The Happiest girl (( indraSaku))
🖤🖤🖤🖤🖤
Seharusnya sejak awal kau bilang "tidak" jika harus menjadikan ku seperti yang pada akhirnya menghancurkan hatiku.
.
.
Mereka bilang aku buta, gila karena cinta. Aku menyanggahkanya dan.....
"Aku menyerah."
..... Kenyataan itu memang benar tentang diriku yang dibutakan karena mencintanya.
Sejak awal tidak ada cinta untukku.
Benar-benar Haruno Sakura yang bodoh.
.
.
.
"Jadilah kekasihku!"
Kalimat yang di impikan Sakura sejak lama dan tidak menyangka jika menjadi kenyataan, mendapat pernyataan cinta dari orang yang disukainya sejak lama.
Dia Indra Otsutsuki, pria yang selama ini Sakura kagumi diam-diam.
Namun, suatu hari dimalam yang dingin tubuhnya pun terasa beku disaat kedua jelaganya melihat sesuatu yang tidak disangkanya.
Indra sedang mencium seorang gadis yang sangat dikenalinya. Dia ....
"Jadi selama ini hatimu bukan untukku tapi---" Sakura hanya diam membatu dengan air mata yang sudah jatuh dari kedua matanya.
"Nee-san." Suaranya tercekat hanya untuk menyebutkan sosok yang selama ini ingin diketahuinya.
Dua bulan hubungannya berjalan baik-baik saja, ah sepertinya hanya Sakura yang merasakannya tapi tidak dengan Indra yang tidak pernah menganggapnya ada.
"Kenapa?" Sakura nyaris limbung jika saja seseorang tidak menahan tubuhnya untuk tetap berdiri dan menutup kedua matanya dengan tangannya.
"Jangan berjalan maju karena kau akan terluka Sakura."
.
.
.
"Sepertinya suasana hatimu sedang buruk?"
Satu gelas berisi tequila disodorkan Sai pada Sakura yang duduk menunggu pesanannya. Selain seorang bartender Sai juga merupakan sahabat Sakura bersama Ino, kekasihnya.
Sakura tersenyum tipis dan meneguk minuman itu sekaligus.
"Seperti yang kau lihat." Alih-alih menjawab dengan jelas Sakura justru menjawabnya dengan santai namun Sai tau jika senyuman itu adalah palsu. Sorot mata yang selalu penuh keteduhan kini terlihat menyedihkan dan hancur. Dan lagi, minuman ini tidak biasanya Sakura minta saat datang ke sini.
Sai sangat tau hubungan Sakura dan Indra. Bagaimana Sakura dengan girangnya datang mengatakan jika Indra menyatakan perasaannya dan menjadikan Sakura sebagai kekasihnya. Awalnya Sai ikut senang melihat Sakura yang akhirnya mendapatkan pria yang dikaguminya selama ini. Tapi ia bisa melihat jika Indra tidak pernah melihat Sakura jika sedang kencan. Entah itu disebut kencan atau apa, nyatanya Sakura selalu mengajak kakaknya dan sangat jelas Indra selalu menatap kakak Sakura bukan Sakura.
Pernah Sai dan Ino memperingatinya namun jawaban Sakura selalu positif.
"Aku percaya Indra."
Dan pada akhirnya Sai memilih diam karena tidak ingin menghilangkan kebahagiaan Sakura dan berharap jika tebakannya itu salah.
Tapi melihat keadaan Sakura sekarang, sangat jelas jika dugaannya selama ini benar.
"Apa kau akan melepaskannya?" Tanya Sai dengan menghentikan tangan Sakura yang hendak menenggak kembali minumannya.
"Kau akan semakin terluka Sakura."
Sakura terkekeh namun dengan sudut matanya yang menjatuhkan setetes air mata. Sakura benar-benar terluka.
"Ya dan aku akan pergi."
"Jangan macam-macam!" Sai mengancam dan memperingati Sakura karena ucapan Sakura barusan.
"Hm," Sakura menenggak kembali minumannya dan mengusap sudut matanya yang basah,"tenang saja Sai, aku hanya pergi untuk meneruskan jalan yang sempat terhenti."
Dan Sai merasa lega mendengarnya. Selama ini ada yang menantikan Sakura namun tertahan dengan kehadiran Indra.
"Aku pulang!" Sakura bangkit namun di tahan Sai, "tunggu aku selesai bekerja oke!"
Sakura menggeleng dan melepas tangannya dari cengkraman Sai.
"Aku tidur sampai pagi disini begitu?" Tanyanya yang tersenyum tipis. Sakura mengangkat tangannya, melambai kepada Sai.
"Aku baik-baik saja, sampai nanti." Dan Sakura berlalu, meninggalkan Sai yang menatap punggungnya sedih.
"Kau berhak bahagia Sakura."
Dan Sai hanya berbicara tanpa suara saat pria yang baru saja datang bertatap muka dengannya dan kemudian memapah Sakura keluar.
"Tolong jaga Sakura."
.
.
.
"Hai!" Sakura mengangkat kedua tangannya setelah masuk pada ruangan dimana sosok Indra berada.
Pria yang mempunyai peran penting di perusahaan itu mengangkat wajahnya.
"Kau kemari?" Tanya antara tidak percaya, terkejut atau tidak menyukainya. Entahlah Sakura tidak tau apa yang dipikirkan Indra.
"Apa aku mengganggumu?"Sakura meletakan kotak bekal pada meja sofa di ruangan yang baru di ditanganinya untuk kedua kalinya. Yang pertama bersama kakaknya yang memintanya untuk menemui Indra karena masalah pekerjaan. Ya, kakak Sakura kini bekerja di perusahaan Indra.
"Hn." Indra hanya bergumam dan kembali fokus pada layar komputernya.
"Besok bisakah meluangkan waktu untukku?"
Indra kembali mendongak, menatap Sakura datar.
"Aku sibuk."
Sakura tersenyum tipis mendengar jawaban Indra.
"Besok aku dan nee-san akan berjalan-jalan, tapi jika kau--"
"Baiklah." Dan jawaban Indra nyatanya membuat Sakura kembali meloloskan setetes air matanya.
"Kau menangis?" Indra langsung berdiri, menghampiri Sakura.
"Aku hanya senang." Sakura menyeka air matanya dan tersenyum.
"Aa." Indra mengangguk mengerti.
Beberapa saat Indra meneliti, memandang Sakura dengan seksama.
"Maaf."
Satu kata keluar dari Indra membuat Sakura terkejut mendengarnya. Baru pertama kalinya Indra mengatakan itu meskipun beberapa kali membuatnya harus merasakan sakit. Sakit akan sikap ataupun selalu sendirian hingga akhir di tepat pertemuan mereka.
Namun alih-alih mengangguk, Sakura justru merasa aneh atas sikap Indra sekarang.
"Untuk apa?" Tanya Sakura yang ingin tau alasan kata Maaf terucap dari Indra.
Entah maaf karena melihat dirinya yang menangis atau ada alasan lain seperti membohonginya? Sepertinya.
Indra mendengus dan maju selangkah semakin dekat.
"Kita makan bersama." Indra menarik Sakura untuk duduk disofa bersamanya dan membuka kotak bekal Sakura.
"Kau yang memasak sendiri?" Indra tersenyum sangat tipis melihat apa yang sudah Sakura siapkan dan setelahnya ia mengambil sumpit lalu mengambil tempura dan disodorkannya kepada Sakura.
Namun ketukan pintu membuat Indra kembali meletakan sumpitnya.
"Masuk!"
"Indra-kun eh Sakura?"
Seseorang yang ingin dihindari Sakura saat ini nyatanya datang dengan senyuman diwajahnya.
"Selamat siang Nee-san."
"Ada apa Konan?" Indra menatap Konan dengan satu alis terangkat, merasa heran kepadanya karena masuk tidak dengan dokumen apapun.
"Ah, tadinya aku ingin mengajakmu makan siang ternyata Sakura sudah mengantarkannya untukmu."
"Hn."
Indra kembali meraih sumpit yang tadi dan akan menyuapi Sakura namun deringan ponsel Sakura membuat gadis itu langsung berdiri.
"Sepertinya aku harus pergi," Sakura mengecek ponselnya dan mendekatkan benda pipih itu ketelinganya.
"Kalian makanlah aku pamit." Kata Sakura yang pamit pergi meninggalkan ruangan.
.
.
.
.
.
"SAMPAI KAPAN KAU MENAHANNYA INDRA!"
"SAKURA BERHAK TAU SEMUANYA!"
"APA YANG HARUS AKU LAKUKAN? MENYAKITINYA?!"
"YA. KARENA SEMAKIN LAMA KAU SEMAKIN MENYAKITINYA!"
"AKU TIDAK BISA!"
"KENAPA... KAU KEKASIHKU!"
.
.
.
Dibalik pintu, Sakura menahan mulutnya kuat untuk tidak berteriak setelah mendengarnya. Setidaknya, ia tidak akan berada di situasi ini setelah ini, janjinya kepada dirinya sendiri.
.
.
.
"Untukmu."
Sakura cukup terkejut atas kedatangan Indra dengan satu buket bunga cantik diberikan untuknya.
"Untukku?" Tanya Sakura yang nyatanya tidak begitu yakin karena untuk pertama kalinya Indra memberikannya kejutan seperti ini.
"Hn."
Melihat Indra yang mengamati keadaan sekitar, Sakura langsung mengerti satu hal.
"Maaf Nee-san tidak ikut."
"Untuk apa dia ada saat kita akan berkencan?"
Mungkin jika dulu Sakura akan senang mendengarnya. Tapi untuk sekarang nyatanya semakin Indra mengatakan hal-hal yang manis justru sangat menyakitinya. Karena Sakura yakin jika Indra hanya sedang berpura-pura.
Namun untuk hari ini, Sakura ingin merasakan atas hubungan menyakitkan ini. Merasakan keindahan meskipun dibalik kebohongan dan sesaat.
Sakura ingin merasakannya.
"Ayo." Sakura meraih tangan Indra untuk di genggamnya. Sakura bisa merasakan keterkejutan Indra saat ia menggenggamnya.
Dan dengan langkahnya yang maju, Sakura semakin erat menggenggamnya.
"Jangan terburu-buru." Indra berujar saat Sakura sedikit berlari-lari menariknya.
.
.
.
Banyak yang Sakura lakukan dengan Indra di tempat permainan terbesar di Kota ini. Mulai memaksa Indra menaiki wahana-wahana yang tidak disukai pria itu, membeli ice cream, permen kapas. Dan Sakura pun bersyukur karena Indra kali ini menurutinya, tidak seperti sebelumnya yang meninggalkannya begitu saja saat pertama kalinya di ajak ke tempat ini.
Setalah seharian bermain, kini Sakura dan Indra berjalan dengan tangan masih saling bertaut dihamparan bunga kosmos.
Langit sudah mulai berubah dengan senja, mereka berjalan dalam diam menikmati suasana tenang taman bunga itu.
"Dulu aku ingin mengajakmu kesini dan akhirnya kini bisa " Sakura terkekeh pelan saat ingat betapa susahnya mengajak Indra untuk keluar.
"Kita bisa sering kesini lain kali." Timpal Indra akan ucapan Sakura. Dulu mungkin ia menolak karena memang kesibukannya tapi sekarang meluangkan waktu untuk Sakura sepertinya bukanlah hal yang buruk pikirnya.
Sakura menghentikan langkahnya dan berdiri tepat di depan Indra.
"Kau tau aku benar-benar sangat menyukaimu?"
Indra memiringkan kepalanya saat mendengar pertanyaan Sakura.
"Mungkin."
Sakura tersenyum tipis sebelum menghembuskan napasnya pelan.
"Aku diam-diam menaruh makanan dan surat didepan rumahmu." Sakura kembali mengingat dan mengatakan agar Indra tau yang sebenarnya.
Setiap pagi dan malam ia selalu menaruh makanan dengan kartu berisi kata-kata yang ingin ia sampaikan untuk Indra. Rumah mereka hanya beda lantai dan Sakura diam-diam menyukai pria yang selalu dilihatnya.
Dan berakhir Sakura jatuh cinta.
Melihat Indra yang terlihat tenang membuat Sakura kembali tersenyum pedih.
"Awalnya aku tidak mengerti kenapa bisa kau mengajakku untuk berkencan. Meskipun ragu pada akhirnya aku mengiyakan nya."
Sakura melepaskan genganggamanya.
"Kau tau Indra-kun," Sakura memperlihatkan senyumannya. Senyuman yang membuat Indra diam dengan raut keterkejutannya.
"Setiap bersamamu aku merasa wanita paling bahagia," Sakura mengangkat sebelah tangannya, menyentuh sisi wajah Indra dengan lembut.
"Meskipun aku tau kau sama sekali tidak peduli." Kata Sakura yang pada akhirnya runtuh dengan meneteskan air matanya.
"Sakura."
Sakura mundur satu langkah saat Indra ingin meraihnya.
"Hatiku selalu menginginkan mu tapi kau tidak pernah melihat itu."
"Sakura."
Sakura menggeleng dengan senyuman yang masih tertahan, "aku selalu meyakinkan diriku dengan perasaanku. Tapi saat malam itu, saat aku sangat membutuhkanmu tapi aku mendapatkan jawabannya."
"Sakura..." Indra kembali maju ingin meraih tangan Sakura namun Sakura kembali memundurkan langkahnya.
"Sampai disini dan aku akan melepaskanmu." Sakura tersenyum untuk terakhir kalinya yang ia tunjukan kepada Indra sebelum berbalik pergi.
"Maafkan aku."
Tubuhnya ditahan pelukan erat namun sia-sia karena semua sudah berakhir dengan kesakitan.
"Kau tau yang membuatku terluka?" Sakura berujar tanpa berbalik dengan tubuh yang berada dalam pelukan Indra.
"Kau memulai dengan kebohongan dan berkahir dengan menghancurkan hatiku."
"Aku bisa jelaskan."
Sakura terkekeh. Tawa mewakili rasa kehancuran hatinya atas semua yang terjadi kepada dirinya.
"Aku menyerah." Sakura melepaskan tangan Indra yang melingkari tubuhnya dengan kembali maju selangkah.
"Aku harap kau bisa membahagiakan Konan-nee dan sekarang aku melepaskanmu." Kata Sakura yang kemudian melangkah pergi meninggalkan Indra yang diam dengan menatap punggung gadis yang telah terluka oleh dirinya.
"Sakura."
.
.
.
.
"SAKURA... BUKA PINTUNYA SAKURA!"
Indra meremas rambutnya dengan perasaan kesal. Kesal, marah kepada dirinya sendiri karena menyebabkan semua ini.
Selama ini ia kira seseorang yang selalu memberikannya kejutan setiap hari dengan kata penyemangat adalah Konan bukan Sakura. Karena saat kebetulan ia melihat Konan meletakan kotak makanan itu di depan pintu. Dan setelah itu ia selalu memperhatikan Konan. Saat ia mulai mengamati Konan nyatanya dia mempunyai kekasih dan ia memutuskan untuk mendekatinya dengan cara yang konyol, mendekati adiknya untuk tetap dekat dengan Konan. Dan saat hubungan Konan berakhir dengan kekasihnya ia meraihnya dengan janji akan memutuskan Sakura.
Sakura gadis yang periang yang sejujurnya selalu membuatnya nyaman. Namun karena perasaanya yang sudah lebih dulu menyukai Konan maka dengan berbagai cara ia lakukan untuk tidak terlibat lebih jauh dengan hubungan palsu itu.
Ya, ia yang memulai namun nyatanya menyesal pada akhirnya.
"Sakura." Indra bersandar pada pintu apartemen Sakura dengan mengusap wajahnya putus asa.
______________________________________
"Tidak peduli siapapun dirimu dan anggapan orang lain. Kamu tetaplah kamu jadi tersenyumlah untuk memulai hari ini."
"Hujan tidak membuatmu malas kan? Lihat rintikan hujan dan rasakan kehadirannya maka itu akan membuatmu nyaman."
"Apa kemarin tidak baik? Pejamkan matamu dan tarik nafas, anggap itu adalah makanan yang tidak kau sukai dan hari ini akan makan makanan favoritmu."
"Kau mencariku? Aku menyukaimu dengan caraku dan kau hanya perlu terus menjadi dirimu. Tidak masalah kau tidak mengenalku karena melihatmu saja sudah cukup untukku."
"Jangan pikirkan apapun lagi dan segerah beristirahat, selamat malam."
______________________________________
Beberapa kata-kata yang sangat di ingatnya dalam kartu kecil pemberian Sakura. Sebelumnya ia mengira itu bukan untuknya, tapi saat membaca entah kenapa membuatnya tertarik.
Semacam pengagum rahasia yang membuatnya tidak sadar selalu tersenyum dan menunggunya.
"Semua salahku!"
.
.
.
"Kau yakin baik-baik saja?" Ino memeluk Sakura dengan cemas.
Sekarang mereka sedang berada di airport untuk mengantar keberangkatan Sakura.
"Aku akan menghubungimu jika sudah sampai nanti tenang saja Ino."Sakura mengelus punggung Ino, menenangkan sahabatnya yang sebenarnya keberatan atas keputusan ini.
"Hubungi kami sesering mungkin oke?" Sai ikut bergabung dengan satu tangannya menepuk kepala Sakura pelan.
Sakura melepaskan pelukannya dan tersenyum kepada kedua sahabatnya itu.
"Tentu."
"Tapi---"
"Dia akan baik-baik saja aku jamin itu."
Seseorang ikut bergabung dengan berdiri tepat disamping Sakura.
"Jika sesuatu terjadi kepada Sakura maka pertama yang akan ku cari adalah kau Sasuke!"
Sasuke mendengus, "hn."
Sakura terkekeh pelan melihat raut kesal Sasuke.
"Akhirnya kau kembali dan hanya untuk membawanya pergi." Ino mencibir karena masih merasa tidak terima.
"Sudahlah Ino, kapan-kapan kita pun bisa mengunjungi Sakura." Sai menenangkan Ino dengan merangkul bahu kekasihnya.
Sasuke melihat keduanya hanya memutar matanya bosan.
"Kami berangkat." Kata Sasuke yang meraih tangan Sakura, menggenggamnya.
Ino maupun Sai tidak terkejut melihat tindakan Sasuke karena mereka tahu jika Sasuke begitu mencintai Sakura, sejak mereka masih kecil dulu. Namun sayang Sasuke harus pindah ke New York setelah kelulusan High school dan baru sebulan ini kembali ke Jepang.
"Aku pergi Ino, Sai." Sakura pamit dan berbalik dengan Sasuke disampingnya.
"Semoga mereka bahagia Sai."
"Hn."
.
.
.
Seseorang mengatakan kepadaku. Tidak salah untuk jatuh cinta karena itu pilihan hatimu. Tapi jika itu membuatmu terluka maka melepaskan akan membuatmu perlahan merontokan rasa luka itu.
Cukup berjalan ke depan dan berikan kesempatan kepada hatimu untuk membuka kebahagian baru.
"Arigatou Sasuke-kun."
🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤
Edisi dibuang sayang dan pas denger lagu baru BlackPink ke inget udh bikin ini 😂
Hay... Hay.... Apa kabar....... Semuanya?
Ckrg, 2022 🍎
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top