CJ-6

Happy Reading
.
.
.

Awas Typo

Satu Tahun Kemudian...

Seorang perempuan paruhbaya melangkah masuk ke KMC, paras cantiknya membuat beberapa mata terkesima. Ia langsung menuju poli anak untuk mencari seseorang di sana.

"Suster, ruangan dr. Aliya ada di sebelah mana ya?" tanyanya ketika ia sampai di nurse station poli anak dan ternyata di sana ramai.

"Di pojok sebelah sana, Ibu. Sudah ada janji?" Suster itu melempar senyumnya.

"Oh belum, Sus. Kebetulan bukan mau berobat kok, cuma mau ketemu dr. Aliya saja. Jam praktiknya masih lama ya?"

"Sebentar lagi harusnya selesai bu, itu tinggal dua pasien terakhir saja, silakan di tunggu kalau begitu." ujarnya ramah.

Perempuan itu tersenyum lalu mengucapkan terima kasih dan segera duduk di kursi panjang depan ruangan Aliya praktik.

Setengah jam menunggu akhirnya dua pasien terakhir selesai periksa, ia lantas berdiri menuju pintu ruangan yang masih tertutup itu lalu mengetukny perlahan.

"Masih ada pasien, Sus?" tanya Aliya heran.

"Harusnya sudah nggak ada, Dok. Sebentar saya buka pintunya." Suster Anita segera membuka pintunya, perempuan tadi tersenyum.

"... Maaf, Ibu ada yang bisa saya bantu?"

"Saya mau bertemu dr.Aliya, bisa?"

Aliya seperti familiar dengan suara itu, ia lalu menoleh ke arah pintu dan sedikit terkejut melihat siapa yang datang.

"Masya Allah, Izza?!"

"Aliyaa..."

Dua sahabat semasa kuliah itu langsung berpelukan. Mereka sudah lama sekali tidak bertemu, hanya sesekali bersapa kabar lewat daring. Izza sudah lama pindah dari Jakarta bersama anak-anak dan suaminya ke luar kota.

"Kok nggak bilang mau ke sini?" tanya Aliya masih heboh saat mereka sudah duduk di sofa ruangan Aliya.

"Kasih surpise lah, hahahaha. Kamu apa kabar?"

"Like what you see, I'm good." jawab Aliya. "Kamu sendiri? Anak-anak? Bintang sama Zalfa?"

"Alhamdulillah all good too... Anak-anak juga sehat. Zalfa masih kuliah tapi lagi libur, sekarang lagi ikut Papanya jalan-jalan makanya aku melipir ke sini mau ketemu kamu. Si twins gimana? Anakmu berapa sih?"

"Anakku sudah empat. Bryan, Bryna, Kavin dan Kenzie. Bryan sama Bryna masih koas, sulungku di Belanda tempat daddynya, Bryna di UI koas RSCM tahun terakhir. Si tengah dan bungsu masih sekolah SMP dan SD."

Mereka bercerita ngalor-ngidul, entah sudah berapa lama tidak saling jumpa. Beda rasanya memang ketika kita bertemu langsung dengan hanya lewat obrolan daring. Bertemu langsung lebih seru dan asik seperti ini.

"Eh iya, Al. Bryna apa udah ada pacarnya?" tanya Izza serius.

Aliya tersenyum mendengar pertanyaan Izza barusan. Lalu menggeleng. "Kebetulan Bryna masih mau fokus sama kuliah dan koasnya. Ada apa, Za?"

"Hmmm, tapi kalau tiba-tiba ada jodohnya bagaimana?"

"Ya kalau itu aku sih harus tanya sama Bryna dulu. Kenapa memangnya?"

"Gini Al, aku ya greget sama Bintang, akhir-akhir ini yang deket banyak cuma aku nggak tau mana yang serius? Mas Narend minta carikan jodoh untuk Bintang katanya, ya aku inget kamu punya anak cewek kan? Kali aja Bryna sama Bintang jodoh. Bintang kan udah cukup untuk menikah, tapi ya begitu, Al, pusing aku. Lain sama Zalfa yang awet sama pacarnya, dilangkah adiknya menikah nanti Bintang pasti nggak mau." jelas Izza panjang lebar mengenai Bintang, anak sulungnya.

"Memang nggak bisa dipaksakan juga sih, Za. Mungkin Bintang belum siap berkomitmen dan masih cari-cari yang pas. Tapi, kalau Bintang mau kenalan sama Bryna ya nggak apa-apa,"

"Iya sih, cuma kan aku sama Mas Narend yang pusing lihatnya tiap weekend pasti ganti lagi yang diajak jalan-jalan. Ampun deh."

Aliya tersenyum. "Bintang sekarang kerja di mana, Za?"

"Bintang kerja di Bursa Efek, Sudirman sini lho. Udah beberapa tahun ini Bintang di Jakarta, aku ya cuma pantau med-sosnya aja."

"Ooh, gitu. Yaa baiknya, kamu ngobrol dulu sama Bintang takutnya nanti ada yang cemburu. Nanti aku kasih tahu Bryna juga deh,"

☀️☀️☀️☀️☀️

Sementara di rumah sakit....

Wajah Bryna sudah memerah karena sejak tadi ia menahan kesal. Teman-teman kelompok dan teman koasnya yang lain sudah membubarkan diri sejak satu jam yang lalu, tepat pukul 15.30 sementara dirinya terjebak di rumah sakit bersama salah satu residen yang justru Bryna kenal tapi berubah menjadi menyebalkan dan rese ketika dirinya memulai koas setahun yang lalu.

Rasanya hari ini Bryna tidak melakukan hal aneh atau melakukan kesalahan-kesalah kecil ataupun sepele yang membuat residen satu ini menahan dirinya di sini. Sejak tadi bahkan Bryna sudah bertanya mengapa dirinya belum boleh pulang sementara teman-temannya yang lain mungkin sudah leha-leha di kosan mereka.

Bryna hanya mengikuti ke mana kaki residennya ini melangkah, visit sore sebelum dia juga pulang setelah visit ini. Berusaha menahan sekuat mungkin untuk tidak marah-marah karena Bryna sadar, ia junior dan bukan siapa-siapa di sini.

"Dok, kenapa saya belum boleh pulang sih? Ini kan udah lewat dari jam saya?" tanya Bryna lagi namun residen yang berjalan di depannya ini masih saja tidak memberikan jawaban yang membuat Bryna puas.

"Udahlah, kamu ikut aja. Bantuin saya visit, lumayan kan, ilmu buat kamu." jawabnya santai, Bryna memutar bola matanya kesal sambil tetap berjalan mengikuti dari belakang.

"Baru residen aja udah ngeselin, gimana nanti konsulen? Aduh amit-amit... Amit-amit..." batin Bryna sambil mengusap dadanya perlahan.

Tiba-tiba, residen di depan Bryna berhenti dan tanpa sengaja kepala Bryna menabrak punggungnya.

"Aduh! Dok, kalau mau berhenti itu bilang-bilang dong, kita kan belum sampai bangsal...!" gerutu Bryan sambil merapikan kerudungnya yang sedikit berantakan.

"Kamu kenapa sih? Kesel ya sama saya?" tanyanya sambil alisnya naik sebelah.

Bryna yang tak bisa menyembunyikan rawut wajahnya ketika kesal hanya bisa gelagapan saat berusaha menjawab pertanyaan itu.

"Enggak, ngapain saya kesel sama dokter?" Bryna balik bertanya.

"Senyum. Cemberut terus gerutu-gerutu, nggak enak dilihatin pasien tahu." katanya lalu berbalik dan berjalan lebih cepat meninggalkan Bryna di belakangnya.

Sampai akhirnya mereka selesai dan kembali ke ruangan mereka. Bryna segera meletakkan barang-barang yang tadi dibawanya untuk mencatat dan di kembalikan ke loker semula agar besok mudah mencarinya.

Bryna tak banyak bicara meski di ruangan itu hanya ada mereka berdua tapi batas profesionalisme tetap pada jalurnya saat ini. Bryna segera mengambil tasnya di dalam loker dan memasukkan barangnya ke sana lalu melepas jas labnya yang sudah harus di cuci setelah ini.

"Kamu pulang sendiri?" tanya dr. Rio saat Bryna selesai membereskan barang dan mengambil kunci mobil di tasnya.

"Menurut dokter?" tanya Bryna sinis.

Dr. Rio menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu saat mendengar jawaban Bryna barusan. "Heheh, saya anter ya?"

"Saya nyetir sendiri, dok. Permisi." Bryna lantas cepat-cepat keluar dari ruangan.

Tak mau begitu saja pergi, dr. Rio berusaha mengejar Bryna ke depan. "Bryna, saya minta maaf." katanya sambil berjalan cepat menyeimbangkan langkah Bryna.

"Nggak ada yang perlu minta maaf dok, lagian itu juga udah bagian dari tugas saya kan?" jawab Bryna pelan, ia berusaha untuk tidak mencolok karena tetap saja mereka beda kasta di sini.

Bukan teman kampus, bukan juga teman dekat. Tapi residen dan koasnya.

"Saya duluan dokter, permisi." Bryna segera masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan dr. Rio yang dihinggapi rasa bersalah karena Bryna jadi jutek begitu.

Sepanjang perjalanan Bryna hanya bisa merepet, misuh-misuh karena kesal dikerjai residennya itu. Dengan sengaja mengajak Bryna visit, keluar masuk bangsal sampai kakinya pegal seperti sekarang ini.

"Dasar nyebelin!!! Hiihh! Kenapa jadi kayak punya dua kepribadian sih orang itu, ampun deh." gerutunya sambil membelokkan mobilnya masuk ke dalam carport rumahnya.

Masuk ke dalam rumah dan adzan isya berkumandang. Bryna benar-benar lelah hari ini. Sudahlah dikerjai residen, pulang paling terakhir, macet pula.

"Haahhh..." Bryna merebahkan tubuhnya di sofa sambil melihat dua adiknya masih asyik main Xbox di tv mereka.

Bryna memejamkan matanya sebentar merasakan sendi-sendi tubuhnya berdenyut sana-sini apalagi kedua kakinya.

"Dek, bangun dulu." Aliya menepuk lengan Bryna agar segera bangun. "Kalau mau bobok di kamar atuh..."

Bryna mengerjapkan matanya dan melihay wajah Mommynya tepat di depannya. "Bentar mom, lima menit aja." katanya.

"Eh mom mau ngomong dulu sebentar, habis itu kamu boleh ke kamar deh."

Bryna mengusap wajahnya lalu dengan terpaksa ia harus kembali duduk. "Kenapa sih mom? Adek capek nih..."

"Dek, tadi tante Izza ketemu momom lho, dia ke KMC tadi." cerita Aliya, Bryna mendengarkan dengan seksama lalu mengangguk.

"Heem, terus?"

"Yaa cerita-cerita aja sih terus dia nanya kamu udah punya pacar apa belum? Ya mom bilang aja belum, terus katanya mau ngenalin anaknya yang cowok namanya Bintang."

Bryna menoleh ke sebelahnya, memandang Mommynya dengan dahi berkerut-kerut. "Maksud mom?" tanya Bryna lagi.

"Yaa, mom mau kalian kenalan ajaa sih." jawab Aliya ragu-ragu sambil menunjukkan foto Bintang dari ponselnya.

"Nggak tertarik."Bryna mengambil tas dan jas labnya lalu berusaha bangun dari sofa.

"Eh dek, tunggu dulu. Mom belum selesai." Aliya menarik tangan Bryna tepat sebelum anaknya itu bangun.

"Mom, Bryna udah tahu ke mana arah pembicaraan mom ini ke mana. Bukannya mau geer, tapi gimana ya, Bryna nggak mau aja." jawab Bryna.

"... Maaf ya mom, wajahnya playboy banget, adek nggak suka." Bryna lantas bangun dan naik ke kamarnya membuat Aliya geleng kepala melihat kelakuan anak perempuan satu-satunya itu.

"Terus kamu maunya yang gimana dek?" gumam Aliya sambil memandang kamar Bryna yang sudah rapat tertutup.

Di dalam kamar Bryna segera mengambil baju gantinya lalu bersih-bersih. Ia ingin segera naik ke kasur dan enggan membuka-buka ponselnya lagi untuk saat ini.

Sengaja ia charger dalam keadaan airplane mode agar tak ada chat masuk mengganggu tidurnya sampai pagi nanti.

"Mom ini ada-ada aja, kayak nggak ada yang lain aja. Jodohin kek Mamas gitu duluan, kok aku jadi sasaran." Bryna geleng-geleng kepala sambil memejamkan matanya dan terlelap.

☀️☀️☀️☀️☀️

Yuhuuu eps 6 zeyenggg ❤️❤️❤️ met bacaa, jangan lupa komen dan votenya ya zeyenggg

#dahgituaja

#awastypo

Dudui

Danke,

Ifa💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top