25. Different
Tolong vomment ya guys xixiix. Kalo mager, vote aja gapapa kok, yang penting aku tau kalo ceritaku ada yang baca, makasih😁🙏
Yuk spam komen yuk, 20 komen di part ini sabi lah ya😂
Btw, kalian lagi rebahan, ya?
Happy reading!
"Jevian, Bi Ijah, tolong jaga rumah ya. Saya dan Adena harus pergi ke suatu tempat karena urusan penting," ujar Xenon kepada Ijah dan Jevian. Ia kini merangkul bahu Adena, sementara dua koper mereka dipegang oleh Candra dan Sonny.
Jevian mengangguk. Meskipun dia setuju menjaga rumah, ia merasa ragu melepaskan Adena bersama Xenon, tak tahu mengapa perasaannya buruk. "Pastikan Adena dijaga baik-baik."
Xenon mengangguk. "Jangan khawatir. Pastikan kamu tidak berbuat ulah di sini."
Jevian mendengus. "Iya."
Xenon hanya memutar bola matanya melihat reaksi Jevian yang kurang ramah. Pandangannya beralih ke Candra dan Sonny yang berdiri di sampingnya. "Ayo, kita berangkat."
Mereka mengangguk. "Baik, Bos!" serentak mereka menjawab.
***
Kini Xenon dan Adena tengah dalam perjalanan. Adena sejak tadi ingin bertanya apa sebenarnya alasan mereka harus menginap di rumah Harris, tapi ia menahannya. Seperti yang mungkin kamu tahu, Xenon jarang memberi jawaban yang jelas saat ditanya.
Sementara itu, Xenon memandang Adena yang sedang melamun sambil menatap keluar jendela. Ia mengenggam tangan Adena. "Adena, jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja."
Adena mengalihkan pandangannya dari jendela. "Sebenarnya, kenapa kamu membawa saya ke rumah Harris?"
"Nanti kamu juga akan tahu," ucapnya.
Adena mendecak. Jawaban Xenon selalu tak memuaskan. "Baiklah, terserah."
Xenon hanya tersenyum tipis melihat Adena yang sedang cemberut. Sebenarnya, ia tak ingin Adena tahu bahwa Xenon secara tidak langsung berada dalam bahaya akibat tindakan Harris dan Arjun. Ia ingin melindungi Adena, itulah sebabnya dia membawanya bersamanya.
***
Setelah beberapa lama dalam perjalanan, akhirnya mereka tiba di rumah Harris. Kali ini, Candra dan Sonny tidak turut mengawal Xenon dan Adena. Mereka diberi tugas oleh Xenon untuk menjaga rumah, khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
"Ingat, awasi pergerakan Jevian. Dia memiliki potensi untuk memberontak," bisik Xenon pada Candra.
"Siap, Bos!" seru Candra dengan semangat.
Di sisi lain, Adena merasa penasaran dengan apa yang Xenon bisikkan pada Candra. Namun, dia memilih untuk tidak bertanya, tahu betul bahwa Xenon tidak akan memberitahunya.
"Saya pergi dulu." Kali ini Sonny yang berbicara.
Xenon mengangguk. "Ingat pesan yang tadi."
Sonny tampak bingung. "Pesan apa, Bos?"
Candra melirik temannya dengan nada kesal. "Nanti saya jelaskan."
Xenon menghela nafas singkat. "Cukup tanyakan pada Candra, dia tahu mengenai itu."
Sonny mengangguk. "Baik, Bos."
Xenon kemudian memandang Adena. Dia sadar bahwa Adena merasa penasaran, tetapi dia memilih untuk tidak memberitahunya karena ini berkaitan dengan saudaranya sendiri.
Sejujurnya, Xenon merasa tidak enak karena akhir-akhir ini dia tidak terbuka pada Adena seperti biasanya.
Biarkanlah waktu yang akan memberikan jawaban atas semua ini. Pikir Xenon.
Xenon mengambil koper yang dipegang oleh Adena. "Biarkan saya yang membawanya."
Adena mengangguk. "Baik."
Dengan senyum singkat, Xenon berjalan menuju pintu depan rumah Harris, diikuti oleh Adena. Begitu sampai di depan pintu, Xenon menekan bel rumah Harris.
Tidak lama setelah itu, pintu dibuka oleh Harris.
"Ayo masuk, Donna sudah menunggu Adena di dalam. Dia telah terus bertanya-tanya tentangmu," keluh Harris pada Adena.
Adena tertawa. "Dia pasti merindukan saya."
Harris tersenyum tipis. "Memang."
Tanpa mereka sadari, Xenon merasa tidak senang melihat Harris tersenyum kepada Adena. Dia tahu bahwa Harris tidak bermaksud menggoda Adena, tetapi dia khawatir Adena bisa tertarik pada Harris.
Xenon memandang tajam ke arah Harris. "Bawa koper milik saya dan Adena."
Harris paham bahwa Xenon sedang cemburu. Dia tertawa sinis. "Cemburuan seperti remaja. Dasar remaja bangkotan," godanya, lalu mengambil koper-koper tersebut masuk ke dalam rumah.
Setelah Harris masuk, Xenon memeluk pinggang Adena secara posesif, kemudian membawanya masuk ke dalam rumah Harris.
Donna yang tadinya duduk di ruang tamu, akhirnya berdiri saat mereka datang.
"Eh, duduk saja, Na. Jangan sampai perutmu terganggu." Adena mengingatkan Donna, mengingat kondisi kehamilannya.
Donna tersenyum. Dia tahu Adena khawatir. Dia kembali duduk di sofa yang empuk.
"Di mana Arjun?" tanya Xenon kepada Donna.
"Di kamar Harris," jawab Donna.
Xenon mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya ke Adena. "Adena, saya akan menemui mereka dulu."
"Iya, Xenon," jawab Adena.
Setelah berbicara sebentar dengan Adena, Xenon melangkah ke arah kamar Harris yang terletak di lantai atas. Kamar-kamar di rumah Harris tidak asing bagi Xenon, karena mereka sudah berteman sejak lama dan Xenon sering berkunjung ke sini.
Donna menepuk lembut sofa di sampingnya, memanggil Adena untuk duduk bersamanya.
Adena mengangguk dan berjalan menuju sofa yang dimaksud, kemudian duduk di samping Donna.
"Gak terasa perut lo sudah mulai agak membesar, Donna," kata Adena sambil memandang perut Donna.
Donna mengangguk sambil tersenyum, tangannya pun mengelus perutnya yang perlahan mulai membesar. "Iya, Na. Sudah sebulan."
"Harris nggak ganggu lo, kan?" tanya Adena.
Donna menggeleng. "Enggak, dia sangat baik. Dia bahkan mau membelikan apa pun yang gue inginkan. Meskipun terkadang dia marah-marah sama gue karena dia bilang keinginan gue yang aneh. Gue juga sayang banget sama dia. Dia bahkan maafin gue setelah ketahuan kalau gue deketin dia hanya untuk kepentingan sendiri."
"Memangnya lo ngidam apa, Donna?" tanya Adena penasaran.
"Ngidam seblak pakai gula cair," jawab Donna.
Adena sontak terkejut, permintaan Donna terasa sangat aneh baginya. "Wah, nggak heran kalau dia marah, permintaan lo aneh banget."
Donna tertawa. "Iya, tapi ini karena bayinya yang pengin, Na. Akhirnya Harris mau nurutin kemauan gue. Dia memesan seblak, lalu menuangkan gula cair sendiri ke seblaknya."
Adena semakin penasaran. "Emangnya enak?"
Donna menggelengkan kepalanya. "Enggak. Gue cuma makan sekali, setelah itu gue buang."
Adena menggelengkan kepalanya dengan heran, dia tak bisa memahami mengapa Donna menginginkan sesuatu yang tidak enak. "Anjir, kasihan makanan itu dibuang gitu aja."
Namun, mereka tidak menyadari bahwa Harris telah memperhatikan mereka dari tangga sejak tadi. Ia khawatir Donna tiba-tiba akan minta sesuatu yang aneh atau mungkin merasa mual. Kini, Harris merasa bertanggung jawab untuk menjaga Donna, terutama karena dia tengah hamil.
"Jangan terus menerus memberi nasihat pada Donna, nanti dia marah," ucap Harris saat tiba-tiba muncul di dekat mereka.
Adena merasa tidak enak. "Maaf, Harris."
Harris mengangguk. "Kamu dicari oleh Xenon. Dia menunggu di halaman belakang."
Adena mengangguk. "Baik, saya akan pergi ke sana dulu." Dengan kata-kata itu, Adena melangkah menuju halaman belakang untuk menemui Xenon.
Setelah Adena pergi, Harris mendekati Donna dan berjongkok di hadapannya. Ia mengelus perut Adena dengan lembut.
Senyum bahagia terlihat di bibir Harris. "Semoga anak Papa selalu sehat, ya."
Sejak Donna hamil, Harris tak pernah absen menyentuh perutnya. Donna merasa senang ketika pria itu mengelus perutnya. Afeksi yang diberikan oleh Harris terasa tulus dari hati.
Setelah puas mengelus perut Donna, ia memandu tangan wanita itu untuk mengelus pipinya, membuat Donna terkejut. "Mau apa kamu?" tanya Donna.
"Saya tahu kamu ingin meraba rambut saya saat saya mengelus perutmu tadi, tapi kamu malu karena Adena ada di sini, kan?" Harris menebak dengan mata berbinar.
"Sebenarnya iya, tapi di sini ada teman-temanmu, jadi saya tidak mau membuat mereka merasa tidak nyaman," kata Donna.
Harris tertawa. "Terus, kenapa waktu itu kamu berani mencium saya di depan Arjun?"
"Spontan," ujar Donna sambil memerah.
Harris tersenyum. Perlahan, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Donna, sehingga wanita itu bisa merasakan hembusan napas hangat Harris.
"Kalau aku menciummu di sini, kamu yakin tidak akan menolak? Teman-temanku tidak akan keberatan jika aku menciummu di depan mereka," ujarnya sambil mengusap pipi Donna dengan ibu jari.
Donna mengangguk. "Tergantung kamu saja."
Harris menatap Donna penuh cinta. "Jangan pernah menolak dengan alasan apapun. I don't fucking care if our kisses are seen by others. Let them know that you belong to me."
"I understand, Harris. I love you more than anything," balas Donna sambil menatap mata Harris, terpesona oleh ketampanannya.
"Yeah, good girl. You're mine and only mine. No one else gets to control your body or have your heart like I do. No one can replace me in your heart, right?" tanya Harris sambil mengelus bibir bawah Donna hingga sedikit ditarik ke bawah.
"Sure, Harris. I love you."
"I love you too, Baby," ucap Harris langsung mencium bibir Donna dengan penuh cinta, sebuah ciuman yang penuh kasih sayang yang Donna balas dengan penuh cinta pula.
"Astaga, mata hamba ternodai!"
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
Sorry baru update, kemarin2 aku lagi sibuk di RL sama sempet drop juga hihi. Makasih ya udah mau baca ceritaku🥰
Tbc🥰
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top