Part 2

Setelah kejadian itu, Izuku memulai kebiasaan baru—mengirim pesan. Di awal memang dia merasa aneh. Siapa juga yang akan mengirim pesan pada seseorang yang bahkan belum membuka matanya? Dia hanya berusaha membuat seakan-akan tidak ada hal yang terjadi.

Hari itu—hanya hari itu—hari yang luar biasa.

Dalam konteks baik dan buruk, ya.

Tanah yang bahkan tidak rata sama sekali. Aroma anyir di udara. Pandangan berkabut dari debu yang membumbung tinggi dari kerusakan sekitar. Suara gemuruh reruntuhan. Banyak hal yang terjadi secara bersamaan tapi tidak satu pun yang membuat Izuku bergerak dengan leluasa. Seakan baru saja tertampar realita, dia kesulitan memproses yang ada di depan matanya.

Andai saja dia lebih cepat. Andai saja saat itu dia langsung menuju ke pusat. Andai saja dia tidak terpisah.

...atau sesuatu yang lebih jauh lagi?

Andai saja... dia tidak menerima quirk ini.

Tidak, itu hanya alasan yang dibuat-buat dirinya. Alasan agar dia bebas dari tanggung jawab yang dia rasakan.

Pada akhirnya, apa ini semua terjadi karenanya?

"Cepat panggil medis! Ambil tandu!"

Teriakan itu menarik sang surai hijau ke kesadarannya. Setelah pertarungannya dengan Shigaraki, dengan tubuh penuh luka, Izuku jatuh lengulai di tanah. Harusnya begitu. Tapi mengapa sekarang dia melayang? Apa quirk float-nya aktif tanpa kendali? Kenapa bisa? Gawat, apa yang lainnya terpengaruh juga? Dia harus cepat memberitahukan yang lain—

Ah, ternyata begitu. Ini bukan karena quirk miliknya.

Tubuh sebenarnya sedang tergeletak di tanah dengan orang-orang sedang mengelilinginya, berusaha memberikan pertolongan pertama. Yah, dengan kondisi begitu, jelas sekali dia sekarat. Dia terus mengerahkan kekuatan penuhnya untuk mengalahkan All for One. Dan dia berhasil. Bahkan dia juga berhasil "menyelamatkan" Shigaraki—Tenko. Semua sesuai dengan keinginannya.

"Dia berhenti bernapas! Cepat panggil medis!"

Dia tidak menyesalinya.

"Sialan! Darahnya terus keluar!"

Ini akhir yang baik.

Izuku hendak membalikan badannya, meninggalkan tempatnya karena merasa akhirnya sudah pasti. Dia tidak perlu menunggu hal yang sudah jelas.

"Bakugo!"

Spontan Izuku menoleh. Didapatinya orang berkumpul tak jauh darinya. Itu kan—

"Bakugo bangun!"

"Dynamight, apa kau bisa mendengarku?"

Tidak. Tidak mungkin.

"Bagaimana ini?! Tubuhnya dingin sekali."

"A-apa kita bisa panggil Todoroki? N-naikan suhu tubuhnya gitu, kan...? H-haha...."

"Bakugo-san...."

Izuku membelalakan matanya. "T-tidak...," lirihnya. "Kacchan...?"

Dia tarik kembali perkataannya. Dia menyesalinya.

Saat akan menyentuh tubuh pengguna quirk ledakan itu, tangannya tembus begitu saja.

Dia tidak bisa memberikan CPR, bahkan menyentuhnya pun tak bisa.

"KACCHAN--!!"

Setelahnya, pandangan Izuku gelap gulita.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top