Weird lady, ILY (AkashixSakura)
🌼🌼🌼🌼🌼
Suara dentuman dari dribel bola memenuhi ruangan dalam gedung. Para murid atau tim basket dari pihak sekolah sedang berlatih untuk pertandingan nasional yang akan di adakan di Konoha. Sebuah sekolah yang berada di sebuah kota kecil namun cukup terkenal dengan keunggulannya di segala aspek.
"Akashi besok kita akan berangkat," salah satu teman tim-nya, Midorima Shintaro ikut mendudukan diri disebalah kapten mereka yang sejak tadi mengawasi. Bukan tanpa alasan Akashi hanya duduk tanpa ikut berlatih. Pria berdarah biru itu sedang pemulihan pasca cidera pada tumitnya membuatnya hanya bisa mengawasi saat ini.
"Apa kau nanti bisa ikut?"
"Hm." Akashi mengangguk kecil dan tanpa disadari sang lawan bicaranya ia tersenyum tipis saat ini.
"Aku yakin kau akan ikut karena Kise sedang ada jadwal pemotretan. Jika ia sekarang selesai mungkin bisa ikut."
Midorima mengambil cangkir yang sejak pagi dibawanya. Untuk hari ini benda keberuntungannya adalah cangkir, begitulah kata ramalan.
Dilapangkan ada Daiki, Kuroko, Murakasibara sedangkan yang lainnya entah sedang kemana.
Akashi mengangkat melihat waktu pada jam dipergelangan tangannya. Jam menunjukan hampir jam 7 malam dan ia harus segera pulang. Maka ia bangkit dengan menyampirkan tasnya.
"Aku akan pulang dan sebaikanya kalian juga karena harus cukup beristirahat." Akashi melihat rekan-rekannya yang kini sudah berhenti latihan dan berjalan ke arah mereka.
"Kau akan pulang Akashi-kun?" Tanya Kuroko yang dijawab anggukan oleh Akashi.
"Kalian istirahatlah. Sampai jumpa besok." Dan Akashi berjalan meninggalkan rekannya yang kini sibuk merapihkan diri.
.
.
.
Akashi tersenyum saat melihat layar ponselnya berkedip dan menampilkan jika ada sebuah pesan yang masuk. Bukan dari teman tim basketnya melainkan seseorang yang sebulan ini selalu menemaninya berbicara. Ia tidak pernah bertemu dengannya tapi karena insiden saat malam tahun baru itu membuatnya terus saling bertukar kabar. Entah menceritakan hal-hal yang terjadi atau apapun itu. Sebenarnya hanya orang itu yang paling banyak berbicara sedangkan ia hanya menjawab sesekali. Tapi biasanya ia akan marah kepada siapapun yang mengganggunya, dan entah kenapa saat mendengar suaranya Akashi justru merasa nyaman dibuatnya
"Sudah pulang?" Tanya Akashi saat sambungan telponnya di jawab. Ia meletakan tasnya di meja dan berjalan pada jendela dimana sebuah sofa ada kemudian merebahkan diri disana.
"Sudah bagaimana denganmu?"
"Aku baru sampai."Akashi tersenyum saat mendengar suara gaduh diseberang sana yang bisa ia tebak jika orang itu sedang sibuk dengan barang bawaannya. Ya ia tau karena orang itu memberinya kabar jika baru saja berlatih.
"Sungguh kau akan datang besok?" Orang itu terdengar antusias dan Akashi lagi-lagi tersenyum kecil dibuatnya.
"Hm entah."
"Jadi kau tidak datang." Orang itu sudah menyimpulkan dan dari suaranya terdengar sedih membuat Akashi terkekeh pelan.
"Jika aku datang bagaimana bisa aku mengenalmu?" Tanya Akashi ingin tau.
Mereka tidak saling mengirim foto atau video call untuk saling menghubungi. Orang itu tidak mau dan ingin menjadi kejutan jika mereka suatu saat bertemu dan Akashi menyanggupinya. Tadinya ia tak ambil pusing dengan si peneror gila yang tengah malam menghubunginya, tapi seiring berjalannya waktu entah kenapa ia senang saat orang itu banyak berbicara kepadanya.
"Kau tau suaraku." Ujarnya yang tertawa kecil diseberang sana membuat Akashi pun ikut tertawa pelan.
"Baiklah nona aneh sebaiknya kau istirahat, selamat malam dan..." Akashi menghentikan perkataannya sambil tersenyum. Entah kenapa ia merasa tidak sabar hingga membayangkan bagaimana saat bertemu dengannya.
"Oyasuminasai."
"Ya, oyasumi Akashi-kun."
.
.
.
Malam pergantian tahun dan Akashi hanya melihat langit dibalik jendela kamarnya. Sebenernya ia ada acara berkumpul dengan teman-temannya tapi ia memutuskan untuk pulang sebelum pergantian tahun.
Mansion mewah bak istana nyatanya tidak membuatnya bahagia. Terlalu membosankan menurutnya, apalagi hanya ada ia dan para maid disini sedangkan kedua orangtuanya sibuk dengan berbagai perjalanan mengelilingi dunia entah berbisnis atau melakukan amal.
Deringan ponsel membuat perhatiannya kini buyar dan melangkah mengambil ponsel miliknya.
Nomer asing tertera disana dan ia terlalu malas untuk menjawabnya. Tapi selang ketiga kalinya ia rasa atau berpendapat jika itu ada hal penting yang ingin disampaikan kepadanya.
"YA INO SIALAN DIA MEMUTUSKAN AKU!"
Akashi menjauhkan ponsel dari telinganya saat sebuah teriakan menyambutnya ketika menjawabnya. Sungguh aneh sekali pikirnya karena ia tidak pernah sembarangan memberikan nomor teleponnya kepada siapapun.
"DIA... Bajingan! Inoooo buta kau tuli ya!?"
"Sepertinya kau salah sambung Nona." Akhirnya Akashi berbicara saat sang penelepon masih terdengar kesal dengan suara tinggi.
"Aku serius Ino... Aku," sang penelepon terdiam sesaat sebelum kembali memekik kencang membuat Akashi sedikit menjauhkan ponselnya dan entah kenapa ia tersenyum mendengar keributan di seberang sana.
Terdengar suara gedebum yang ia pastikan jika sesuatu terjatuh entah barang atau orang itu. Lalu suara ringisan terdengar membuat Akashi tertawa pelan. Bisa saja ia tutup telponnya tapi entah kenapa ia merasa senang dengan nona aneh ini.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Akashi yang tentunya masih punya hati karena mendengar ringisan.
"I'm oke but my herat..." Kini bukan ringisan tapi digantikan tangisan membuat Akashi menggeleng kecil.
"Tidak apa-apa itulah kehidupan nona," Akashi memberi taunya meskipun gadis itu tidak melanjutkan perkataannya. Dengan sepenggal kata-kata itu pun ia tau apa yang terjadi.
"Tapi...bagaimana bisa aku tahan saat dia terus berada di sekitarku?" Gadis itu dengan segukannya balik bertanya membuat Akashi menghela napas saat tidak lagi mendengar tangisannya. Cukup mengganggu baginya karena ia tidak suka melihat orang yang menangis.
"Anggap saja dia tidak ada?"
"Kau mengejekku?" Gadis itu merengek sekarang dan itu terdengar lucu ditelinga Akashi.
"Jika dia melukaimu untuk apa kau pedulikan nona?"
"Iya juga... Tapi dia tampan bagaimana bisa aku tidak peduli."
Akashi mendengus mendengarnya. Tadi dia sendiri yang bertanya dan saat dikasih saran responnya pun seperti itu.
Dasar bucin!
"Cari saja yang lain kalau begitu." Usul Akashi yang sukses membuat sang lawan bicara terdiam sejenak. Mereka hanya diam dalam keheningan dan saat Akashi akan menutup telponnya gadis itu kembali berujar dengan antusias.
"Bagaimana jika kau saja?"
Mendengar itu tentu membuat sang tuan muda Akashi shock bukan main. Bagaimana bisa gadis itu berbicara dengan diluar nalarnya saat ini.
"Aku?"
"Hm. Dari suaramu aku yakin kita seumuran."
Suara gadis itu terdengar yakin membuat Akashi menautkan kedua alisnya.
"Bagaimana jika aku jauh lebih tua di atasmu?" Tanya balik Akashi yang langsung disapa dengan tawa diseberang sana.
"Aku tau dari suaramu kau tidak setua itu tuan. Bagaimana tawaranku?"
Cukup menggelitik sebenarnya. Jika ia melihat bagaimana Kise bertingkah dengan para penggemarnya saja membuatnya malas tapi kenapa mendengar ucapan tak masuk nalar gadis ini membuatnya menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman.
"Bagaimana jika aku tidak tampan?"
"Itu tidak masalah asal kau setia."
Akashi terkekeh geli mendengarnya. Bagaimana bisa tadi gadis itu meraung karena patah hati dan kali ini dia seperti sedang mengatakan cinta?
Sungguh aneh.
"Hm."
"Apa itu jawaban ya?"
"Selamat malam nona aneh dan selamat tahun baru." Dan Akashi memutuskan sambungan teleponnya begitu saja dengan gelengan kecil tidak habis pikir, batinnya saat mendapati orang aneh yang menelponnya.
.
.
Dan Akashi pikir malam itu adalah terkahir ia berbicara dengan gadis aneh itu. Tapi keesokan harinya dia menelepon lagi dan meminta maaf. Sesungguhnya Akashi tidak masalah karena ia sendiri merasa terhibur saat malam itu. Tapi mungkin gadis itu berpikir jika ia marah kepadanya hingga meminta maaf.
Mereka saling bertukar pesan dan kadang menelpon. Entah kapan itu yang jelas mereka melakukannya hingga saat ini.
Dan Akashi melihat satu pesan masuk pagi ini membuatnya tersenyum tipis.
From ; Cherry
Hati-hati dalam perjalan dan semoga kita bertemu. ☺️
"Semua sudah siap? Saatnya BERANGKAT!"
Mereka sudah menaiki bus menuju kota dimana turnamen akan dilakukan. Beberapa bus lain yang berisikan tim dan cabang olahraga lain pun mengiringi perjalanan mereka.
"Kita akan bertemu." Gumamnya yang melihat keluar dimana matahari yang terlihat cerah dengan awan yang indah.
Bisa saja Akashi mengakses untuk mengetahui identitas gadis itu dengan mudah. Tapi ia ingat perkataan nona aneh itu jika kejutan sepertinya akan sangat menyenangkan bukan?
.
.
.
Konoha High school
Rombongan dari perwakilan Yokohama sudah tiba. Gedung sekolah itu terlihat biasa saja tapi saat masuk ke dalam maka kau akan takjub dibuatnya. Dimana semua pasilitas lengkap disini.
"Kau mau kemana Akashi-kun?" Kuroko bertanya saat melihat Akashi akan pergi lebih dahulu meninggalkan mereka.
"Tidak." Ujar Akashi yang terhenti dan sadar apa yang ia lakukan.
"Kali ini apa yang kau bawa Midorichin?"
Murakasibara sudah bersiap dengan tas ranselnya yang berisi beberapa pakaian ganti dan camilan di tas jinjingnya sedangkan pakaian tim tentu saja ada manager mereka yang membawanya.
Akashi tidak memperdulikan lagi apa yang terjadi dengan mereka yang kini sudah berjalan memasuki gedung sekolah dimana akan menjadi tempat tinggal mereka selama tiga hari dua malam, terhitung saat besok dimulainya pertandingan. Akashi ikut berjalan bersama dengan ponsel disaku jaketnya yang sesekali dipegangnya.
Saat mereka berjalan dilorong sebuah keributan datang dari arah berlawanan. Terlihat seorang siswa berlari seperti kesetanan dan tak lama di ikuti seorang gadis yang juga berlari tak kalah gilanya. Siswa dengan rambut pirang itu berteriak ampun sedangkan siswi dengan rambut hampir serupa dengan Momoi pun berteriak menyumpahinya.
Suara itu membuat Akashi terdiam dan menghentikan langkahnya. Ia menoleh mengikuti arah kemana gadis itu pergi saat melewatinya.
"WOW sambutan yang mengejutkan." Daiki atau lebih dikenal dengan Aomine merinding melihat gadis yang baru saja melewati mereka.
"Aku kira paling seram adalah Momoi-san ternyata ada saingannya disini." Kali ini Midorima menimpali. Mereka tau bagaimana Momoi mengerikan saat marah tapi ternyata ada yang lebih seram disini melebihi Momoi dan sialnya rambut mereka hampir serupa.
"Tapi dia cantik." Kuroko menimpali membuat Momoi yang tadinya ingin mengamuk langsung menggandeng tangan Kuroko dengan senyuman lebarnya.
"Kau memang yang terbaik pacarku."
"Ah, yang aku maksud gadis tadi." Kuroko mengkoreksi kesalahpahaman membuat mereka kecuali Momoi dan Akashi tentunya tertawa mendengarnya.
"Kalian menyebalkan!"
Momoi pergi lebih dahulu diikuti yang lainnya yang masih tertawa sedangkan Akashi masih diam menatap lorong kosong disana lalu berbalik mengikuti yang lainnya.
.
.
.
"Awas kau Naruto no baka!"
Sakura bersungut-sungut dengan tangan yang terus menyumpali mulutnya dengan ramen pedas.
Hari ini mereka libur dikarenakan dikhususkan untuk latihan atau persiapan untuk besok dimulainya pertandingan. Tapi ada juga sebagian siswa-siswi yang datang karena ingin melihat latihan atau tim dari kota lain yang datang.
"Sudah sebulan lebih berlalu apa kau yakin tidak ingin kembali bersama pangeran impianmu sejak kecil?" Ino ikut menimpali akan masalah yang dialami sahabatnya ini.
"Aku benci diselingkuhi dan dibohongi kau tau itu."
Ino mengangguk mengerti dengan pendirian Sakura. Sai bilang Sasuke merasa bersalah saat itu. Ia sedang merasa pada titik jenuh dan melakukan kesalahan dan menyesalinya tapi Sakura tetaplah Sakura. Baginya jika sekali seperti itu maka tidak menutup kemungkinan nantipun hal itu akan terulang kembali.
"Jadi bagaimana dengan dia?"
Pertanyaan Ino sukses membuat Sakura langsung menghentikan kunyahannya. Ia berpikir sejenak dan saat ingat 'dia' langsung mengambil ponselnya disaku blazer nya.
Melihat Sakura yang tersenyum saat melihat ponselnya membuat Ino mencondongkan tubuhnya, mendekat pada Sakura.
"Sedang apa kau?" Tanya Sakura yang menatapnya dengan satu alis terangkat.
"Apa itu dia?"Tanya Ino dengan senyuman jahilnya.
Sakura mengangguk, "dia bilang sudah tiba itu berarti..." Sakura menghentikan perkataannya digantikan dengan ekspresi terkejutnya.
"YA INO DIA SUDAH DISINI BAGAIMANA INI?"
Ino menggeleng tidak habis pikir. Bukannya dia kemarin sangat heboh akan kabar ini dan bilang akan bersikap semanis mungkin tapi apa nyatanya ini?
"Minta bertemu?"
"Aku belum siapa."Sakura menggeleng tidak yakin usulan itu.
"Lalu apa maumu jidat?"
Sakura sebenarnya ingin sekali bertemu dengannya tapi entah kenapa nyalinya menciut sekarang. Pikirannya terlalu penuh dengan kata bagaimana.
"Teme lebih baik kau menyerah atau aku yang akan kembali dihajar Sakura-chan!"
Dari arah belakang mereka terdengar suara yang sangat dikenalinya dan hal itu tentu membuat kedua gadis yang sibuk dalam pembicaraannya menjadi diam dengan wajah malas.
"Bagaimana latihan mu?" Tanpa basa basi Sasuke langsung memulai pembicaraan di ikuti Naruto yang meringis saat tatapannya bertemu dengan Sakura.
"Nanti jam dua kami mulai latihannya." Bukan Sakura yang menjawab tapi Ino lah yang menjawabnya membuat Sasuke mengendus.
"Kau sudah makan?"
"Kau tidak jadi bodoh kan Sasuke-kun?" Tanya Ino atau mungkin sebuah cibiran untuknya. Sungguh basa-basi nya sangat menyebalkan. Bagaimana bisa melayangkan pertanyaan itu saat didepannya Sakura masih setia dengan semangkuk ramen pedasnya.
"Sepertinya... seperti itu Pig." Sakura akhirnya bersuara membuat Sasuke menyunggingkan senyumnya tipis. Persetan dengan kebodohannya tapi yang ia inginkan adalah kembali kepada Sakuranya, tidak peduli apapun yang akan terjadi.
"Karena dirimu."
Naruto merinding mendengar gombalan Sasuke yang sungguh diluar nalarnya selama bersahabat sejak mereka masih dalam kandungan. Bagaimana seorang Uchiha selalu bersikap angkuh penuh wibawa kini seolah itu hilang tertelan Aoda. Aoda, peliharaannya Sasuke yang itu.
Ino tertawa terpingkal-pingkal mendengar nya sedangkan Sakura mati-matian menahan tawanya mendengar kekonyolan dari Sasuke.
"Sasuke," Ino menghentikan tawanya saat melihat tatapan tajam dari bungsu Uchiha itu. Berdehem, ia melanjutkan perkataannya, "Sakura sudah memiliki kekasih asal kau tau."jelas Ino membuat Sakura langsung menoleh dan menatap horor sahabatnya itu sedangkan Sasuke langsung memerah karena amarah.
"Benarkah itu?"
Sakura menggeleng, "Ino hanya mengarang." Ucapnya tidak ingin ada kesalahpahaman. Lagipula ia dengan Akashi tidak pernah mengatakan 'mari kita berkencan' atau semacamnya.
Mendengar itu tentu membuat Sasuke tersenyum lega. Jadi ia belum terlambat untuk kembali merebut perhatian dan cinta Sakura untuk kembali dimiliki olehnya.
"Bagaimana kalau taruhan saja?" Naruto kali ini mengambil peran pembicaraan mereka. Ia cukup pusing dengan segala tingkah Sasuke yang membuatnya terus menjadi samsak atas pukulan Sakura dan itu semua karena Sasuke sialan ini.
Ino berpikir ini cukup menarik jadi ia mengangguk setuju. "Sepertinya ide yang menarik?" Tentu perkataannya membuat Sakura kembali menatapnya sengit.
Mendapat tatapan seperti itu tidak membuat Ino takut. Gadis itu semakin senang dan hanya mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V kepada Sakura.
"Kalian menyebalkan, tau?"
"Kami mencintaimu Sakura-chan." Balas Ino dan Naruto bersamaan.
'dasar duo pirang tak berotak!' batinnya bersungut-sungut.
"Kita akan kembali menjadi kekasih saat aku menang dalam pertandingan bagaimana?"
Ino menyuruh Sakura menjawab 'ya' melalui gerakan matanya sedangkan Sakura mendengus malas. Sungguh pemaksaan gerutunya dalam hati.
Mau bagaimana lagi kan?
Dengan helaan napas pelan Sakura mengangguk menyetujuinya.
"Tapi menang dalam final." Ujarnya tentu langsung disanggupi Sasuke yang kini menopang dagu dengan kedua tangannya, memandangi sakura yang kembali sibuk dengan ramennya yang sepertinya sudah dingin.
"Aku tidak sabar langsung melamarmu." Ujarnya dengan senyuman dengan pandangan terus menatap Sakura penuh cinta.
Duo pirang itu sudah menggeleng tidak mengerti akan isi otak Sasuke sekarang, sedangkan sakura menatap horor Sasuke dengan mulut masih dengan mengunyah ramen.
Suara keributan membuat mereka menoleh dan mendapati banyak gadis yang berkerumun mengelilingi beberapa pria yang sepertinya tim dari pihak sekolah lain.
"Mereka sangat tampan astaga!" Ino pun tentunya terpesona membuat Sakura menjitak kepalanya.
"Sakit jidat."
"Benahi mata gatalmu itu."
Ini mengedikan bahu acuh, "ini rejeki untuk pencucian mata jidat kau pun berpendapat sama kan? Mereka sangat tampan."
Sasuke mendengus kasar dan menatap Sakura yang sepertinya biasa saja tidak seperti Ino. Ia tersenyum saat tau bagaimana sifat Sakura yang akan berfokus dengan satu yang benar-benar dicintainya.
Maka dari itu ia harus bisa membuat Sakura kembali kepadanya.
"Mereka lawan yang tersulit kau tau Sasuke?"
Perkataan Naruto membuat Sasuke kembali melihat mereka. Dan salah satu dari mereka kini sedang menatap ke arah sini.
"Apapun itu kita harus menang."
Sakura melihat tatapan siswa berambut merah di meja sana tepat dia berhadapan dengannya. Dadanya berdesir hanya melihatnya membuatnya langsung mengalihkannya dengan meminum jus jeruknya.
"Ino ayo kita latihan." Sakura bangkit untuk pergi latihan di ikuti Ino yang sesekali masih mencuri pandang kepada siswa lain itu.
"SAKURA-CHAN INGAT JANJIMU!"
Sakura mengacungkan jari tengahnya tanpa berbalik. Ia terhenti tepat di dekat meja dimana para siswa itu berada.
Kerumunan siswi yang terus semakin penuh membuat Sakura mendengus kasar.
"Bisakah kalian menyingkir!?"
Semua siswi menyingkir begitu saja saat gadis itu berujar membuat siswa-siswa itu menatap takjub.
"Dia gadis tadi bukan?"tanya Daiki yang dibenarkan Kuroko dengan anggukan.
"Kya Sasuke-kun, Naruto-kun!!"
"Menyingkir!"
"Dan itu siswa tadi yang dikejarnya." Ujar Murakasibara saat kedua siswa itu pun melewati mereka.
"Ah mereka memang terkenal." Salah satu dari siswi yang mengerumuninya menjawab walaupun tanpa ditanya.
"Kalian kenal mereka?" Tanya Momoi kepada gadis pirang yang ikut duduk dengan menyeret salah satu kursi di belakang sana.
"Dua orang tadi tim basket kami sedangkan yang dua siswi tadi anggota cheerleaders."
Momoi mengangguk paham. Tapi melihat aura dari gadis itu entah kenapa sangat kuat dirasakannya.
"Siapa gadis pink tadi?"
"Sakura dan siswa berambut Dongker tadi adalah mantannya."
Penjelasan yang sungguh menyebalkan bagi Akashi.
"Aku dengar Sasuke-kun ingin membuatnya kembali."
Siswa disana terlihat malas mendengarnya sedangkan Momoi terlihat antusias. Bagaimana gadis itu kini semakin menyeret kursinya semakin dekat dengan gadis pirang itu.
"Sepertinya mereka sepasang kekasih terkenal disini, jadi bagaimana caranya?"
Gadis pirang itu tertawa pelan sebelum kembali berbicara.
"Sakura-san harus kembali menjadi kekasihnya saat kemenangan ada dipihak kita."
Mata Momoi berbinar mendengarnya. Baginya itu sangat memiliki kisah apalagi masa remaja saat ini, tidak sepertinya yang bahkan pria yang disukainya tidak pernah peka terhadap perasaannya.
Akashi? Pria itu mendengar hal itu hanya menghela napas pelan. 'dasar wanita'batinnya berujar malas.
.
.
Akashi-kun
Kau sedang dimana?
Sakura menghapus keringatnya dengan handuk putih miliknya. Mereka sudah selesai berlatih dan kali ini sedang duduk di kursi penoton karena lapangan dalam akan digunakan tim dari Yokohama.
"Kyaa mereka yang tadi."
Ino berjingkrak senang saat pria yang tadi berada di kantin ternyata adalah tim basket.
"Kita menonton mereka dulu baru pulang saja." Kata rekan se tim mereka berujar dan tentu untuk Ino tidak berpengaruh karena tanpa ajakan seperti itu pun ia akan melakukan itu, menonton pria-pria tampan.
"Temani aku oke?" Ino menepuk pundak Sakura memintanya menemaninya untuk menonton. Lagipula mereka masih merasa capek sehabis latihan tadi.
"Baiklah." Sakura menyetujuinya. Sepertinya perkataan Ino tentang mereka tampan memang benar. Tapi ia ingin melihat permainan mereka dan entah kenapa atensinya terus tertuju kepada siswa berambut merah namun tatapannya sangat mengintimidasi seperti sepupunya yang kebetulan juga berambut merah.
Mereka hanya berlatih ringan tapi tetap saja membuat kegaduhan karena banyaknya siswi yang kini penuh untuk menonton mereka. Dan mereka histeris saat salah satu dari mereka yang mereka tau kapten dari tim basket itu kini berjalan ke tribun.
"Kya Akashi-kun!"
"AKASHI-SAMA!"
Teriakan mereka membuat Sakura pening dan mematung mendengarnya. Bukan. Bukan karena teriakan yang membuat Sakura kini menatap siswa yang semakin dekat ke arahnya.
'apa mereka bilang tadi?'
'Akashi?'
"A-Kashi-kun?"
Tepat siswa itu kini berhenti didepannya dan mengulurkan sebotol isotonik dengan senyuman tipis.
"Senang bertemu denganmu Cherry."
Otak sakura seolah membeku seperkian detik mendengar perkataan siswa didepannya.
"B-bagaimana kau tau aku?"
Akashi menaruh minuman isotonik ditangan gadis yang sepertinya masih terkejut akan kejutan yang dia bilang itu.
"Suaramu." Jawab Akashi membuat Sakura mengangguk mengerti tapi sungguh ia malu sekarang. Bagaimana suasana riuh seketika hening dan kini kembali riuh oleh sorakan teman se tim Akashi.
"A-arigato." Sakura menjawab kikuk sedangkan Ino yang duduk disampingnya masih tidak percaya akan apa yang terjadi.
Akashi tersenyum seperkian detik dan kembali berbalik menuruni tribun untuk bergabung dengan temannya.
"Jidatttttt..... Kau sangat beruntung." Ino memeluk sahabatnya dengan kencang membuat Sakura terbatuk karena sesak.
"Sesak Ino."
"Buatku saja kalau tidak mau." Ino ingin mengambil isotonik itu tapi Sakura langsung memasukkannya kedalam tas.
"Minta saja kepada Sai-mu." Ujarnya dengan ketus.
Ino mencibir dan memasukan sweaternya pada tas bersiap untuk pergi.
"Ayo kita pulang." Ajakanya yang disanggupi oleh rekannya yang mulai bersiap pergi.
"Sakura!"
"Sebentar." Sakura menunggu Akashi menoleh sebenarnya. Tepat saat pria itu menoleh ia tersenyum dan mengangguk sebelum benar-benar pergi meninggalkan gedung.
.
.
Hari telah berlalu dengan babak penyisihan dan kini telah sampai pada final dimana sesuai prediksi jika tim tuan rumah akan menghadapi tim yang dijuluki kiseki no sedai.
Sakura unjuk penampilan untuk mewakili tim mereka. Tepat saat ia melompat pergelangan kakinya terkilir namun tentu ia harus menahannya dan beruntungnya itu gerakan penutup membuatnya bisa bernafas lega.
"Kya turunkan aku Sasuke-kun!" Sakura berusaha memberontak untuk turun tapi tentu tidak dihiraukan oleh bungsu Uchiha itu.
Sasuke membawa Sakura pada tribun paling depan dan mendudukkan nya disana.
"Apa sakit?" Tanyanya memegang pergelangan kaki Sakura membuat gadis itu meringis menahan sakit. Kenapa disaat semua sudah berlalu Sasuke malah bersikap manis seperti ini dan lagi satu tatapan yang membuat Sakura merinding datang dari arah berlawanan.
"Pergilah, pertandingan akan dimulai."
Sasuke menepuk kepalanya pelan sebelum pergi bergabung dengan timnya.
Sakura menghela napas pelan. Ia tidak ingin tim mereka kalah tapi jika menang maka ia harus kembali menerima Sasuke. Ia tidak suka seperti itu apalagi disaat hatinya bukan lagi tentang Sasuke.
Mengambil ponselnya dalam tas, Sakura dikejutkan saat salah satu pesan masuk yang membuatnya kini menatap pria di seberangnya.
From; Akashi-kun
Kau masih menyukainya?
Pesan itu tak bernada tapi entah kenapa Sakura tersenyum seolah pria itu kini terdengar cemburu. Tersenyum, Sakura menggeleng dan membalasnya.
To ; Akashi-kun
Tidak. Kenapa bertanya seperti itu?
From ; Akashi-kun
Aku akan menjawab ajakanmu waktu itu.
Dan balasan Akashi sukses membuat Sakura membulatkan kedua matanya. Bagaimana ia lupa kejadian malam itu saat ia mengatakan...
'Bagaimana jika kau saja?'
OMG!
Bagaimana ini!
Bagaimana jika Akashi kalah dan Sasuke menang? Tapi kalau Sasuke kalah nanti sekolahnya yang kalah dong?
"Inooooooo!"
"Kenapa? Apa sangat sakit?" tanya Ino yang panik saat Sakura memanggilnya dengan rengekan.
"Tidak." Sakura tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan giginya dengan tangan membentuk V. Bukan karena kakinya ia panik tapi karena keadaan yang harus ia pilih.
"Pertandingan dimulai KYAAA AOMINE-KUN!"
Sakura memutar matanya bosan atas kehebohan Ino. Bisa-bisanya pacarnya main tidak diberikan semangat malah tim lawan yang disoraki sedemikian hebohnya.
.
.
.
Pertandingan sudah selesai dan tentu yang menang dari pihak tamu. Entah sakura harus merasa senang atau sedih karena saat bersamaan ia tidak jadi harus menerima Sasuke yang sudah menyakitinya. Tapi satu sisi ia harus sedih karena sekolahnya tidak menang.
Semua berhamburan mengelilingi para pemain dengan berbagai tindakan modus. Ada yang memberi handuk atau minuman. Adapula yang hanya berteriak berisik.
Sakura melihat itu semua tersenyum tipis. Ia tidak bisa ikut bergabung karena kakinya yang sakit. Tapi ia heran kenapa Sasuke tidak menghampirinya?
From ; SASUKE
Maaf karena kalah.
Melihat pesan dari Sasuke membuat Sakura tersenyum tipis. Sasuke akan memegang janjinya dan sepertinya dia kecewa karena kalah?
"Apa sakit?"
Kali ini bukan pertanyaan dari Sasuke melainkan Akashi yang sudah berjongkok didepannya dengan koyo pereda nyeri.
"Sedikit." Meskipun canggung saat pertama bertemu tapi sekarang Sakura sedikit tidak canggung lagi. Tapi tatapan dari semua yang ada disini membuatnya menghela napas berat. Tidak sejak bersama Sasuke ataupun sekarang kenapa ia selalu mendapati tatapan seperti itu.
"Abaikan saja." Ucap Akashi yang mengerti pikiran Sakura. Ia tersenyum saat koyo itu terpasang, "nah selesai."
"Arigatou Akashi-kun."
Akashi mendongak hingga tatapan mereka bertemu pandang. Ia tersenyum melihat wajah Sakura yang tersipu. Sejujurnya ia sangat suka wajah galak gadis ini saat pertama melihatnya. Tapi bagaimanapun itu sepertinya ia memang sudah tertarik dengan Sakura meskipun hanya dengan suaranya saja.
"Hm." Akashi bangkit dan ikut mendudukan diri disamping Sakura. Mereka sedang berisitirahat dan lima menit lagi akan menerima penyerahan piala atas kemenangan mereka.
"Aku setuju atas ajakanmu."
Perkataan to the points Akashi tentu Sakura sudah menduganya. Pria ini setipe dengan Sasuke tapi mungkin keseharian dan keahlian mereka yang berbeda.
"Itu--"
"Kau mengajakku dan aku menjawab 'ya."
Oh Kami sama! Apa yang harus Sakura lakukan keluhanya dalam hati.
"Kau tidak menyukaiku?"
"Bukan seperti itu." Sakura tidak ingin Akashi salah paham. Tapi baginya ini terlalu tiba-tiba dan ia bingung.
"Lalu?" Akashi menoleh memandangi Sakura yang terihat bingung.
"Itu---"
"Aku bukan pria tua."
"Bukan itu!" Sakura memekik kencang membuat Akashi tersenyum geli. Sejak kemarin ia ingin melihat secara langsung saat Sakura menaikan nada suaranya.
"Lalu?"
"Kau masih menyukai dia?" Tanya Akashi yang menyebut 'dia' dan sangat Sakura tau siapa yang dimaksudkan.
"Tidak."
"Lalu?"
"Akashi-kun!"
Seruan Kuroko membuat Akashi mengangguk mengerti.
"Sore kami akan kembali dan aku menunggumu kalau begitu." Ujarnya yang tersenyum dan mengelus surai merah muda itu gemas kemudian kembali turun untuk mengambil kemenangan mereka.
Sakura melihatnya. Bagaimana Sasuke terlihat sedih dan Akashi yang terus tersenyum saat mereka bertemu pandang.
"Ah entahlah!" Sakura bangun karena merasa pusing memikirkannya. Ia ingin pergi dan memikirkan apa yang harus diputuskannya.
.
.
.
Tempat yang biasanya ia datangi saat ingin menyendiri dan disinilah ia berada sekarang dengan segala kebimbangan.
Ia kembali mengingat saat ia salah menekan tombol angka yang mengakibatnya terhubung dengan Akashi. Saat itu kebetulan nomer Ino terhapus dan ia ingat. Tapi siapa sangka atas kesombongannya yang percaya diri tanpa melihat layar langsung menekan tombol hubung.
Dan ia bersyukur Akashi tidak marah namun pria itu menjadi teman bicaranya saat ia berada dirumah dan teman pesannya saat dimana pun ia berada. Dan Sakura sangat ingat bagaimana Akashi mengatakan untuk mencari pengganti dan ia menyuruh Akashi saja yang menjadi kekasihnya.
"Aku menyukainya tapi terlalu mendadak." Keluhnya. Padahal ia bilang sendiri yang ingin menjadi kejutan tapi ia sendiri yang kebingungan seperti ini.
"Tidak juga."
Sakura berjengit saat suara yang dikenali kini terdengar.
"Akashi-kun." Dan Sakura cukup terkejut saat mendapati Akashi berada disini.
'bagaimana bisa dia tau aku disini?' batinnya bertanya-tanya.
"Ino yang memberitahu." Ucap Akashi yang lagi-lagi mengerti isi pikiran Sakura.
Sakura brigidik ngeri karena Akashi sepertinya bisa membaca pikiran orang.
"Aku tidak bisa membaca pikiran orang jika kau ingin tau. Aku hanya menebak dari gerakan mata dan bahasa tubuh."
"Oh," Sakura mengangguk mengerti.
"Setengah jam lagi aku akan berangkat."ujar Akashi yang bersandar pada kursi dan menatap langit yang cerah berawan.
"Akashi-kun..."
"Just answer yes or no."
Sakura terdiam sebentar. Perasaanya sudah lama tumbuh kepada Akashi tapi kenapa ia sangat sulit mengatakannya saat berhadapan langsung. Sakura merutuki dirinya yang menciut seperti saat ini.
"Jadi?"
Cup
Sakura membalik badan memunggungi Akashi karena tindakkannya barusan, mengecup bibir pria itu sekilas. Wajahnya mungkin sudah memerah padam karena rasa malunya.
"Kalian pergi saja tanpaku. ya."
Perkataan Akashi membuat Sakura langsung membalikan badannya menghadap pria itu.
"Jika mereka pergi kau pulang dengan siapa?"
Akashi tersenyum dan menunjukan lapangan luar sekolah yang luas. "Dua jam lagi heli akan menjemputku._ ujarnya yang menarik Sakura untuk mendekat kepadanya.
"Jadi kita sekarang sepasang kekasih?" Akashi bertanya dan dijawab angukan malu-malu Sakura.
"Sakura."
Pandangan mereka kembali bertemu dan untuk kali ini Sakura tidak akan mundur.
"Sepertinya aku jatuh cinta kepadamu, Haruno Sakura." Ujar Akashi yang kemudian merunduk, meraih bibir yang sejak beberapa hari ini selalu menjadi fokusnya.
Jangan salah. Sebagai seorang pria apalagi melihat gadis yang disukainya membuat Akashi tidak sadar selalu menyentuh bibirnya sendiri membayangkan jika ia menyentuh bibir itu.
"Ah aku lupa," Akashi meraih sesuatu disaku jaketnya yang mana sebuah gelang cantik untuk dipakaikan kepada Sakura.
"Aku akan sesekali berkunjung kesini." Ujar Akashi yang kini menarik Sakura kedalam pelukannya.
Ia bersyukur atas kejadian malam tahun baru membuatnya yang selalu merasa bosan telah ditemani Sakura meskipun hanya dengan suaranya saja. Itu sudah cukup apalagi sekarang ia sudah menemukan si nona aneh yang mengajaknya berkencan saat mereka bahkan tidak saling tau satu sama lain.
"Hm, aku akan menunggumu kalau begitu." Sakura membalas pelukan Akashi dengan senyumannya.
"Jangan pernah kembali dengan Uchiha itu."desis Akashi yang terdengar menyeramkan ditelinga Sakura.
Sakura menepuk punggung kekasihnya ini pelan dan berujar menenangkan.
"Kau tau aku dan aku akan menyusulmu jika kau berbohong padaku." Balas sakura yang mengancam.
Namun ancaman Sakura terdengar ide yang menarik bagi Akashi hingga pria itu kembali berujar, "sepertinya berbohong ide yang bagus!"
"Yak jika ber---" Sakura tidak melanjutkan perkataannya karena Akashi yang kembali menciumnya tiba-tiba. Lihatlah bagaimana pria bertatapan dingin ini terlihat berbeda saat ini.
Sakura tersenyum disela ciuman mereka. Terasa manis dan ia bahagia dengan perasaanya yang baru. Ia bersyukur atas keteledorannya sekarang. Bagaimana ia bisa melupakan sakit hati dan menemukan pria yang selalu menemaninya meskipun hanya pesan dan suaranya saja.
'Aku mencintaimu Akashi-kun.' ujarnya dalam hati dan tidak pernah menyesali apa yang telah terjadi.
Akashi sangat tau apa yang dirasakan Sakura sekarang. Bagaimana ia pun tersenyum disela kecupannya dengan perasaan bahagia.
Sejak kecil hidupnya terlalu membosankan hingga ia bertemu dengan teman-temannya. Namun itu hanya saat ia berada diluar berbeda saat ia dirumah yang merasa kesepian dan bosan. Tapi saat malam tahun baru itu perasaanya berubah. Ada rasa bahagia dan rindu saat tidak mendengar suara 'nona aneh' yang secara tidak sadar selalu menemani dalam kesepiannya.
'Lebih dari itu, aku sangat menyukaimu Haruno Sakura dan sepertinya sudah jatuh cinta saat pertama mendengar teriakanmu.'
FIN
🌼🌼🌼🌼🌼
Sebenarnya banyak draff crossover Sakura tapi ya begitulah. 😂 Kebetulan ada yg minta AkashixSakura jadi diteruskanlah ini.
Maaf jika kurang suka ya .. cmn drpd numpuk gitu 😄
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top