberitahukannya kepada mas, tapi...” jawab Aiza sedikit ragu untuk melanjutkannya.
“tapi kenapa? Kenapa kamu ga pernah memberitahukannya pada saya? Kamu saja ga pernah telepon saya” kata Firdaan memotong ucapan Aiza karena tidak sabar menunggu jawaban dari istrinya tersebut.
“sebenarnya, saat mas menelpon, saya ingin memberitahukan kehamilan. Tapi waktu mas bilang ingin talak 3, saya tidak jadi memberitahukannya” jawab Aiza sambil menunduk melihat putranya yang masih tidur.
Firdaan mengamati Aiza yang sedang memastikan bayinya sedang tertidur pulas. Bayinya bergerak – gerak seperti mencari posisi ternyaman untuk tidur. Dalam pikirannya, dia bertanya pada dirinya sendiri.
‘Benarkah dia anakku?’
‘Tapi kenapa aku tidak pernah diberitahu kalau dia hamil?’
‘Kalau pun dia bukan anak ku, tetapi wajahnya sangat mirip dengan ku?’
Tersadar akan jawaban istrinya, kemudian Firdaan bertanya kembali “mengapa kamu tidak mengatakannya waktu saya setelah menalak mu? Setidaknya saya kan bisa tau kalau kamu hamil dan talaknya batal?”
“maaf mas, talak tidak akan bisa dibatalkan. Walaupun pun saya hamil, talak nya mas masih ditangguhkan sampai anaknya lahir. Jadi kita tidak bisa rujuk lagi, karena mas sudah menalak 3 saya.” Jawab Aiza
“d-dan sebe-narnya saya sudah tahu mengapa mas menikahi saya. Ketika mas menelpon saya untuk menalak saya, saya hanya bisa terima.” Lanjut Aiza
“apa maksud kamu kenapa saya menikahi kamu?” tanya Firdaan bingung
“saya dengar pembicaraan mama dan mas Firdaan sebelum saya bekerja di luar kota” jawab Aiza
‘Apa maksud istrinya itu?’
‘Sebelum istrinya bekerja di luar kota, itu berarti beberapa hari setelah aku nikah dong?’
‘Dalam waktu singkat itu aku berbicara dengan mama, apa yang aku bicarakan dengan mama?’ Tanya Firdaan dalam hati setelah mendengar jawaban istrinya.
Dia mengingat-ingat apa yang dia bicarakan dengan mama nya.
Apakah...?
“apakah maksud kamu, kamu mendengar perkataan saya dengan mama yang saya akan mencari perempuan lain?” tanya Firdaan dengan nada berhati-hati.
“iya mas” jawab Aiza sambil menunduk.
Bagaimana dia bisa mendengarnya? Bukankah waktu itu di rumah tidak ada orang?
Dia pasti kecewa dan sakit hati.
Bayi itu. Bagaimana dengan bayi nya? Dengan siapa bayinya akan tinggal?
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepala Firdaan membuatnya menyesali apa yang telah dia lakukan. Menyesali karena dia terlalu cepat memutuskan hubungannya dengan istrinya tanpa meminta saran kepada orang lain. Dia sudah tidak memiliki keluarga kecilnya. Tidak bisa membesarkan putranya bersama istrinya.
“dengan siapa bayi itu akan tinggal?” tanya Firdaan tiba-tiba
“dengan saya mas” jawab Aiza
“saya ingin hak asuh bayi itu di saya” kata Firdaan
Heding sejenak karena Aiza belum menanggapi pernyataan Firdaan.
“maaf mas, hak asuh bayi ini ada pada saya. Karena saya yang berjuang selama hamil dan melahirkan.” Jawab Aiza
“tapi tenang saja mas, saya tidak akan menjauhkan anak ini dari ayahnya. Saya akan sering berkunjung ke sini bersamanya, agar anak ini tau jika dia masih mempunyai seorang ayah.” Tambah Aiza
“apakah kamu sudah tidak bekerja di luar kota lagi?” tanya Firdaan
“saya masih bekerja di sana mas. Saya dan ibu akan pindah ke sana mas, karena ibu di sini tinggal sendiri, jadi saya bawa ibu kesana biar ibu tidak sendirian sekalian membantu saya menjaga anak ini. Saya akan mengunjungi mas ketika saya libur lebaran atau mengambil cuti.” Iawab Aiza
Aiza berjalan menuju tasnya yang diatur di meja rias. Dia mengambil kumpulan berkas dari tasnya. Kemudian berjalan menuju Firdaan dan menyerahkan berkas tersebut.
“ini berkas perceraian yang mas kirimkan ke saya. Sudah saya tanda tangani tepat setelah saya melahirkan anak ini.” Kata Aiza sambil menyerahkan berkas tersebut kepada Firdaan.
“saya untuk mengantarkan berkas ini ke mas Firdaan dan memberitahu jika kita mempunyai anak mas. Dan sekalian saya mau pamit mas.” Kata Aiza.
Aiza berjalan untuk mengambil tasnya dan tas yang berisi perlengkapan bayinya. Dia berjalan ke arah tempat berdirinya Firdaan.
“Aiza pergi dulu mas.” Kata Aiza
Aiza meraih tangan kanan Firdaan dan menciumnya. Berpamitan untuk terakhir kalinya kepada Firdaan, suaminya, yang sekarang sudah berubah status menjadi mantan suami. Rasa kecewa dan sedih masih terasa di hati Aiza. Dia harus menahan tangisnya ketika berpamitan kepada suaminya itu. Suami yang dia cintai dan hormati. Berharap menjadi sandarannya ketika dia lelah. Penyemangat ketika dia hampir putus asa.
Aiza berjalan keluar kamar Firdaan. Dia berpamitan kepada sang mertua sebelum meninggalkan rumah ini.
“ma, Aiza pamit dulu ya. Aiza mau pulang. Kasihan anak Aiza, pasti capek diajak jalan-jalan” kata Aiza sambil tersenyum tulus.
“Aiza, kamu beneran pergi? Kamu beneran sudah pisah dengan Firdaan?” tanya mama sedih dengan nada tidak percaya dan air mata yang sudah membasahi pipinya.
“iya ma, Aiza sudah menyerahkan surat perceraian yang dikirim mas Firdaan ke Aiza.” Jawab Aiza
Mama pun memeluk Aiza sambil menangis dan berkata “maaf kan putra mama ya. Belum bisa membahagiakan Aiza dan cucu mama. Mama minta maaf karena tidak bisa membantu permasalahan rumah tangga kamu.”
“iya ma, tidak apa-apa. Ini sudah jalannya. Setidaknya Aiza masih punya baby, jadi Aiza masih punya alasan untuk mengunjungi mama.” Kata Aiza sambil menangis.
“pokoknya kamu harus sering mengunjungi mama. Mama pengen kangen-kangenan sama cucu mama.” Kata mama
Mama pun melepas pelukannya dan mengarahkan wajahnya ke cucunya. Menciumnya untuk melepas rindu dan mengucapkan perpisaan kepada cucunya tersebut. Memeluknya dengan sayang dibarengi dengan air mata yang terus mengalir.
“yang sehat ya nak, nenek akan sering mengunjungi kamu. Bantu mama kamu ya, biar sehat terus dan semoga bisa kembali dengan papa kamu. Menjadi keluarga lengkap.” Kata mama dan berharap apa yang diucapkannya menjadi nyata di masa depan.
Aiza tersenyum mendengar ucapan mama dan berkata “Aamiin Aamiin Aamiin. Ma Aiza pamit, mobilnya sudah datang.”
Aiza mencium tangan mama dan berjalan menuju mobil yang sudah dia pesan online ketika Firdaan pulang. Melambaikan tangan kepada mama
“jangan lupa hubungi mama ya. Telpon mama jika ada apa-apa sama kamu. Mama juga akan sering-sering menelepon kamu” kata mama
“iya ma” jawab Aiza
Kemudian dia masuk mobil. Mobil itu pun sudah berjalan menjauhi rumah orang tua Firdaan.
Sebenarnya masih ada rasa sedih dalam hati untuk meninggalkan rumah itu dan berpisah dengan Firdaan dan keluarganya.
Namun apa yang bisa diperbuat Aiza. Dia tidak bisa memutar waktu. Talak tidak akan bisa dibatalkan. Sekarang yang harus dilakukan adalah melanjutkan hidupnya. Membesarkan putranya. Menata hidupnya.
Don’t look back.
Just look forward.
Because we live to future not to come back in the past.
🌹🌹🌹🌹🌹
Enough for today
Thanks for reading
Please comment and vote this story
Have a nice day
😊😊😊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top