30. Clade

Vomment dong guys xixiix🥰

Happy reading❤️

Setelah penangkapan Agung beberapa bulan lalu, akhirnya pria itu diganjar hukuman dua puluh tahun penjara. Sebenarnya, Agung masih berusaha berkelit dengan cara hendak menyuap Solihun yang notabenenya Kepala Kepolisian, namun pria matre itu malah melaporkan Agung ke Ketua KPK dan akhirnya kena pasal berlapis. Beliau juga ditempatkan di penjara khusus untuk dirinya.

Sesuai dengan rencana, akhirnya Solihun mau bekerja sama dengan Suparman guna menjatuhkan Agung dan Suparman membayar Solihun dengan dana yang cukup fantastis. Berkat aksi mereka, nama mereka semakin dikenal baik dan dianggap berjasa dalam memberantas kejahatan di Indonesia.

Mengenai Jeffrey, pria itu kini hidup tenang sejak ayahnya di penjara, ia tak pernah mendapat siksaan seperti dulu lagi. Yanuar tentu saja masih menjadi anak buahnya guna berjaga-jaga apabila ada yang mau menyerang Jeffrey.

Kalau ditanya Yanuar berada di pihak siapa, tentu saja pria itu sebenarnya berada di pihak Xenon. Penyebab ia mendukung Xenon karena sang selebgram itu bisa membantunya guna menghancurkan Jeffrey karena Yanuar pernah disiksa di panti asuhan itu.

Di lain tempat, kini Xenon dan Adena tengah mempersiapkan kepulangan mereka besok ke rumah Xenon. Mereka senang akhirnya Agung mendapat hukuman yang pantas. Syukur saja semua masalah Xenon sudah beres, jadi Adena tak terlalu khawatir lagi.

"Akhirnya kita pulang, Honey." Adena tersenyum senang sembari memasukkan pakaiannya dan Xenon ke dalam koper.

Xenon yang tadinya duduk di atas ranjang, akhirnya Adena Ana yang kini duduk di teras. Pria itu menyandarkan kepalanya di bahu Adena. "Iya, Adena. Syukurnya begitu. Setelah ini, saya mau jadi selebgram lagi, semoga bisa seperti dulu lagi."

Adena menghentikan pergerakannya, tangan halusnya bergerak untuk mengelus kepala Xenon. "Semoga hal-hal baik datang ke kita setelah kejadian ini. Saya sangat sayang dengan kamu. I want us to be happy together."

Mendengar ucapan Adena, Xenon tersenyum cerah, seolah pria itu habis perawatan suntik putih di Korea. Ia memegang kedua bahu Adena, menatap matanya lamat-lamat. "Really?"

Tatapan Xenon sungguh membuat wanita itu salah tingkah, pipinya kini seperti pantat babi berwarna pink. Adena kini menunduk, terlalu malu untuk menatap pria itu.

Perlahan, Adena mengangguk. "Iya ..., I love you more than everything," Adena mendongak, lalu menaruh tangan Xenon di dadanya, "my heart was beating so fast when you see me."

Xenon terkekeh pelan, kedua sudut bibir kissable itu tertarik, senyum merekah ditampilkannya. "Oh my god, istri saya salting."

Adena memalingkan wajahnya. Ia memukul pelan lengan Xenon. "Ah, jangan bilang seperti itu, saya malu."

Senyum mereka masih setia ditampilkan Xenon, dicubitnya kedua pipi sang istri. "Ya ampun, kamu sangat menggemaskan."

Adena menepis kedua tangan Xenon yang mencubit pipinya, ia semakin salah tingkah dibuatnya. "Ih, Xenon!"

"Kenapa, hm?" tanya Xenon dengan deep voice-nya.

Adena berdecak malas. "Jangan pakai 'ham hem ham hem' gitu, ah! Seperti orang sedang batuk saja!"

"Batuk, Pak Haji?" Xenon menirukan iklan sebuah obat batuk yang biasa seliweran di televisi.

"Minum larutan cap urin, yang ada babinya," celetuk Adena.

"Garing." Xenon menjulurkan lidah, meledek wanita itu.

Bibir wanita itu mencebik, menandakan bahwa ia kesal. Ia mendorong kasar koper tersebut, lalu bangkit dari teras. "Terserah."

Baru saja Adena berdiri, Xenon sudah memeluk Adena dari belakang, membenamkan kepalanya di ceruk leher wanitanya. "Kamu marah?" tanyanya.

Adena hanya mengedikkan bahu tanpa niat menatap Xenon.

"Jangan marah, saya hanya bercanda." Xenon berusaha membujuk Adena.

Gaya bermesraan mereka kini terlihat seperti anak baru puber, membuat siapapun menggeleng heran melihatnya.

Adena masih saja tetap diam, namun jantungnya berdetak kencang. Sebenarnya wanita itu tak marah, hanya salah tingkah karena ucapan Xenon.

Xenon tak kehabisan akal, ia pun membalikkan badan Adena agar menghadap ke arahnya. Pria itu meraba pinggang Adena dari atas ke bawah, membuat wanita itu terpaku sekaligus merinding. Sekarang Adena hanya bisa menunduk.

Setelah puas meraba pinggang sang kekasih, ia pun memeluk pinggang Adena dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya menaikkan dagu wanita itu supaya mau menatapnya. "Look at me, Honey."

Perlahan, Adena menatap obsidian indah milik pria itu, walaupun sedikit gugup. "Hm, sudah."

Xenon tertawa, ia tahu Adena masih salah tingkah. Ibu jari pria itu meraba bibir Adena, ditatapnya dengan intens bibir ranum itu. Perlahan, Xenon mendekatkan bibirnya ke bibir Adena, lalu melunatnya dengan lembut. Sang wanita memejamkan mata, menikmati sapuan bibir yang Xenon berikan.

Bibir pria itu kini menjadi candunya, lebih candu dari gulali abang-abang yang kerap kali ia beli saat Sekolah Dasar.

Xenon mengarahkan tangan Adena agar meraba roti sobeknya. Wanita itu tentunya patuh akan perintah Xenon, permainan pria itu memang selalu membuatnya terbuai.

Akhirnya, Xenon menghentikan aksinya. Ia mengecup kilat bibir Adena. "I love you, Adena."

Adena tersenyum cerah, menatap mata Xenon dengan tatapan mendamba. "I love you too, Xenon."

***

Pagi ini, akhirnya Adena dan Xenon hendak berangkat ke rumah mereka. Mereka kini tengah berpamitan pada Harris di depan rumah. Di situ juga sudah ada Sonny dan Candra yang menjemput mereka.

"Harris, tolong jaga Donna, kasian pergerakannya terbatas karena sedang hamil." Adena berbicara pada Harris.

Harris mengangguk. "Pasti. Saya juga cinta dengan dia, tak mau sampai dia kenapa-napa."

"Jangan sampai dia sedih karena kamu marahi."

Harris mengangguk. "Saya sering memarahinya karena dia minta yang aneh-aneh seperti seblak pakai gula cair, takut dia kenapa-napa kalau makan makanan tak sehat, nanti bayinya kenapa-napa."

Adena mengangguk paham. "Saya paham maksudmu baik, tapi jangan dibentak-bentak, ya? Takutnya dia stress."

"Saya usahakan."

Xenon menatap sinis mereka, tak suka melihat Adena berinteraksi panjang dengan Harris. Bisa saja, kan, Adena jatuh hati pada pria berparas pangeran itu?

"Ekhem, berbincang terus!" Xenon pura-pura berdeham, lalu merangkul posesif pinggang Adena.

Harris tertawa melihat Xenon dibakar api cemburu. "Santai, Dude. Jangan sensi seperti wanita PMS."

Adena mengerti bahwa Xenon cemburu, ia mengulum senyum karena sikap suaminya itu.

"Diam," peringat Xenon pada Harris.

Suara getaran ponsel terdengar dari saku celana Xenon, pria itu segera merogoh ponsel canggihnya. Setelah melihat layar ponsel, ternyata Ijah yang menelponnya. Pria itu segera menekan menggeser tombol hijau.

"Halo, kenapa, Bi?" tanya Xenon.

"Tuan, Jevian ...."

"Jevian kenapa?" tanya Xenon.

Mendengar nama Jevian, Adena memasang telinganya baik-baik guna mendengar percakapan mereka.

"Jevian ditemukan tewas mengambang di kolam renang."

🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥

Wkwkkww bentar lagi lese, tapi harus ada konflik dulu ya bund biar ga garing wkwkwk

Cerita ini jomplang bgt views sama komennya, bisa dihitung pake jari cuy. Tapi mungkin pada terlalu nikmati alur sampe ga sempet komen xixixi😁

Wahai sider, tampakkan jati diri kalian❤️🙏

Tbc❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top