CHAPTER 20

Ya Allah cobaanku kenapa banyak bangeeettttttttttt!!!!

"Arghhhhhhhhh!"

Ini aku bangun pagi-pagi  bukan buat ini, lho! Aku bangun pagi, berusaha membangun mood dan melupakan hal-hal menyebalkan yang terjadi kemarin-kemarin atau kapan hari itu deh. Niatnya hari ini, aku mau memulai dengan sesuatu yang membanggakan; bimbingan skripsi. Aku sudah bilang ke Papa-Bunda dan mereka mendukungku, ofkors! Tadi pagi setelah King berangkat sekolah, mereka juga membawa Queen ke rumah baby sitter sementara aka dadakan. Jadi, hari ini jadwalku ya cuma untuk diriku sendiri.

Sesajen dan menyan yang kupunya untuk hari ini juga nggak main-main, dari semalam malah. Aku menonton video Cipung super banyak, aku scroll video Mas Nicho hasil editan fans yang maha kreatif itu lengkap dengan musik-musik maskulin dan menggugah selera. Sajen yang nggak kalah memukaunya adalah, aku menyempatkan diri untuk video call Saki meski sebentar. Okay easy, semalam tiba-tiba aku merasa kangen karena sudah marah-marahan dengannya beberapa hari. Kabar gembiranya, aku nggak begadang! Aku tidur cepat, dengan cita-cita bangun pagi dengan senyuman lebar.

Lalu pagi iniiiiiiii, saat aku membuka mata, merentangkan tangan dan berusaha tersenyum lebar, aku cek handphone-ku dulu karena ... why not? Kok ada orang yang bangun tidur nggak main handphone? Aneh. Tapi tiba-tiba sesuatu terjadi. Aku tahu rasanya. Aku kenal bagaimana rasanya. Sesuatu keluar dari bagian intimku ... aku menstruasi! Seketika aku teriak, bangun dari kasur secepat kilat karena khawatir dia akan tembus sebelum aku sempat ke kamar mandi.

Ternyata aku belum beruntung, aku lupa tanganku masih memegang handphone dan inilah yang terjadi. Benda itu terpelanting cukup jauh dari kasur, saat aku melihatnya, posisinya tengkurap yang membuat layarnya retak. Aku sudah percaya diri kalau itu hanya pelindung layar, tapi aku penasaran karena hati kecilku tuh nggak yakin gitu lho. Ofkors aku bener kali ini, saat aku keletek tuh pelindungnya, ternyata layar aslinya beneran retak; nggak keruan tuh bentuk.

Satu-satunya yang harus disyukuri cuma handphone-nya masih menyala.

Sisanya sial.

Penuh kesialan.

Rasanya aku mau nangisss karena apa cuma aku nih manusia paling sial?

Aku tidak mau jadi orang yang memanfaatkan kodrat dari gender atau apalah itu tet tot tet tot lainnya. Yang selalu bilang namaya juga cewek, maklum lagi PMS, maklum cewek sensitif dan macam-macam lainnya. Tapi emang iya, please! Emosi yang aku alami setiap mau menstruasi kadang sungguh memukau, aku tidak bilang itu dalam artian baik atau buruk. Terserah! Nilai sendiri. Kadang aku merasa sangat sedih, seolah aku hidup sendirian, tidak ada yang menyayangiku. Kadang merasa sangat marah meski hanya masalah sepele. Kadang mudah sekali tersinggung, merasa orang marah padaku padahal tidak. Dan sekarang aku tahu, marahku ke Saki juga karena itu. Ummm, bukan berarti kalau nggak lagi PMS aku nggak bete ya dia cium Mira—pernah cium Mira. Cuma, PMS ini memperburuk gitu lho!

Aku mau ngadu ke Saki dulu ah kejadian pagi ini yang too much buat aku.

Aku ketawa sendiri karena baru sadar tadi aku sudah menerima chat-nya—dia tanya apakah aku sudah bangun sekaligus mengabari kalau dia sedang di jalan ke kantor, tapi aku nggak langsung balas, malah sibuk liat media sosial. Sekarang agak malu euy chat dia duluan giliran butuh. Maaf, ya, Ki, hehehe.

SAKIIIIIIII

Kamu harus tau aku ngeselin beberapa hari ini karena apaaa!

Aku dapet WKWKWKWK

Menstruasi maksudnya

Maaf yaaaa pasti aku kek singa deh ngeselin.

Tikus sih lebih ngeselin, singa mah lucuuuu.

Terus kamu harus tauuuuuu jugaaa!

HAPEKU AKU JATOH ANJIR

Layarnya retaaaaaaak huhuhu.

Lumayan parah tapi masih idup dan baik-baik aja so far.

Udah itu aja live reportku hari ini.

Aku mau mandi, terus ke kampus mau bimbingan.

Tau gaaaa?

Pak Budi kenapaa yaaaa maunya bimbingan di kafe?

Apa dia mau traktir aku hihi. Kamu jangan jeles jangan jeles.

Oh itu bukan anjir yaaa, autotext ngeseliiin, maksudku ayang.

Sekarang aku ngakak sendiri karena membohongi cowok yang maha cute sedunia itu. Karena tadi aku memang mengetik 'anjir'. Padahal, ya, anjir tuh bukan kata kasar lho, maksudku tuh kayak ... oh itu konteksnya antusias gitu, atau sesuatu yang nggak kita sangka. Gitu deh. Tapi dia kalau dengar langsung aku ngomong anjir-mampus-mati aja refleks noleh dan lihatin. Dulu sih cuma gitu, sekarang sudah berani negur tipis-tipis lho dia! Cieeee, yang ngerasa sudah lebih jauh.

Kok dia nggak langsung baca ya?

Okay fine, mungkin dia lagi kerja atau apalah. Aku mengetik chat tambahan untuknya; menyemangatinya bekerja.

Sekarang aku benar-benar ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari segala debu dan najis di dunia ini, termasuk pikiran-pikiran overthinking ya sama sekali nggak keyeeeen. Ummmm, aku keramas aja kali, yaaaa, biar maki segar dan menawan di depan Pak Budi yang sebetulnya lumayan OKE itu. Dulu aku aja pas lihat blio, aku bilang dalam hati, kalau suatu saat aku mentok nggak nemu-nemu cowok kece yang aku mau, aku siap menggunakan jaran goyang untuk Pak Budi.

Karena kayaknya ... blio single.

Tapi aku belum cari tahu banget sih, soalnya belum terlalu minat. Apalagi sekarang sudah ada Saki yang dahsyat pesonanya. Bye, Guys! "Ya Allaaaah, eh astaga ya ampuuuuun!" Aku mengeram heboh sambil natap langit-langit kamar mandi. Ternyata conditioner-ku abissssss! Ini kenapa sih yaa hal-hal tidak menyenangkan ini nggak mau bikin jadwal gitu kehadirannya. Ngantri! Masih banyak hari esok! Aku memakai handuk, dan keluar kamar mandi untuk mengambil botol baru dari lemari. Semoga perkara conditioner ini menjadi masalah terakhir di hari ini, aamiin!

Aku memutar lagu Teh Mulan Jameela sekeras mungkin, selama aku sedang sibuk memilih baju ganti, memakainya, terus sekarang duduk untuk memoles makeup ... tipis aja deh. Ini mau bimbingan bukan kondangan, ya, Uthi. Senyumku lebar, memandangi wajahku sendiri di kaca itu. Cantik ya pacarnya Saki ini, beruntung banget dia dapat Ariel Tatum versi sudah keturunan ke sepuluh.

Sekarang saatnya mengurus rambuuuuuut!

Bagian paling malas adalah mengeringkan nih rambut, ya amplooop. Tapi nggak apa-apa, harus semangat dan bahagia. Setelah setengah kering, aku memakai vitamin rambut—kamu jangan pernah skip vitamin rambut apalagi suka catokan, okaaay? Ummmm, wait, rambutku mau aku apain, ya hari ini? Aku sedang tidak ingin curly-curly-an, jadi kayaknya aku catok lurus untuk merapikan aja, terus ... ah aku mau kepang bagi dua aja deh. Kepang apa ya ini namanya, aku lupa jenisnya, tapi aku sangat jago lho ngelakuinnya. Pokoknya kalau rambutmu panjang, kepang kiri-kanan dari awal rambut tumbuh terus ke belakang sampai ke batas rambutmu tumbuh itu, di atas leher itu. Lalu ikat deh di sana!

Ah terserah kalau kamu nggak paham!

Perfecto!

Kalau kayak gini, kan, kelihatan kayak cewek adem-ayem, pakaian sopan meski bukan tunik atau gamis, ya karena aku mau menemani dosen, ya, bukan Saki. Aku pakai boyfriend jeans sama kemeja putih panjang yang bagian bawah kanannya, aku masukkan ke celana. Pakai heels putih 5 cm deh, biar makin kelihatan kalau aku sudah siap menjadi wanita karir dalam tanda kurung pak dosen harus cepetan bikin saya lulus, ya! Titik.

Bentar, ini aku mau bawa pembalut berapa ya buat ganti di luar nanti?

Tiga aja deh!

Aku memasukkan barang-barang yang penting—nyaris semua penting ke dalam tas besarku, ofkors, lalu siap untuk pergi. Siap untuk pesan ojek online maksudnya. Aku mematikan musik, eh tiba-tiba ada banyak kupu-kupu di perut! Lihatin notif chat dari Saki yang ... oh oh easy, boy! Dia banyak banget chat-nya. Saat aku buka, aku baru sadar kenapa chat-nya super banyak, ya karena tadi aku juga ngirim chat banyak. Dia benar-benar membalas tiap bubble. Literally satu-satu.

Terus chat terakhirnya adalah; udah berangkat?

Jadi aku membalasnya dengan mengiriminya selfie. Apakah menurutmu satu selfie? Ofkors tidak, Sayang, tidak cukup untuk seorang Dyuthi. Jadi aku mengiriminya banyak foto dari semua gaya yang aku ingat dan aku rasa aku cantik. Mati kau, Saki, aku akan spam ke kamu sampai kamu muak.

Gimana? Udah muak belum? AWIKWOKWOK

Itu jenis ketawa baru yang aku tahu dan Saki biasanya ngirim stiker pusing tiap aku ngirim chat 'AWIKWOKWOWK'. Lucu banget, kan, dia tuh?

Belum muak kook

Oh nantangin?

Okaaaay, aku kirim foto banyaaaakkk sampe memorimu full.

Jangan nangis yaaa abis ini.

Boleh kok.

Memoriku 512GB.

Aku meringis.

Chat tambahannya muncul lagi, bikin makin melongo.

Kalau nanti masih kurang, iCloud kalau ga salah bisa sampe 2TB.

So please, send me all of your photos and videos.

Sama semua cerita random kamu juga boleh

Ini jadi serius nih?

Aku menghela napas lelah.

Menutup room chat Saki, dan memilih memesan ojek online sekarang. Kalau dilanjutin sama Saki, nggak ada habisnya. Yang ada, aku malah akan telat ... ummm bentar deh, tuh anak posting apa di Instagram kok tag aku!

HEIIIII!

Masih pagi, lhoooooo! Foto selfie hasil kirimku tadi dia dia posting! Apakah dia pilih yang terbaik dari semuanya? Tidak! Dia save semua fotoku tadi kayaknya, terus dia love-love-in tuh, dan si screenshot berjejer fotoku. Asliiikkk, nih orang nggak bisa ditebak. Mana caption-nya ngakak banget lagi.

Muka-muka siap wisuda👩‍🎓🖤

Sangat optimis ya, nih, Om Saki!

Ahhhh jadi makin semangaaatttt mau bimbingan.

Tapi ternyata dunia ini memang super unik. Rasa kupu-kupu yang tadi banyak di perut, berubah jadi singa semua dan siap memakan habis isi perutku bahkan mungkin sampai seluruh badanku. Kemurahan hati Pak Budi juga yang membelikanku minuman dan makanan rasanya malah kayak jadi pancingan untuk menjadikanku tumbal. Karena kebaikannya kalah dengan kalimatnya:

"Jadi demi kebaikan kamu juga ke depannya, saran saya kamu mending ganti judul."

Kebaikan atau kesengsaraan, Pak?

"Takutnya kalau kita nekat, nanti kamu dianggap plagiat."

"Ta-tapi, kan, dosen seminar proposal sudah acc, Pak."

"Mungkin memang beliau keliru atau kecolongan, nggak ngeh juga kalau ini sudah ada penelitiannya. Saya janji bantu kamu sampai selesai."

Janji dosen pembimbing tuh bisa dipercaya nggak sih? Terakhir nih blio janji bisa bimbingan di weekend menggantikan yang nggak bisa, eh tiba-tiba bilang lagi di luar kota, ada urusan keluarga, dan banyak lainnya.

"Saya nggak sanggup, Pak," lirihku pelan, sudah nggak yakin mau melanjutkan hidup.

"Bisa. Saya percaya kamu bisa."

Bisa gila, kan, maksudnya?

Sekarang aku tahu, kenapa Pak Budi tiba-tiba ngajak bimbingan di kafe. Benar sih memang ditraktir, tapi ternyata mungkin biar suasana sedikit menolong, soalnya kabar yang dia bawa benar-benar bombastis. Ini aku nggak tahu, harus langsung pamit atau gimana nih, karena badanku sudah lemas dan otakku—

"Kamu nanti bisa bimbingan di mana pun kamu mau, sebagai bantuan saya."

Yakin tuh?

"Weekend boleh—okay, waktu itu nggak bisa, tapi insha Allah sekarang bisa. Nanti kita atur jadwal weekend. Saya udah pernah share alamat rumah saya?"

Ngapain?

Aku menggeleng. "Belum, Pak."

"Nanti saya sharelock ke WhatsApp. Kamu boleh bimbingan ke rumah, bareng sama temen satu bimbingan lebih baik, atau minta temenin keluargamu boleh."

Aku menatapnya super bingung, Pak Budi cuma ketawa pelan. Oh blio ini niatnya mau menghibur gitu, yaaa? Nggak mempan, Paaaaak! Mohon maaf nih.

"Soalnya anak saya sekarang ikut mamanya, jadi saya nggak akan alasan urusan keluarga dadakan lagi. Kecuali ya memang sesuatu yang urgent, yang nggak bisa saya kontrol."

Bentar deh.

Itu informasi peribadi, kan? Maksud blio ini, pisahan sama istrinya terus anaknya ikut mamanya?

Apa perlu aku tahu, ya?

Pak Budi nggak perlu, kan, kasih penjelasan kenapa dia nggak bisa ke mahasiwanya? Normalnya gitu para dosen, gampang aja bilang nggak bisa. Nggak mungkin juga mau beberin urusannya.

Terserah deh.

Aku mau pulang.


---

Bentar bentar, ini Pak Budinya Mas Gale? YTTA. AWOKWOKWOK

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top