I'm here for you [ ItaSakuKaka ]

Bisakah, sekali ini saja....

"Aku mencintaimu."

Kau jujur dengan perasaanmu... Semuanya?

Aku lelah.

🍂🍂🍂

"Baiklah, tidak apa aku sudah perjalan pulang sekar--"

Sambungan telpon itu terputus begitu saja menghentikan perkataan gadis yang sudah tiga jam duduk di sebuah meja restoran. Selalu begitu, menunggu dan berakhir dengan kekecewaan.

Sakura hanya bisa kembali menghela napas lelahnya sambil menatap layar ponselnya yang menampilkan foto dirinya bersama seorang yang paling penting dan dicintainya selama lima tahun lamanya.

"Kau mengulanginya lagi Kakashi-kun." lirihnya dengan menarik napas mencegah emosi menyedihkan yang kembali datang.

Kakashi Hatake, seorang aktor yang sudah terkenal sejak debutnya tiga tahun lalu. Hubungannya dengan Sakura sudah terjadi jauh sebelum debut dan hingga kini pun mereka masih bersama--ah mungkin satu tahun terkahir kata-kata itu tidak tergambar karena pada kenyataan nya mereka mulai jarang bertemu. Seperti hari ini, Kakashi kembali mengajak Sakura makan malam untuk menebus kegagalan janjinya minggu lalu namun lagi-lagi Kakashi yang menggagalkannya.

Satu tahun seperti ini dan Sakura merasa semua telah berubah meskipun ia berusaha berpikiran positif tentang hubungan mereka ini.

'Mungkin Kakashi sibuk dan banyak jadwal dadakan yang tidak bisa di tunda.' itulah pikiran yang selalu di terapkan nya selama ini namun kali ini sepertinya ia sudah tidak bisa, ia lelah dengan keadaan ini.

Sakura kembali menatap meja di depannya dengan senyuman kecil. Ada cake kecil kesukaan nya dengan dua gelas wine di sana, namun seperti nya ia hanya akan memakannya sendirian lagi. Menghela napas pelan untuk kesekian kalinya, Sakura mengambil sendok dan memakan cake nya dengan air mata yang akhirnya runtuh.

Ponselnya berdering dan dengan cepat ia mengangkat telpon dengan suara tangisan berusaha ia cegah namun sia-sia saat suara orang itu terdengar.

"Otanjobi omedetou, Sakura." ucapnya terdengar bahagia namun Sakura hanya mengangguk tanpa berkata yang jelas tidak akan di ketahui orang itu.

Satu menit berlalu tanpa Sakura yang berbicara namun cukup bagi orang di seberang telpon tahu apa yang terjadi kepada Sakura.

"Kau dimana? Jangan matikan ponselmu aku akan segera kesana!"

Sambungan terputus dan Sakura langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Selalu dan terus seperti ini. Nyatanya orang yang ia harapkan tidak datang melainkan orang lain yang sudah dua tahun mengatakan cintanya kepadanya.

"Itachi-kun."

.

.

.

"Mau berdansa denganku?"

Itachi mengulurkan tangannya tanpa ragu dan hanya di tatap Sakura dengan tatapan sedih. Ya, lelaki ini selalu menghiburnya meskipun tau jika ia hanya mencintai Kakashi.

"Ini pertama kalinya aku mengulurkan tanganku untuk mengajak berdansa seorang wanita, Ayo! Jika tidak, kau akan melukai banyak wanita yang sudah ku tolak nona!"ucap Itachi yang penuh percaya diri dan tentu saja sedikit bercanda namun juga memaksa secara bersamaan.

Sakura mendengus dan berdiri dari duduknya. Mereka sedang di taman dan niatnya melihat air mancur di taman kota jadi sia-sia karena sudah tidak beroperasi mengingat sekarang hampir tengah malam. Air mancur ini cantik dengan latar lampu warna-warni dan lagu yang akan di putar namun sepertinya Sakura harus datang lain waktu untuk menikmatinya.

Tersenyum, Sakura menyambut uluran tangan pria itu.

"Merasa tersanjung karena aku yang jadi pertama." ucap Sakura kemudian terkekeh melihat reaksi Itachi yang berkedip-kedip lucu. Mungkin lelaki ini tidak percaya jika ia mau berdansa dengannya.

Dua menit mereka berdansa dan tiba-tiba air mancur menyala dengan intruments akustik lagu yang Sakura sangat tau salah satu dari boygrup dari Korea Selatan.

Oh ayolah, kenapa harus lagu itu! Sakura menggeleng namun menikmati juga apa yang mereka lakukan kini.

Satu, dua langkah dan terus menari sesuai irama. Jika di lihat dari jauh pemandangan itu seperti video clip. Dua orang yang saling penuh cinta namun kenyataannya tidak seperti itu dengan apa yang terjadi pada mereka.

Mereka terlalu larut dalam suasana yang terus menghanyutkan malam dan waktu yang terus berlalu dan tanpa sadar jika Itachi merundukan wajahnya dengan tatapan yang terus menatap mata indah di depannya.

"Aku mencintaimu."

Kemudian bibir itu mengecup bibir Sakura lembut. Terbuai, Sakura memejamkan matanya ikut merasakan akan apa yang tersirat dari sentuhan pria ini. Ya, dia sangat tahu jika Itachi sangat menginginkan hatinya dan apa ini? Sakura merasakan jantungnya berdebar hebat karenanya. Bayangan Kakashi membuat Sakura sadar dan melepaskan tautannya dan menatap dalam mata indah Itachi yang seakan siap memenjarakan siapa saja akan pesona nya.

"A-aku--"

"Ssttt!" Itachi mencegah Sakura berbicara dengan jarinya ia letakan di bibir Sakura. "Aku hanya minta jangan menjauh dariku. Aku akan menunggu kau datang kepadaku namun jika kau mendorongku menjauh maka aku akan pergi, jadi apa yang kau inginkan?"

Sakura meremas kemeja Itachi dengan wajah merunduk,memikirkan perkataanya. Kakashi kekasihnya dan yang ia inginkan tapi selalu seperti ini, Itachi selalu ada dan kali ini ia benar benar harus memilih.

"Jangan tinggalkan aku."Sakura menghembuskan napasnya pelan setelah mengatakan itu namun itu belum selesai, maka ia meneruskan, "tunggu setidaknya hatiku akan memilih."

Senyum Itachi mengembang kemudian menarik Sakura ke dalam pelukannya. "Aku akan menunggunya jadi jangan dorong aku sebelum kau benar-benar yakin,hm?"

Sakura membalas pelukan Itachi dengan mata terpejam. Dari posisi seperti ini ia bisa merasakan wangi pria ini dan entah kenapa jantungnya berdebar kencang namun perasaannya tenang setiap kali berada dengannya. Ah, Tidak! Ia harus memutuskan dan berbicara dengan Kakashi untuk membicarakan semua yang terjadi.

.

.

Dari jauh, seorang pria paruh baya tersenyum melihat dua anak muda yang sepertinya sedang jatuh cinta. Ia yang belum pulang dan masih di sekitar taman merasa kasihan melihat dua sejoli yang sepertinya ingin menikmati air mancur itu. Kasihan tentu saja, ia pun merasakan pernah muda dan maka dari itu ia kembali menyalakan nya dan menunggu mereka usai. Ah, melihat mereka ia jadi bahagia dan sedih sekaligus mengingat mendiang sang istri yang sudah pergi setahun silam.

"Semoga mereka bahagia selamanya ya sayang?" pria paruh baya itu berbicara sambil menatap langit malam. Tersenyum, ia kembali berucap "aku merindukanmu."

.

.

.

"Maafkan aku, hm?" Kakashi memeluk erat tubuh kekasihnya dari belakang karena sekarang Sakura berdiri membelakanginya dengan menatap pemandangan kota yang terlihat gelap meskipun jam masih menunjukan angka sembilan pagi. Kakashi menaruh kepalanya di pundak kekasihnya dan menghirup aroma yang sangat dirindukannya. Kesibukannya dan beberapa hal membuatnya jarang mungkin hampir tidak bisa bersama Sakura dan semalam ia melupakan sesuatu hal penting dan tentu saja Sakura pasti kecewa kepadanya, lagi.

"Selamat ulang tahun, maaf aku telat mengucapkannya."

Sakura menghela napas pelan dengan tangan yang meraih tangan Kakashi kemudian melepaskan dirinya dari pelukan itu. Dulu ia akan sangat bahagia dan merasa nyaman namun entah kenapa sekarang semua ini terasa berbeda. Ditatapnya mata kelam Kakashi kemudian ia ingin memastikan sesuatu kepada kekasihnya yang sekarang entah kenapa terasa ada jarak yang memisahkan.

"Apa kau mencintaiku?"

Pertanyaan Sakura membuat Kakashi tertegun. Tidak biasanya Sakura menanyakan hal itu dan tentu saja ia sangat mencintai kekasihnya ini.

"Tentu saja." jawab Kakashi cepat namun ada getaran dari nada suaranya dan Sakura bisa melihat itu. Benarkah? Dari tatapan Kakashi ia tidak yakin karena ucapan itu seakan ada keraguan berbeda dengan Itachi yang mengatakannya dengan tulus dan dapat ia rasakan.

"A--"

Ucapan Sakura terhenti karena Kakashi yang mengecupnya tiba-tiba dan menariknya ke kamar.

Biasanya Sakura akan bahagia, memeluk pria itu namun kali ini ia tidak mengerti kenapa ia hanya memandang tanpa minat tumpukan kado yang ada di atas ranjang dan cake di meja dekat jendela, tempat biasanya mereka duduk menikmati waktu besama.

Itu dulu.

Biasanya ia akan menangis tersentuh, tapi ia tidak merasakan hal seperti itu lagi.

"Ini untuk apa?"

Satu alis Kakashi terangkat atas respon Sakura kali ini. Ada apa? Biasanya Sakura akan tersenyum dan menghambur memeluknya tapi kini hanya tatapan bingung yang di dapatnya.

"Tentu saja unt--"

Ponsel Kakashi berdering membuat keduanya teralih pada benda pipih itu. Sakura menatap Kakashi yang terlihat ragu --gugup-- melihat layar ponselnya dan tentu saja hal itu membuat Sakura terlihat mencurigainya. Baru kali ini Sakura merasakan hal ini, kecurigaan terhadap Kakashi karena selama ini ia mencoba memaklumi apapun tentang Kakashi dan mencoba mengerti karena Kakashi sudah menjadi selebriti.

Mengela napas, Sakura menyuruh Kakashi mengangkat telpon itu dan berjalan menghampiri tumpukan kado di atas ranjang -mengalihkan diri dari Kakashi yang terlihat sungkan karena ada dirinya.

"Wahh ini cantik."

Sakura membuka satu kado berukuran sedang yang berisikan dress merah. Hati dan pikirannya tidak sejalan disaat ia berpura-pura melihat hadiah itu semua sedangkan ekor matanya mengikuti Kakashi yang berjalan keluar dari kamar.

.

.

.

Sakura berdiri di depan gedung bertingkat tinggi dengan puluhan tingkat. Ia hanya menghubungi seseorang dan berdiri di luar di tengah hujan yang membasahi badanya. Hatinya lelah begitupun tubuhnya yang tidak sadar berjalan sekitar setengah jam di bawah hujan dan berakhir di tempat ini. Sakura sendiri bingung dengan apa yang dilakukannya karena ia hanya mengikuti langkahnya kemana mengajaknya berjalan. Entah kenapa ia terluka melihat sikap Kakashi seperti menghindarinya saat mengangkat telpon yang pwrgi entah kemana dan itu membuatnya sadar jika kekasihnya itu mulai mendorongnya perlahan.

"Berlarilah kepadaku kapanpun karena aku ada untukmu, selalu."

Ucapan nyaris berbisik bersamaan pelukan yang membungkus tubuh ringkih Sakura yang akhirnya mengeluarkan tangisannya. Dan Itachi semakin mengeratkan pelukannya tidak peduli jika dirinya yang kini ikut basah karena guyuran hujan.

.

.

.

"Saki--"

Kakashi kebingungan setelah mendapati apartement nya kosong. Tidak ada Sakura di sini dan mungkin saja kekasihnya itu sudah pulang karena meninggalkan nya nyaris dua jam.

Pikiran nya kembali mengingat kejadian dua jam yang lalu dan membuatnya harus meninggalkan Sakura dan kini ia dilanda dengan rasa bersalah dan kebingungan pada dirinya sendiri.

Berjalan dengan gontai, Kakashi mendudukan diri di samping ranjang. Tatapannya tertuju pada figura di atas nakas yang menampilkan foto dirinya dan Sakura tiga tahun lalu. Kini perasaan menyesal menghampirinya karena apa yang telah di pilihnya.

"Aku mencintaimu... maafkan aku."

Menjatuhkan diri dan tidur dengan sebelah tangan diletakan di wajahnya, Kakashi memikirkan hubungannya dengan Sakura. Bagaimana awal mula ia mengajak kencan, Sakura yang selalu mendukungnya, mempercayainya, menunggunya dan terakhir selalu tersenyum untuk nya walaupun Kakashi tau jika Sakura sedang sedih karenanya.

Sakura merupakan adik kelasnya di High school dulu dan ia langsung menyatakan perasaanya karena seorang Sakura sungguh luar biasa bahkan tidak hanya Kakashi saja yang jatuh hati kepada perempuan musim semi itu. Setelah kelulusan, Kakashi harus pergi untuk melanjutkan kuliahnya dan satu tahun pula ia harus berpisah dengan Sakura. Tidak ada audisi dan Kakashi beruntung karena hasil potretan temannya yang di unggah di media sosial membuatnya kedatangan tawaran dari beberapa agensi. Bimbang. Pertama ia bimbang dan karena Sakura yang mendukungnya akhirnya Kakashi menerima dan menyelesaikan kuliahnya dengan cepat. Bukan karena koneksi tapi ia termasuk mahasiswa yang berprestasi.

Satu hari di musim semi beberapa tahun yang lalu, hujan turun dan Kakashi yang baru pulang dari syuting salah satu iklan produk minuman di kejutkan akan kedatangan Sakura di luar apartement nya. Kakashi ingat bagaimana tubuh kekasihnya basah dan mengigil kedinginan di luar sana. Sakura tidak mengatakan apapun tentang kedatangannya namun Kakashi senang bukan main karena ia yang tidak sempat menemui Sakura akhirnya kekasihnya itu yang menghampirinya.

Satu tahun bekerja di dunia entertaiment dan awal mula Kakashi penuh dengan kesibukan sehingga membuat seseorang selalu menunggu dan mungkin kecewa kepadanya.

Kakashi meremas kepalanya dan berdesis mengingat masalah yang sedang terjadi kepadanya dan mungkin akan berakibat untuk Sakura juga.

Kakashi sangat mencintai Sakura? Ya, dia sangat mencintai gadisnya.

Namun satu kesalahan yang mungkin akan membuat semua berubah termasuk keberadaan gadis yang selalu tersenyum untuknya itu.

"Sakura."

🍂🍂🍂🍂🍂


"Kau mau ice cream?"

Sakura menoleh menatap Itachi yang duduk di sampingnya.

"Apa itu akan baik untukku?"tanya Sakura yang hanya ingin mengerjai dan tentu saja Itachi tau itu karena semua kebiasaan Sakura hampir semua ia ketahui.

"Strawberry, Vanilla?"

Sakura tersenyum kemudian mengangguk. Nyatanya seperti biasa Itachi selalu tau kesukaannya dan ia tidak bisa menolak karena suasana hatinya sedang membutuhkan makanan manis itu.

Tersenyum, Itachi merasa lega melihat sakura yang kembali tersenyum walau tau keadaan gadis itu sedang tidak baik.

"Tunggu di sini jangan kemana-mana!" Itachi berdiri kemudian mengelus surai merah muda favorite nya dan melangkah pergi untuk membeli ice cream.

Sakura menatap punggung tegap yang kini semakin jauh dari pandangannya hingga menghilang di kerumunan orang. Seulas senyum perih kembali ia tunjukan. Seharusnya ia harus membuat Itachi menjauhinya tapi kenapa hatinya terus menolak sedangkan ia adalah kekasih Kakashi.

Apa ia harus mendorongnya?

Menghela napas, Sakura mengambil ponsel dalam tas kemudian melihat atau sesuatu yang selalu di tunggunya tapi tidak ada. Sejak malam itu Kakashi hanya mengirimi nya pesan 'selamat malam dan maaf membuatmu menunggu.' lagi.

"Ayo! kita harus mengkonfirmasi tenrang rumor itu."

"Beruntung sekali Kakashi bisa berkencan dengan Shizuka."

"Maka dari itu mereka sedang melakukan syuting di sini jadi kesempatan bagus!"

Dua orang melewati Sakura yang di yakini adalah para wartawan. Bukan itu yang membuat Sakura seperti membatu, tapi satu nama yang mereka sebutkan membuatnya seperti terserang sesuatu yang tajam menyakitkan tapi tidak membuatnya terluka secara fisik.

Dan Sakura tidak mengerti juga dengan respon tubuhnya yang berjalan mengikuti kemana para wartawan tadi melewatinya.

Tubuhnya membeku di belakang kerumunan wartawan.

Apa ini jawaban atas semua yang membuatnya menunggu, sendirian dan merasakan kesedihan?

Tidak jauh dari tempatnya berdiri, ia bisa mendengar pertanyaan-pertanyaan dari para wartawan dan kedua selebriti itu menjawabnya, ah mungkin artis yang bernama Sizuka itu saja yang paling mendominasi jawaban sedangkan Kakashi hanya diam sesekali mengangguk. Namun yang membuatnya hancur dan tidak bisa menahan air matanya saat Kakashi menjawab, membenarkan jika mereka sedang menjalin hubungan sebagai seorang kekasih.

"Jangan menangisi dia!"

Suara berat penuh tekanan terdengar disaat Sakura merasakan sebuah pelukan yang membuatnya tidak bisa lagi melihat keadaan di depannya. Sakura tidak bisa tak menangis, ini terlalu sakit disaat kekasih yang selama ini bersamanya ternyata memilih bersama orang lain bahkan disaat mereka belum mengucapkan kata perpisahan.

Ini sakit, sangat sakit.

Suara keributan di sana masih bisa terdengar jelas. Bagaimana wartawan menanyakan mereka kapan mulai berkencan, rencana apa yang akan mereka lakukan setelah resmi berkencan dan yang lainnya namun Sakura mencoba tidak peduli karena ini terlalu menyakitkan.

Mendongak, Sakura bertemu pandang dengan Itachi yang merunduk -menatapnya- dengan tangan yang masih mengelus rambutnya dengan pelan. Entah setan apa yang ada di pikiran nya saat ini, namun melihat Itachi sesuatu dalam dirinya ingin memberontak seperti pelampiasan, pembalasan akan rasa sakit yang dirasakannya saat ini.

Itachi menghapus air mata yang masih membasahi wajah Sakura dengan raut tenang namun sangat jelas jika ia sangat mengkhawatirkan Sakura. Sebenarnya ia sudah tau kejadian ini akan datang namun ia tidak menyangka Sakura akan tahu langsung saat ini. Yang ia tau, kedua artis itu pernah jalan berdua beberapa kali dan Itachi melihatnya namun tidak ingin mengatakan sedikitpun kepada Sakura. Tidak! Ia tidak jahat ah, mungkin jahat karena ingin Sakura yang tau sendiri tanpa mengetahui hal ini dari orang lain. Ia ingin Sakura tau jika ia harus berlari kepadanya karena perasaannya kepada Sakura tidak main-main.

Menarik napas, gugup bukan main begitupun jantungnya yang berpacu cepat membuat Sakura sedikit ragu namun ia ingin egois saat ini. Maka dengan keberanian yang sejak beberapa menit tadi ia pikirkan, ia tatap kedua mata hitam itu dan meremas kemeja yang dipakai Itachi.

"Cium aku sekarang!" permintaan egois dan Itachi tau Sakura hanya ingin pelampiasan untuk mengalihkan kesedihannya. Itachi tidak ingin hal itu namun ucapan Sakura selanjutnya membuatnya tidak bisa menolak dan ia pun ingin egois, menyanggupi permintaan Sakura karena ia tidak bisa menolak akan perasaannya pada gadis musim semi ini.

"Buat aku berlari kepadamu."

Menutupi kepala Sakura dengan jas hitam yang dipakainya, Itachi mendekatkan wajahnya dengan kedua tangan memegangi jas agar tetap menutupi Sakura. Ciuman Itachi begitu lembut dan tidak berharap Sakura membalasnya karena ia hanya ingin mengobati luka gadis kesayangannya. Namun tindakan Sakura di luar dugaan dengan menarik leher Itachi dan mencium pria bermarga Uchiha itu dengan keras dan Itachi merasakan keputusasaan di sana.

Sakura terluka, membutukan obat untuk menghilangkan rasa sakit sedangkan Itachi adalah obat untuk orang yang sakit... Sakura.

Melepaskan ciumannya, Itachi menatap Sakura dalam dan tersenyum kemudian mengelus sudut bibir yang kini terlihat membengkak.

"Bukankah itu Itachi Uchiha?!"

Seruan salah satu wartawan membuat wartawan lainnya yang sejak tadi sibuk kini berbalik mendekati seorang pengusaha muda yang sukses, keturunan darah biru dari klan Uchiha.

"Apa itu kekasih anda Uchiha-san?"

Itachi terdiam dan tatapannya bertemu pandang dengan Kakashi yang juga menatapnya. Tersenyum, ah lebih tepatnya menyeringai, Itachi memeluk Sakura dengan jasnya masih menutupi kepala Sakura. Beruntungnya jas itu besar pada tubuh Sakura sehingga ia bisa menyembunyikan wajahnya dari jepretan kamera.

"Siapa dia Itachi- san?"

"Apa kalian berkencan?"

Sederet pertanyakan membuat Itachi berusaha menutupi Sakura dari para pemburu berita. Dengan tatapan masih tertuju kepada aktor yang kini sedang duduk dan berbincang dengan kru lain nya, Itachi merundukan wajahnya untuk membisikan ucapannya pada Sakura.

"Teruslah memelukku dan ikuti aku."bisiknya dan Sakura meresponnya dengan anggukan kecil. Meskipun tertutup dengan jas, Itachi yakin Sakura bisa mendengarkannya.

Mengangkat sebelah tangan untuk menyapa para reporter sedangkan sebelah lagi masih memeluk Sakura yang tertutup jas miliknya Itachi berbicara kepada mereka.

"Ya dia kekasihku dan maaf kami harus undur diri karena kekasihku tidak nyaman dengan kamera kalian terimakasih." ujar Itachi yang membungkuk kemudian undur diri dengan Sakura yang masih dipeluknya berjalan bersamaan.

.

.

.

"Baiklah Kaa-san, hn."

Itachi meletakan ponselnya di meja setelah menerima telpon dari ibunya. Berita tadi sore bahkan sangat cepat diketahui sang ibu yang tentu saja Itachi sudah menduga jika sang Ibu akan menterornya dengan banyak pertanyaan. Tidak, bukan menentang justru Ibunya mengancam menikahkannya dengan orang lain jika tidak mengenalkan Sakura kepadanya dengan segera. Bukan tidak mau, justru Itachi sangat bahagia jika itu terjadi namun masalahnya Sakura bukanlah kekasihnya dan kini Ia tidak tau senang atau menyesal atas ucapannya kepada semua orang dengan mengakui Sakura adalah kekasihnya, walaupun mereka tidak melihat sosok Sakura.

"Ada apa?"

Tersenyum, Itachi mendudukan diri di samping Sakura. Mereka kini sedang berada di apartement Itachi setelah melarikan diri dari para awak media yang masih memburu mereka. Tapi berita itu cepat menyebar dengan berbagai judul artikel.

"Kekasih misterius Itachi Uchiha

Itachi merahasiakan jati diri kekasihnya

Itcahi seperti pangeran impian

Siapa sosok perempuan misterius itu?

"Kaa-san memintaku agar mengenalkanmu dengan nya."

Sakura meremas kedua tangannya yang saling bertautan. Entah kenapa ia merasa bersalah karena ulahnya membuat Itachi seperti saat ini. Ia tidak pernah mencari tau sosok Itachi soal kehidupannya karena ia tidak ingin memikirkan pria lain selain kekasihnya. Tapi selama ini Itachi terus berjuang dan mengatakan menyukai dirinya. Sudah menolak, tentu saja namun pria ini entah kebetulan atau apa dia selalu ada untuknya.

"Maaf membuatmu susah Itachi-kun."

"Sakura," Itachi berpindah dari tempat duduknya ke depan Sakura dan berlutut di depan gadis pujaannya. Di genggamnya tangan gadis yang terlihat kalut itu dan menatapnya lembut. "Kau tau aku sangat bahagia dan kau tidak menyusahkanku malah sebaliknya kau membuatku merasa berguna sebagai seseorang yang peduli denganmu."

"Tapi--"

Itachi menghentikan ucapan Sakura dengan jarinya yang ia letakan dibibir Sakura.

"Aku sudah bilang saat kau tidak mendorongku untuk menjauh maka aku akan terus berjalan kepadamu tidak peduli dengan jalan yang harus kulalui, mengerti?"

Sakura menatap sendu Itachi karena merasa bersalah. Itachi yang tulus namun ia yang tidak ingin dia menjauh sedangkan ia masih kekasih Kakashi dan bingung apa yang harus dilakukannya.

"Kau tau," Sakura mengangkat tangannya mengelus wajah Itachi. Tatapan mereka beradu dengan Sakura yang menatap mencari sesuatu seperti jawaban sedangkan Itachi memperlihatkan kesungguhannya dari tatapan yang diberikannya. "Aku bingung. Dia satu-satunya orang di kehidupanku. Tapi setelah aku memutuskan untuk lebih dekat karena selama ini kita terpisahkan jarak, aku selalu kesepian dan kau datang kepadaku dengan pengakuan yang awalnya ku anggap lelucon."

Kali ini Sakura yang menutup bibir Itachi -menghentikan- dengan jarinya saat Itachi akan berbicara. Itachi harus tahu apa yang ia pikirkan dan rasakan selama ini, ya dia berhak tau.

"Tapi pikiran itu ku singkirkan saat aku sedang membutuhkan seseorang, kau yang selalu datang meskipun kau bukan yang ku harapkan. Aku menunggu nya selalu dan sekarang hatiku hancur kau tau itu. Aku tidak ingin egois, aku mulai menyukaimu tapi beri waktu untukku untuk memastikan semua ini." Sakura tersenyum lembut sedang Itachi kini membawa Sakura kedalam pelukannya.

"Aku akan menunggunya."

"Aku tdiak ingin menerimamu dalam keadaan seperti ini seolah kau hanya pelarian bukan karena aku mencintaimu."

Semakin mengeratkan pelukan, Itachi mengecup rambut Sakura dan berbisik, "aku tau maka dari itu aku menunggumu."

.

.

.

"Dimana kau Sakura."

Kakashi menjambak surainya dengan perasaan campur aduk antara kesal, sedih dan takut. Kesal karena tidak mendapat kabar dari keberadaan Sakura saat ini. Sedih karena ia bisa merasakan apa yang Sakura rasakan saat ini dan takut karena sesuatu yang akan membuatnya selamanya pergi dari sisinya.

Ini kesalahannya yang tidak bisa menjaga diri sendiri hingga terjebak dalam permainan perempuan gila itu. Ya, baginya sosok Shizuka yang di puja itu gila karena sangat berbeda dengan kehidupan aslinya. Dia perempuan berbeda kepribadian. Semua orang yang bekerja sepertinya memang pasti mempunyai sisi berbeda saat di depan kamera dan dikehidupan pribadinya namun ia tidak menyangka jika ia harus masuk ke dalam permainan perempuan itu.

Sudah seminggu ia tidak bisa menghubungi Sakura dan menemukan keberadaannya. Tempat tinggalnya kosong hingga ke rumah nya pun tidak juga ada karena info dari orang suruhannya seperti itu dan ia meminta orang itu untuk memastikannya namun Sakura benar-benar tidak ada di sana.

"Maaf...maafkan aku." Kakashi menyesal dan menyalahkan dirinya sendiri karena ia yakin Sakura membaca dan menonton berita tentang dirinya dengan Shizuka.

Semua salahnya, seharusnya malam itu ia tidak datang di pesta ulang tahun salah satu teman artisnya dan menemani Sakura di hari ulang tahun kekasihnya namun ia malah mengabaikan nya dan berakhir ke dalam permainan perempuan itu. Ia ingat semuanya dan ini memang salahnya. Perempuan itu hanya ingin berita tentang hubungannya dan mengancamnya sudah hampir delapan bulan terakhir dengan selembar foto mereka yang sedang berada di satu ranjang. Kakashi ingat dan itu memang benar akan semua yang terjadi namun ia tidak sanggup melepas Sakura apalagi membiarkannya pergi.

"Maafkan aku..."

🍂🍂🍂🍂🍂

"Maafkan aku."

Sakura menatap dalam diam. Dia kecewa namun entah kenapa ia tidak ingin menangis saat ini. Hari ini ia harus memutuskan semuanya apa ia akan bertahan atau melepaskannya. Sejam mereka berada disini dengan Kakashi yang menjelaskan semua yang terjadi dan meminta maaf. Sakura hanya diam menatapnya dengan berjuta pertanyaan, pikirannya. Bukan hanya Kakashi tapi ada sesuatu yang membuatnya selalu terpikirkan mungkin hampir teralihkan akan sosok itu.

Seharusnya ia menangis karena dikhianati

Seharusnya ia marah dan memukul Kakashi

Tapi entah kenapa ia bisa menahan perasaanya. Apa mungkin ia masih mencintai dan mengharapkan hubungan ini? Mendongak, Sakura tersenyum membuat Kakashi otomatis menggeleng pelan.

"Aku mencintaimu."ucap Sakura yang berjinjit mengecup bibir kekasihnya yang sudah menemaninya dan menjadi seseorang yang berarti selama ini.

Seseorang yang berdiri dari kejauhan dengan napas terengah dan tersenyum kecut kemudian berbalik pergi karena sudah tau apa yang dipilih Sakura pada akhirnya.

.

.

.

"Apa ini sampai disini? Tidak bisakah kau tidak melepaskanku?"

Kakashi menatap sendu Sakura yang terus saja tersenyum. Perasaannya tidak baik melihat senyuman Sakura saat ini. Bukan ia tidak senang melihat Sakura yang tersenyum namun senyuman itu memiliki arti lain baginya. Senyuman yang mungkin saja akan benar-benar menghancurkan hatinya.

"Aku sendirian ah selalu."

Sakura mulai berbicara dan Kakashi tidak ingin menyelanya karena ia tahu saat ini Sakura akan mengatakan apa yang telah ia lakukan kepada kekasihnya itu hingga membuat Sakura tidak mampu lagi bertahan untuknya.

"Aku mencintaimu kau tau itu. Aku menunggumu di setiap ketidak pastian tapi aku terus berharap. Jika aku bilang aku tidak lelah sama saja aku berbohong tapi aku tetap menunggumu dan berharap kehadiranmu. Aku selalu menamkan kepada diriku agar percaya kepadamu karena aku tau kau juga mencintaiku tapi tidak bisa menutup kekecewaanku karena selalu menantimu. Kau mungkin berbeda saat ini tapi bagiku kau adalah Kakashi Hatake, orang yang ku cintai. Aku menunggumu selalu. Saat aku membutuhkanmu, aku hanya bisa berharap dalam kehampaan semu.

Kau telah memilih meskipun kau tidak mencintainya tapi kau tau seberapa lama aku selalu percaya dan menunggumu dan kau membuatku selalu merasa seperti tidak diharapkan."

"Itu tidak benar."

"Aku tahu dan apa yang telah kau lakukan membuat perkataan yang sempat ku sangkal nyatanya tidak bisa dibantah." Sakura tersenyum lagi dan melepaskan kalung sejak empat tahun lalu dipakainya. Kalung pemberian Kakashi yang mendapatkan uang dari hasil bekerja sambilan selama kuliahnya.

"Jangan lepaskan aku. Aku tau aku bersalah tapi tidak bisakah kau bertahan?"

Menggeleng pelan adalah jawaban Sakura akan pertanyaan dan permintaan Kakashi.

"Aku sudah memberi kesempatan tapi kau mengabaikan nya, lagi dan lagi."

Kakashi menegadahkan wajahnya menahan sesuatu yang ingin keluar dari pelupuk matanya. Tidak. Sakura sangat berarti tapi ia yang brengsek telah melukai kekasihnya.

"Aku--"

Ucapan Sakura terhenti saat Kakashi menariknya kedalam pelukannya.

"Sekali saja, biarkan aku memelukmu sebelum kau melepaskan ku."

Sakura membalas pelukan itu dan akhirnya ia menangis begitupun Kakashi. Tidak. Ia menangis karena mengingat kenangan yang telah mereka lewati dan bagaimanapun Kakashi pernah menjadi sosok yang paling berarti di kehidupan nya.

"Terimakasih sudah mencintaiku, terimakasih membuatku merasa berarti dan terimakasih atas semuanya."

Kakashi semakin mengeratkan pelukannya di sela tangisannya mendengar perkataan Sakura. Sebesar itu kah luka yang ia torehkan kepadanya? Dan Kakashi sadar ia tidak bisa lagi menggenggam Sakura untuk selalu bersamanya.

"Jaga dirimu, jadilah aktor hebat yang selalu kau cita-citakan dan aku akan marah jika kau meninggalkan cita-citamu ini."

Ya. Kakashi ingin menjadi aktor handal dan karena support Sakura juga ia bisa sampai pada tahap ini.

"Aku mencintaimu, sangat." ujar Kakashi yang tau ini akan menjadi yang terahir kalinya.

"Aku tahu, terimaksih."

.

.

.

Sakura menekan bel berkali-kali namun sepertinya orang ini tidak ada di tempat. Memutuskan untuk menunggu, Sakura bersandar pada dinding dan menghubungi seseorang namun tidak juga di angkat.

Lama menunggu berjam-jam hingga malam, Sakura menatap pintu yang masih tertutup itu dan menghela napas pelan. Sejak siang ia memintanya datang ke tempat yang ia janjikan dengan Kakashi juga. Ia akan menjawab akan semuanya di sana namun Itachi tidak kunjung datang dan berakhir ia yang kini berada disini.

"Apa kau Sakura?"

Suara yang sangat dikenalinya membuat Sakura mendongak dan terkejut sekaligus melihat Itachi yang berjalan dengan merangkul perempuan berambut pirang. Sakura tidak suka dan entah kenapa ia ingin meneriakan sesuatu tentang perasaannya namun ia tahan saat tangan Itachi mengelus wajah perempuan itu dan berkata dengan senyuman.

"Pergilah aku akan menghubungi lagi." ujarnya dan mengecup sekilas pipi perempuan itu dan melepaskan rangkulannya.

Berjalan dan berdiri disamping Sakura sambil membuka pintu, Itachi melirik Sakura dan berujar;

"Jika tidak ada hal penting lebih baik pergi saja, aku lelah." ucapnya kemudian masuk setelah membuka pintu.

Itachi berjalan masuk tanpa peduli Sakura yang masih diluar dengan air mata yang mengalir.

Ponselnya sudah berdering berkali-kali namun Itachi masih menatap tanpa ada niatan mengangkatnya.

"Kau memilih mendorongku, kan?"lirihnya mengusap wajahnya yang kalut. Ia telah melihat semuanya. Bagaimana ia senang saat Sakura menghubunginya setelah seminggu tidak bisa menghubungi bahkan berjumpa dengannya. Namun saat tiba di sana ia tau apa yang terjadi dan jawaban yang Sakura pilih. Maka dari itu memilih pergi mendorong diri sendiri untuk meninggalkan cintanya.

Ia telah kalah.

Namun atensinya kembali teralih saat ponselnya kembali berdering dan Itachi akhirnya meraih ponsel untuk menjawabnya. Setidaknya ia harus menerima dengan pernyataan langsung dari Sakura jika ia harus mundur. Tidak berbicara, namun dapat ia dengar walaupun samar jika Sakura sedang menangis. Untuk apa menangis? Bukannya dia harusnya bahagia?

"Saku--"

"Terimakasih sudah menemaniku selama ini dan terimaksih juga telah memberiku harapan palsu."

Itachi masih diam mendengarkan apa yang Sakura katakan. Tidak, bukan ia tidak mencintai Sakura lagi tapi kata-kata harapan palsu membuatnya bingung.

"Kau tau saat ini aku berlari kepadamu karena itu adalah jawabannya."

"Sakura---"

"Terimaksih sudah membuatku merasa bahagia saat aku merasa sedih dan terimaksih membuatku jatuh cinta kepada mu. Aku... " Sambungan itu terputus karena Sakura yang menutupnya begitu saja.

Itachi tidak lagi diam setelah mendengar kata-kata Sakura. Ia bergegas membuka pintu namun tidak dapat menemukan Sakura diluar dan ia yakin jika Sakura masih tidak jauh berada di sini. Membuka lift, Itachi bergegas masuk dan mencari Sakura di bawah namun tidak ada Sakura disana.

"Apa anda melihat perempuan berambut merah muda yang memakai baju putih?" Itachi menanyakan Sakura pada penjaga keamanan di sana.

"Ah, nona itu belum keluar lagi sejak tadi."

Itachi mencari segala arah namun tidak ada sosoknya terlihat. Merutuki dirinya yang bertindak ceroboh tadi, Itachi memutuskan kembali ke atas untuk mengambil ponselnya. Namun saat ia akan kembali membuka pintu, suara tangisan dan makian yang sangat dikenalnya membuatnya berbalik menuju ke arah suara tersebut berasal.

"DASAR ITACHI SIALAN!"

"KAU BILANG KAU AKAN TERUS MENGGODAKU TAPI KAU MENCIUM PEREMUAN LAIN DASAR BRENGSEK!"

"AKU MENCINTAIMU BODOH!"

"Aku juga mencintaimu."

"KYAAAA!"

"Heyy kenapa terkejut?"

Sakura hampir saja terjungkal dan bisa juga jatuh dari tangga jika Itachi tidak menariknya dan memeluknya. Bagaimana ia tidak terkejut tiba-tiba ada suara dan pelukan saat ia sedang emosi dan sendirian di tangga darurat ini.

Berdiri, sakura menatap datar Itachi tanpa mau berbicara. Ia kecewa tapi melihat Itachi membuatnya kesal bukan main. Berbalik, Sakura turun dari tangga tanpa mengeluarkan suara dan mengabaikan Itachi yang tersenyum dan mengikutinya.

"Jangan mengikutiku!" seru Sakura tanpa menghentikan langkahnya.

"Ini lantai dua puluh kau bisa kram jika terus melangkah."

Sakura mendengus tidak peduli karena hatinya sakit dan kesal tidak peduli dengan tangga yang akan membuatnya pegal.

"Apa pedulimu? Sana pergi dengan per--Kyaaaa hey!"

Sakura terdorong, tersudut bersandar pada dinding. Untung ia tidak jatuh karena Itachi yang memeluk pinggangnya dan menghimpitnya pada dinding.

"Kau mau membunuhku?"

Itachi tersenyum dan memiringkan kepalanya, menatap wajah kesal namun tetap terlihat cantik baginya.

"Mana mungkin aku tega membunuh belahan jiwaku."

Sakura dibuat merinding saat ucapan aneh baginya itu keluar dari seorang Itachi Uchiha.

"Kau membuatku takut."

"Kau membuatku gila." jawab Itachi yang terkekeh pelan kemudian menyatukan kening dan menatap intens Sakura yang kini terlihat menggemaskan. "Aku hampir gila karena berpikir kau kembali mendorongku."

"Kau bersama perempuan lain tadi!"

"Dia sepupuku."

"Ap--"ucapan Sakura terhenti karena Itachi yang menciumnya tiba-tiba. Melepaskan nya, Itachi kembali menatap Sakura. Ah, ia tidak pwrnah bosan melihat wajah yang selalu membuatnya merasakan perasaan asing selama ini.

"Terimakasih sudah berlari kepadaku dan aku tidak akan melepaskanmu dan berlari dariku."

Mendengarnya Sakura tersenyum dan menjinjit untuk mengecup pelan Itachi. "Aku mencintaimu dan terimaksih tidak menyerah begitu saja."

Mereka tersenyum bersama dan Itachi mengusak hidung Sakura dengan hidungnya. Mengangkat sakura dan menggendongnya, ia terus menatap Sakura dan berjalan naik melewati tangga untuk kembali ke tempatnya.

"Aku mencintaimu, sangat."

Sakura otomatis melingkarkan kakinya pada tubuh Itachi dan melingkarkan kedua tangannya pada leher Itachi.

"Mee to."

Mereka berjalan dengan perasaan bahagia. Itachi yang membawa Sakura dalam gendongannya dan kembali membawa gadis pujaannya yang kini menjadi kekasihnya itu pada ciuman panjang.

Terimakasih sudah berjuang dan bertahan untukku dengan meyakinkan aku akan betapa kau mencintaiku. Terimakasih telah hadir kedalam kehidupanku... Itachi-kun

Terimakasih sudah berlari kepadaku dengan membawa cinta untukku. Mulai sekarang aku tidak akan membuatmu menunggu dan merasakan kesakitam lagi. Kau begitu berharga bagiku jadi aku akan merubah pikiranmu jika kau sangat berarti di kehidupanku... Sakura aku sangat mencintaimu.

🍂🍂🍂🍂🍂

"Aku sedang di tempatnya sebentar lagi sam---hhhmmmff."

Wanita paruh baya yang sejak tadi sibuk dengan obrolannya melalui telpon langsung membekap mulutnya dengan mata yang membulat lebar saat pandangannya terhenti pada kedua sosok yang saling bermesraan panas. Berjalan sambil berciuman panas dengan sang pria yang menggendong wanitanya.

"Sayang ada apa?" suara seruan di seberang telpon membuatnya kembali tersadar dan langsung membuang napas kasar.

"Fugaku-kun!" serunya juga dengan napas masih tak beraturan akibat terlalu terkejut melihat pemandangan tadi.

"Ada apa? Sesuatu terjadi di sana?"

Raut wajah yang tadi sempat terkejut kini normal kembali dibarengi senyuman lebar dan berakhir terkekeh geli membuat sang lawan bicara yang tidak lain sang suami semakin cemas takut sesuatu terjadi.

"Tidak tidak, sepertinya aku akan kembali lagi dan kita siap-siap menggelar acara pernikahan karena sebentar lagi kita akan punya cucu." Ujarnya yang kembali berbalik pergi dari tempat tinggal anak semata wayangnya itu.

"Aku akan punya cucu, ah tidak sabarnya!"

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
The End

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top